- Pohon bodhi dalam Bahasa Sansekerta berarti pohon pencerahan. Nama latinnya, Ficus religiosa. Di Indonesia, pohon ini bisa dijumpai di kawasan Candi Borobudur. Bodhi hanyalah satu dari sekian banyak spesies dalam genus Ficus.
- Ficus memiliki gaya tumbuh beragam. Ada yang tegak sebagai pohon besar, kecil, atau perdu. Ada yang menempel sebagai epifit, ada juga yang mencekik pohon inang hingga mati yang disebut hemi epifit.
- Ficus masih sering dianggap sebagai pengganggu. Akar yang besar kerap menimbulkan masalah infrastruktur. Banyak pohon lalu ditebang karena dianggap merusak bangunan.
- Kemampuannya tumbuh di mana saja, termasuk di lahan kritis berpotensi menjadikan Ficus sebagai agen dalam merestorasi lanskap di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan Ficus bermanfaat untuk kegiatan reklamasi lahan bekas tambang di Kalimantan.
Daunnya berbentuk hati, dengan ujung meruncing seperti digelayuti tetesan air yang hendak jatuh. Batangnya tegap menopang cabang melebar, membentuk semacam payung raksasa yang meneduhkan.
Namanya pohon bodhi, dari Bahasa Sansekerta yang berarti pohon pencerahan. Nama latinnya, Ficus religiosa. Inilah pohon, yang disebutkan dalam teks yang disucikan penganut Buddha sebagai tempat Siddharta Gautama mencapai pencerahan. Di Indonesia, pohon ini bisa dijumpai di kawasan Candi Borobudur.
Selain mempunyai nilai ekologis sebagai penyerap karbon, penyimpan air, dan pencegah erosi, pohon bodhi juga memberikan naungan dan habitat berbagai burung serta serangga.
Chandrasekar dan kolega (2010) dalam tulisan berjudul “Phytopharmacology of Ficus religiosa” menjelaskan bahwa bagian dari pohon bodhi mengandung berbagai bahan obat. Misalnya, antibakteri, antijamur, antikonvulsan, imunomodulator, antioksidan, hipoglikemik, hipolipidemik, anthelmintik, dan aktivitas penyembuhan luka. Perannya menjadi penting, terutama di daerah terpencil dengan fasilitas kesehatan terbatas.
Bodhi hanyalah satu dari sekian banyak spesies dalam genus Ficus. Ada lebih dari seribu spesies yang tumbuh di kawasan tropis dan subtropis dunia, termasuk Indonesia. Mereka hadir dalam berbagai rupa. Dari pohon besar yang menjaga mata air, perdu kecil di pinggir jalan, hingga menumpang hidup di batang pohon lain.
Ada yang tumbuh liar di kawasan yang tak terjamah, ada pula yang mengisi taman di halaman rumah. Ficus adalah tanaman yang mungkin sering kita lewati tanpa sadar.

Pohon istimewa
Bodhi bukan satu-satunya tanaman dari genus Ficus yang muncul dalam kitab suci. Pohon ara atau tin, atau Ficus carica adalah tanaman Ficus yang disebutkan dalam kitab Perjanjian Lama dan Baru, juga Al Quran. Penyebutan beberapa spesies Ficus ini meneguhkan peran penting tanaman ini secara sosial dan spiritual.
Genus Ficus termasuk dalam famili Moraceae. Penyebarannya luas, dari Asia hingga Afrika, dari Pasifik sampai Amerika Latin. Indonesia sendiri menjadi salah satu pusat keanekaragaman Ficus dunia. Beberapa nama pohon yang populer di Indonesia sebenarnya masuk dalam genus Ficus. Terlebih nama pohon itu beberapa di antaranya berakhir menjadi nama tempat.
Misalnya, beringin (Ficus benjamina), jerakah (Ficus altissima), banyan (Ficus benghalensis), gondang (Ficus variegata), awar-awar (Ficus septica), dan karet merah (Ficus elastica).
“Ciri khas genus Ficus memiliki stipula atau selaput bumbung. Sementara buah atau sikoniumnya berisi karangan bunga di dalamnya,” jelas Nasih Widya Yuwono, kepada Mongabay, Kamis (9/10/2025), lewat telepon.
Pakar pertanian berkelanjutan Fakultas Pertanian UGM itu menambahkan, ciri khas lain, pada rantingnya terdapat amplexicaul atau lingkaran menyerupai cincin. Ficus juga memiliki getah pada batang, ranting, tangkai, dan buah.

Salah satu keunikan Ficus adalah mekanisme reproduksinya. Buah Ficus bukanlah buah dalam arti biasa. Sikonium adalah struktur tertutup yang di dalamnya terdapat ratusan bunga kecil. Untuk melakukan penyerbukan, Ficus bergantung pada sekelompok tawon mini yang hanya hidup bersama satu atau beberapa spesies Ficus tertentu.
Hubungan ini sangat spesifik. Tanpa tawon, pohon Ficus tidak akan menghasilkan biji. Sementara tanpa Ficus, tawon tidak punya tempat berkembang biak. Sebuah hubungan simbiosis mutualisme yang unik.
Ficus memiliki gaya tumbuh beragam. Ada yang tegak sebagai pohon besar, kecil, atau perdu. Ada yang menempel sebagai epifit, ada juga yang mencekik pohon inang hingga mati yang disebut hemi epifit.
Ada pula yang tumbuh merambat, memanjat, dan mengeluarkan akar panjat. Kemampuan tumbuh yang fleksibel ini membuatnya bisa hidup di mana-mana dan berpotensi menjadi dominan. Cara adaptasinya yang luar biasa, membuat Ficus bisa ditemukan dalam berbagai kondisi lingkungan. Dari hutan basah, lahan terbuka, hingga lanskap kota.
“Ficus dikenal sebagai sebagai keystone species karena buahnya tersedia sepanjang tahun. Ini menjaga ketersediaan pangan bagi fauna meski di musim lain miskin sumber makanan,” jelas Nasih.
Dalam ekologi tropis, keberadaan Ficus terbukti menopang kehidupan banyak makhluk. Buah ara menjadi sumber pangan bagi ratusan spesies hewan. Dari burung, kelelawar, hingga mamalia kecil. Karena banyak Ficus berbuah sepanjang tahun, satwa-satwa ini akhirnya memiliki stok makanan pada musim ketika pohon lain berhenti berbuah.

Masa depan lingkungan Indonesia
Ficus tidak hanya penting bagi satwa liar, tapi juga bagi manusia. Tajuk pohon yang lebat mampu menurunkan suhu mikro di lingkungan sekitar, hingga beberapa derajat Celsius. Akar yang dalam membantu menjaga kelembaban tanah dan mengurangi risiko erosi. Pohon besar Ficus juga menyimpan karbon dalam jumlah signifikan, menjadikannya sekutu potensial dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Di kota-kota besar Indonesia, banyak pohon beringin atau bodhi yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun menjadi peneduh alami ruang publik. Pohon beringin menjelma penanda suatu lanskap. Misalnya, di Jawa pohon beringin mengisi lanskap alun-alun, tanah lapang yang berada di depan keraton, atau tempat seorang pemimpin tinggal.
Namun meski peran ekologisnya besar, pohon Ficus masih sering dianggap sebagai pengganggu. Akar yang besar kerap menimbulkan masalah infrastruktur. Banyak pohon lalu ditebang karena dianggap merusak bangunan. Padahal, dengan perencanaan lokasi tanam, pemangkasan rutin, dan edukasi masyarakat, Ficus justru bisa menjadi bagian solusi kota hijau.
Kemampuannya tumbuh di mana saja, termasuk di lahan kritis berpotensi menjadikan Ficus sebagai agen dalam merestorasi lanskap di berbagai daerah di Indonesia. Ficus bisa tumbuh dari stek atau biji. Ini juga menjadikannya mudah untuk dikembangkan oleh siapa saja.
Kemudahan ini bukan sekadar berkah alam. Ficus menjadi harapan baru. Komunitas lokal kini memanfaatkan media sosial untuk mempopulerkan tanaman tangguh ini. Misalnya, sebuah grup di Facebook bernama Masyarakat Ficus. Mereka menanam, mengidentifikasi, dan saling berbagi bibit. Grup ini kini beranggotakan lebih dari 29,7 ribu nama akun.
“Dengan adanya komunitas Masyarakat Ficus, berbagai jenis bibit Ficus semakin mudah didapatkan. Bahkan Ficus untuk kegiatan reklamasi lahan bekas tambang di Kalimantan,” ungkap Nasih.
Ficus bukan sekadar pohon peneduh. Dia adalah penopang kehidupan, dan penanda masa depan kota yang lebih hijau. Saat banyak pohon lain menyerah, Ficus tetap bertahan.
Referensi:
Chandrasekar, S. B., Bhanumathy, M., Pawar, A. T., & Somasundaram, T. (2010). Phytopharmacology of Ficus religiosa. Pharmacognosy reviews, 4(8), 195-199. doi: 10.4103/0973-7847.70918
https://www.britannica.com/plant/fig
*****
Beringin, Pohon Kaya Manfaat Kesukaan Satwa Endemik Sulawesi