- Henry adalah buaya Nil yang diperkirakan berumur 124 tahun dan telah memiliki lebih dari 10.000 keturunan di Crocworld Conservation Centre, Afrika Selatan.
- Penelitian ilmiah menemukan mikrobioma usus buaya memproduksi molekul antikanker dan antibakteri yang mungkin menjadi kunci umur panjang dan ketangguhan tubuh mereka.
- Kisah Henry menginspirasi ilmuwan untuk menggali potensi terapi kesehatan dari mikrobioma buaya sekaligus mengingatkan pentingnya konservasi spesies reptil purba ini.
Pernahkah Anda membayangkan seekor buaya bisa hidup selama 125 tahun dan memiliki lebih dari 10.000 anak? Henry, sang “kakek buaya,” bukan hanya legenda Afrika Selatan, tetapi juga simbol ketangguhan makhluk purba yang hingga kini menyimpan misteri umur panjang yang bikin ilmuwan penasaran.
Henry lahir sekitar tahun 1900 di rawa-rawa Delta Okavango, Botswana. Sejak 1985, ia menetap di Crocworld Conservation Centre di Scottburgh, Afrika Selatan, dan menjadi penghuni senior sejak kedatangannya 40 tahun lalu. Tubuhnya luar biasa besar, dengan panjang lebih dari lima meter dan berat hampir 700 kilogram, menjadikannya jauh lebih besar daripada buaya Nil rata-rata yang panjangnya sekitar 4,5 meter dan beratnya 410 kilogram.

Henry tidak menunjukkan tanda-tanda penuaan signifikan. Matanya masih tajam, giginya tetap utuh, dan ia aktif mendekati betina-betina di sekitarnya. Steven Austad, ahli biologi penuaan dari University of Alabama, mengatakan bahwa usia 125 tahun bukanlah hal mustahil bagi seekor buaya, terutama jika hidup di lingkungan aman dengan pola makan teratur. “Hewan yang hidup di lingkungan aman cenderung lebih panjang umur,” ujarnya. Henry juga terkenal poligami—selama beberapa dekade, ia tinggal bersama enam betina dan menjadi ayah lebih dari 10.000 keturunan. Meskipun buaya sering dianggap setia pada pasangan, Henry tampaknya membuktikan bahwa di dunia reptil, kesetiaan bisa bersifat relatif.
Baca juga: Viral Buaya Raksasa Mirip ‘Godzilla’, Inilah Fakta Ilmiahnya
Mikroba Usus dan Ketangguhan yang Luar Biasa
Salah satu alasan utama buaya bisa bertahan selama lebih dari satu abad diyakini berkaitan dengan fisiologi unik mereka. Hewan berdarah dingin (poikiloterm) seperti buaya memiliki metabolisme lambat yang memungkinkan mereka menghemat energi. Austad menjelaskan bahwa buaya berukuran sama dengan manusia hanya perlu makan sekitar 4% lebih banyak untuk mempertahankan tubuhnya. Metabolisme rendah ini memperlambat laju penuaan biologis dan mengurangi stres oksidatif yang biasa memicu kerusakan sel.

Selain metabolisme, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Longevity, cellular senescence and the gut microbiome mengungkapkan bahwa mikrobioma usus buaya berperan penting dalam daya tahan tubuhnya. Usus buaya dihuni komunitas bakteri dominan seperti Firmicutes dan Fusobacteria, yang membantu memecah makanan busuk dan menghasilkan molekul bioaktif yang memiliki sifat antibakteri, antifungi, dan antikanker. Dalam salah satu studi, metabolit l,l-Cyclo(leucylprolyl) terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker dalam kultur laboratorium. Peneliti menduga interaksi erat antara mikrobioma usus dan sistem kekebalan membuat buaya nyaris kebal terhadap banyak penyakit yang mematikan bagi mamalia besar.
Fakta lain yang membuat ilmuwan terpukau adalah fenomena negligible senescence, yaitu penuaan yang hampir tidak terjadi. Buaya bisa terus berkembang biak bahkan di usia lanjut, tanpa penurunan fungsi tubuh yang signifikan. Banyak peneliti yakin buaya secara teoritis tidak mati karena “usia tua,” melainkan hanya karena cedera, kelaparan, atau infeksi. Namun, tantangan risetnya besar: sulit menandai anak buaya dan mengamati satu individu selama lebih dari satu abad. Akibatnya, banyak teori masih bersifat hipotesis.
Baca juga: Bagaimana Buaya Bertahan dari Kepunahan yang Binasakan Dinosaurus
Evolusi, Konservasi, dan Potensi Ilmiah Masa Depan
Henry juga menjadi simbol evolusi konservatif buaya. Fosil menunjukkan bahwa leluhur buaya sudah ada lebih dari 85 juta tahun lalu, ketika dinosaurus masih mendominasi bumi. Para ilmuwan menyebut pola evolusi lambat ini sebagai punctuated equilibrium—spesies hanya berubah bila kondisi lingkungan memaksa. Strategi ini terbukti efektif mempertahankan posisi buaya sebagai predator puncak selama jutaan tahun.

Selain menjadi bukti keajaiban umur panjang, Henry membuka peluang riset kesehatan masa depan. Para ilmuwan menilai mikrobioma usus buaya sebagai “tambang emas biologis” yang potensial dikembangkan menjadi terapi kanker, infeksi, dan penuaan. Dengan teknologi multi-omics modern—gabungan metagenomik, metabolomik, proteomik, dan epigenomik—peneliti kini dapat memetakan ribuan molekul unik yang mungkin suatu hari dimanfaatkan untuk kesehatan manusia. Pemahaman lebih mendalam tentang ketahanan buaya terhadap air tercemar, radiasi, dan patogen juga dapat menginspirasi inovasi baru dalam bidang kedokteran preventif.
Baca juga: Video: Saat Buaya Berusaha Memangsa Belut Listrik
Di sisi lain, keberadaan Henry mengingatkan pentingnya konservasi. Populasi buaya Nil terus tertekan akibat kehilangan habitat, konflik dengan manusia, dan perburuan liar. Melindungi individu luar biasa seperti Henry berarti menjaga warisan biologis yang tak ternilai dan membuka peluang penemuan medis yang belum seluruhnya terungkap. Saat Henry merayakan ulang tahunnya yang ke-125, ia bukan hanya menjadi buaya tertua yang tercatat, tetapi juga saksi hidup ketangguhan evolusi dan potensi kesehatan yang masih misterius.