- Undur-undur adalah larva dari famili Myrmeleontidae yang memiliki lebih dari 1.500 spesies di dunia. Tubuhnya berevolusi untuk bergerak mundur karena anatominya dirancang khusus untuk menggali dan berburu di pasir.
- Ia membangun perangkap berbentuk corong dengan menggali spiral mundur, memilih butiran pasir sesuai ukuran, dan menggunakan rahangnya untuk menembakkan pasir agar mangsa jatuh ke dasar.
- Selain sebagai predator, undur-undur berperan penting dalam ekosistem dengan mengendalikan populasi serangga kecil dan memengaruhi perilaku mangsanya. Gerakan mundur adalah strategi hidup efisien hasil adaptasi evolusi jutaan tahun.
Di tanah kering yang berpasir, sering terlihat jejak kecil berbentuk garis tak beraturan. Jika diikuti, jejak itu biasanya berakhir di lubang kecil berbentuk corong. Di dasar lubang itu bersembunyi makhluk mungil yang tampak sederhana, tetapi menyimpan strategi hidup yang menakjubkan: undur-undur.
Nama “undur-undur” bukan hanya sebutan unik. Ia benar-benar menggambarkan kebiasaan khasnya, yakni hewan ini selalu bergerak mundur. Pertanyaannya, mengapa undur-undur berjalan mundur padahal secara fisik ia juga bisa bergerak maju? Jawabannya terletak pada cara hidupnya yang sangat khusus. Setiap bagian tubuhnya dibentuk oleh evolusi untuk menjalankan satu peran: menjadi pemburu bawah tanah yang efisien.
Undur-undur yang sering kita lihat sebenarnya adalah larva dari serangga famili Myrmeleontidae, bagian dari ordo Neuroptera. Famili ini sangat luas, mencakup lebih dari 1.500 spesies yang terbagi dalam sekitar 190 genus, di antaranya Myrmeleon, Euroleon, Glenurus, Distoleon, dan Palpares. Di Indonesia, belum semua spesies terdata lengkap, tetapi genus seperti Myrmeleon dan Glenurus cukup umum ditemukan di wilayah Asia Tenggara. Nama ilmiah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kelompok ini adalah Myrmeleon sp., yang berarti “spesies dari genus Myrmeleon.” Salah satu spesies paling dikenal di dunia ilmiah adalah Myrmeleon formicarius, yang banyak diteliti di Eropa karena perilaku berburu dan teknik menggali perangkapnya yang efisien.
Saat dewasa, undur-undur berubah menjadi serangga bersayap yang dikenal sebagai antlion dalam bahasa Inggris. Namun masa larvanya jauh lebih menarik. Pada fase ini, ia hidup di bawah pasir dan berperan sebagai predator penyergap yang sangat terampil.
Tubuh yang Dirancang untuk Mundur
Tubuh undur-undur tampak sederhana, tetapi setiap bagian memiliki fungsi yang saling mendukung. Tubuhnya pendek, pipih, dan ditutupi bulu-bulu halus yang kaku. Bulu itu membantu tubuh menempel kuat pada butiran pasir agar tidak tergelincir saat menggali atau bergerak. Bagian perutnya besar dan kuat, berfungsi seperti alat dorong. Saat ia bergerak mundur, perut ini menekan pasir ke belakang dan membuka jalan bagi tubuhnya. Kakinya pendek dan kokoh, ideal untuk mendorong, bukan menarik. Karena itu, bergerak maju bagi undur-undur terasa berat dan tidak efisien.

Kepalanya keras dan lebar dengan sepasang rahang besar berbentuk sabit. Rahang ini bukan hanya alat penangkap mangsa, tetapi juga alat kerja untuk melempar pasir keluar dari lubang. Dengan gerakan kepala yang cepat, pasir terlontar seperti peluru kecil yang membentuk lubang berbentuk corong.
Seluruh anatomi ini bekerja dalam satu arah: ke belakang. Bergerak mundur bukan pilihan aneh, melainkan satu-satunya cara yang sesuai dengan rancangan tubuhnya. Ia menggali, bersembunyi, dan berburu dengan sistem tubuh yang hanya efektif jika digunakan mundur.
Arsitek Perangkap yang Efisien
Gerakan mundur undur-undur bukan sekadar gaya hidup, tetapi bagian dari strategi berburu yang sangat cermat. Ia tidak mengejar mangsa, melainkan menunggu mangsa datang ke perangkap yang ia bangun sendiri. Proses menggali lubang dimulai dari tepi luar. Undur-undur bergerak mundur dalam pola spiral sambil menggali dan melempar pasir ke luar. Teknik ini lebih efisien dibanding menggali dari tengah, karena mencegah pasir yang sudah dikeluarkan jatuh kembali ke dasar.

Saat menggali, undur-undur juga menyortir pasir. Butiran besar dilempar lebih jauh, sedangkan butiran halus dibiarkan menempel di dinding lubang. Hasilnya adalah dinding halus yang curam dengan kemiringan tepat pada “sudut longsor kritis”, kemiringan maksimum sebelum pasir runtuh. Pada kondisi ini, langkah kecil seekor semut saja sudah cukup memicu longsoran mini.
Ketika mangsa terperosok, undur-undur segera bereaksi. Ia menembakkan pasir untuk menambah longsoran dan memaksa mangsa jatuh ke bawah. Rahangnya kemudian menutup cepat, memastikan tak ada jalan keluar.
Penelitian dalam Proceedings of the Royal Society B menunjukkan bahwa teknik spiral dan penyortiran pasir membuat proses menggali hingga 30 persen lebih efisien. Dalam dunia serangga, efisiensi sekecil itu bisa menjadi perbedaan antara bertahan hidup atau mati kelaparan.

Walau hidup di bawah pasir, undur-undur memiliki kepekaan luar biasa terhadap lingkungan di permukaan. Ia bisa mendeteksi getaran langkah mangsa melalui butiran pasir.
Studi dalam Journal of Experimental Biology menemukan bahwa undur-undur mampu membedakan ukuran mangsa hanya dari intensitas getaran. Getaran kecil menandakan mangsa ringan seperti semut, sementara getaran besar bisa berarti serangga besar atau ancaman. Dengan informasi itu, undur-undur menentukan kapan harus menyerang atau tetap diam.
Sensitivitas ini membuatnya seperti radar alami di bawah tanah. Ia tidak memerlukan mata tajam atau kecepatan tinggi untuk berburu. Lingkungan sekitarnya adalah alat indra yang terus memberi informasi tentang dunia di atas.
Peran dalam Ekosistem
Meski kecil, undur-undur memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Ia membantu mengendalikan populasi semut dan serangga kecil lain yang menjadi makanannya. Dengan cara ini, undur-undur turut menjaga keseimbangan rantai makanan di lingkungan kering.
Kehadirannya bahkan bisa mengubah perilaku hewan lain. Di daerah yang banyak lubang undur-undur, semut cenderung menghindari area terbuka yang berpasir. Mereka memilih jalur lain untuk mencari makan. Fenomena ini disebut “lanskap ketakutan” (landscape of fear), di mana kehadiran predator mengubah perilaku mangsanya.
Dengan demikian, undur-undur bukan sekadar pemburu tunggal. Ia adalah pengatur perilaku dan pergerakan makhluk lain di sekitarnya.
Fase larva undur-undur bisa berlangsung satu hingga tiga tahun. Setelah cukup besar, ia mulai bersiap untuk berubah. Ia membuat kepompong dari butiran pasir yang direkatkan dengan benang sutra. Di dalam kepompong ini, tubuhnya mengalami metamorfosis total.
Beberapa minggu kemudian, keluar serangga dewasa yang sangat berbeda. Tubuhnya ramping, antenanya panjang, dan sayapnya bening seperti kaca. Serangga ini disebut imago. Ia tidak lagi hidup di pasir, melainkan terbang bebas di udara.
Berbeda dengan masa larvanya yang ganas, undur-undur dewasa hidup damai. Ia memakan nektar atau serbuk sari dan hidup hanya beberapa minggu. Setelah bertelur, ia mati, dan siklus hidupnya kembali berulang ketika telur-telur menetas menjadi larva penggali baru.
Siklus ini memperlihatkan dua dunia yang kontras; larva predator di bawah tanah dan serangga lembut di udara, namun keduanya saling melengkapi dalam menjaga keseimbangan alam.
Gerakan Mundur sebagai Strategi Evolusi
Ketika melihat undur-undur berjalan mundur, banyak orang mungkin menganggapnya aneh. Namun, di balik gerakan sederhana itu tersembunyi strategi bertahan hidup yang sudah disempurnakan oleh evolusi selama jutaan tahun.
Gerakan mundur bukan tanda keterbatasan. Ia adalah hasil adaptasi yang sangat efisien untuk hidup di pasir, menggali perangkap, dan menangkap mangsa. Tubuh, perilaku, dan lingkungannya bekerja sebagai satu sistem yang harmonis.
Jadi, ketika Anda melihat undur-undur di pasir yang kering, bergerak perlahan ke belakang, Anda sedang menyaksikan bukti nyata kecerdikan alam. Gerakan mundur itu bukan sekadar kebiasaan, melainkan simbol keberhasilan evolusi yang membuat makhluk kecil ini bertahan hingga hari ini.