- Hiu rig (Mustelus lenticulatus) menjadi hiu pertama yang terbukti secara ilmiah mampu menghasilkan suara aktif berupa klik broadband.
- Suara klik diproduksi kemungkinan besar melalui aduan gigi saat hiu mengalami stres atau kejutan, dan berpotensi berfungsi sebagai mekanisme pertahanan.
- Temuan ini menantang asumsi lama bahwa elasmobranch (hiu, pari, skate) adalah kelompok hewan yang sepenuhnya tidak vokal, membuka jalur penelitian baru tentang komunikasi akustik di laut.
Selama ini, para ilmuwan meyakini bahwa hiu adalah predator laut yang beroperasi tanpa suara. Tidak seperti ikan bertulang sejati, hiu—sebagai bagian dari kelompok elasmobranch (hiu, pari, skate)—tidak memiliki gelembung renang yang biasanya digunakan untuk menghasilkan suara. Namun, penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Royal Society Open Science mengungkap bahwa hiu rig (Mustelus lenticulatus), spesies asli Selandia Baru, dapat menghasilkan suara klik aktif. Ini menjadi dokumentasi pertama hiu yang secara sengaja menghasilkan suara.

Temuan ini bermula secara tidak sengaja ketika Carolin Nieder, peneliti dari University of Auckland yang kini di Woods Hole Oceanographic Institution, sedang mempelajari kemampuan pendengaran hiu. Saat menangani hiu rig dalam percobaan, ia mendengar suara klik misterius yang ternyata berasal dari hiu itu sendiri.
“Awalnya kami benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, karena selama ini diyakini bahwa hiu tidak bisa mengeluarkan suara,” ujar Nieder seperti dikutip oleh Scientific American. “Saya bahkan terus memikirkannya setelah pulang ke rumah, betapa anehnya suara itu.”
Bagaimana Suara Klik Ini Dihasilkan?
Hiu rig memiliki struktur gigi unik yang tersusun rapat dan datar, membentuk pola mozaik yang digunakan untuk menghancurkan mangsa bercangkang keras, seperti kepiting. Berdasarkan analisis citra micro-CT, ilmuwan tidak menemukan adanya struktur anatomi khusus untuk memproduksi suara selain susunan gigi tersebut.
Ketika hiu mengalami tekanan atau stres—seperti saat ditangani oleh peneliti, gerakan penutupan rahang yang cepat (forceful snapping) diduga menghasilkan suara klik. Dalam eksperimen, klik-klik ini terdengar selama sekitar 20 detik penanganan, dengan frekuensi paling banyak terjadi dalam 10 detik pertama, lalu berkurang saat hiu mulai terbiasa dengan situasi.

Suara klik yang dihasilkan hiu rig memiliki kekuatan mencapai 156 dB pada jarak 30 cm, cukup kuat untuk ukuran suara bawah air. Klik tersebut berdurasi rata-rata 48 milidetik dan merupakan suara broadband dengan puncak energi antara 2,4 hingga 18,5 kHz, sementara jangkauan pendengaran hiu rig sendiri hanya sampai sekitar 800 Hz. Artinya, suara klik ini kemungkinan tidak ditujukan untuk komunikasi antarhiu.
Dari 93 klik yang dianalisis dalam studi, 74% merupakan klik satu pulsa, sementara 26% adalah klik dua pulsa yang saling terhubung. Klik-klik ini sering dihasilkan bersamaan dengan gerakan tubuh, seperti lengkungan tubuh cepat (explosive sway) atau lengkungan perlahan (calm swaying), meskipun dalam beberapa kasus klik juga terjadi tanpa gerakan tubuh yang jelas.
Menurut laporan di Science, suara ini bahkan mungkin dapat terdengar oleh predator mamalia laut, tetapi belum diketahui pasti apakah klik tersebut cukup efektif sebagai alat perlindungan.
Apakah Suara Ini Berfungsi Sebagai Mekanisme Pertahanan?
Para peneliti berspekulasi bahwa suara klik ini mungkin merupakan bagian dari respons stres atau kejutan, bukan komunikasi sosial. Karena frekuensi utama suara ini berada di luar jangkauan pendengaran hiu rig sendiri, kecil kemungkinan suara ini digunakan antarindividu. Namun, beberapa predator alami hiu rig—seperti anjing laut berbulu Selandia Baru atau mamalia laut lain—mampu mendengar frekuensi tinggi tersebut. Maka ada kemungkinan klik berfungsi sebagai mekanisme perlindungan, mengejutkan predator.
Kemungkinan lain adalah suara klik merupakan byproduct mekanis, bukan sinyal perilaku yang disengaja. Namun, penelitian lanjutan di alam liar masih dibutuhkan untuk menguji apakah hiu rig juga memproduksi klik dalam konteks alami, seperti saat menghadapi ancaman predator atau interaksi dengan sesama hiu. Para peneliti juga ingin mengetahui apakah suara ini dihasilkan di situasi lain di alam bebas, dan apakah memiliki makna biologis yang lebih kompleks.
Tidak Hanya Hiu Rig: Potensi Kemampuan yang Lebih Luas di Elasmobranch
Temuan klik pada hiu rig memperkuat tren baru dalam penelitian kelompok elasmobranch. Sebelumnya, beberapa spesies pari dan skate juga dilaporkan menghasilkan suara klik sebagai respons terhadap gangguan, seperti mangrove whipray dan cowtail stingray di Indonesia dan Australia, serta beberapa spesies skate di Mediterania.
Susunan gigi pavemen (pavement-like dentition) yang dimiliki hiu rig serupa dengan gigi pari tersebut. Ini mengindikasikan bahwa mekanisme klik melalui aduan gigi mungkin lebih tersebar di kalangan elasmobranch dibanding yang selama ini diperkirakan.

Namun, uji awal terhadap hiu lain dari genus yang sama, dusky smoothhound atau hiu cucut licin kelabu (Mustelus canis), menunjukkan bahwa tidak semua hiu Mustelus menghasilkan suara klik saat ditangani. Perbedaan ini membuka ruang bagi penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan vokalisasi pada hiu.
Penelitian saat ini masih dilakukan dalam kondisi laboratorium, dengan hiu yang ditangani secara langsung. Karena itu, penting untuk mengonfirmasi apakah suara klik juga dihasilkan di alam liar dalam situasi alami, seperti saat hiu menghadapi predator atau berinteraksi dengan sesama hiu.
Selain itu, para peneliti juga ingin mengetahui apakah hiu rig dapat mendeteksi suara klik yang mereka hasilkan sendiri. Meskipun energi utama klik berada di luar jangkauan pendengaran mereka, ada bagian dari klik (impuls awal) yang mengandung frekuensi rendah (<1 kHz) yang mungkin dapat mereka dengar.
Penelitian ini membuka peluang baru untuk memahami evolusi komunikasi akustik di antara kelompok hewan laut yang sebelumnya dianggap “bisu”.