Benarkah Badai Matahari Menyebabkan Satwa Laut Terdampar?

 

Paus yang terdampar di Pulau Baranof , Alaska. Foto: Alicia Jensen/NOAA/NMFS/AKFSC via NASA

Sering kita dibuat penasaran, mengapa paus, lumba-lumba, porpoise, atau satwa lainnya bisa terdampar di pantai secara massal.

Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, kini tengah berupaya menemukan jawabannya. Mengapa satwa-satwa laut yang dalam kondisi sehat bisa terdampar dalam waktu bersamaan.

Paus, lumba-lumba, dan porpoise, yang sering dikenal sebagai cetacean, menggunakan sensor medan magnetik dalam bernavigasi.

NASA kini melakukan riset untuk mengetahui apakah ada hubungan antara badai matahari dengan terdamparnya satwa-satwa tersebut. “Jika kita memahami hubungan antara keduanya, mungkin kita dapat mengamati badai matahari sebagai peringatan awal sebagai kemungkinan terjadinya peristiwa hewan laut terdampar,” kata Katie Moore, anggota peneliti NASA, sebagaimana dilansir dari Live Science.

Badai matahari menciptakan semburan cerah besar berupa radiasi, plasma, dan energi elektromagnetik ketika mencapai ionosfer bumi, hal itu dapat mempengaruhi medan magnet bumi sendiri. Gangguan ini cukup kuat sehingga kadang bisa menonaktifkan satelit, yang menyebabkan masalah pada jaringan listrik, dan mengganggu sistem GPS-navigasi.

 

Ratusan paus pilot ini terdampar di Golden Bay, New Zealand, awal Februari 2017. Foto: Reuters

 

Menurut penjelasan awal para ilmuwan NASA,  peristiwa terdamparnya cetacean tersebut karena kompas internal hewan itu kebingungan selama badai matahari hebat yang mempengaruhi medan magnetik bumi, membuat mereka kehilangan arah.

Cetacean yang terdampar di sejumlah lokasi jumlahnya dari beberapa individu hingga ratusan untuk satu kali peristiwa. Moore yang juga Direktur Program Animal Rescue di International Fund for Animal Welfare, mengatakan fenomena global ini paling sering terjadi di Selandia Baru, Australia dan Cape Cod, Massachusetts.

Meski fenomena terdamparnya hewan laut terjadi merata, ketua penelitian yang merupakan ahli heliophysicist di Goddard Space Flight Center NASA (orang yang mempelajari efek matahari di tata surya) Antti Pulkkinen, mengatakan bahwa penelitian kuantitatif akan hal tersebut masih sangat sedikit.

“Kami memprediksi catatan terdamparnya ratusan cetacean secara massal akan menjadi fokus riset. Ini membuat analisa kami secara statistik signifikan. Ini merupakan misteri yang telah lama berlangsung. Penting untuk diketahui penyebabnya,” kata Pulkkinen.

 

 

Pulkkinen dan timnya dari Bureau of Ocean Energy Management dan International Fund for Animal Welfare menyaring laporan terdamparnya cetacean secara massal, data cuaca, dan observasi lapangan. Para peneliti berharap dapat menyelesaikan studi tersebut akhir September 2017.

Bisa jadi, hasilnya mungkin menunjukkan fenomena hewan terdampar dan badai matahari tidak berkaitan. Namun, studi tersebut akan menjadi penelitian menyeluruh pertama soal keterkaitan itu.

“Jika kita memahami hubungan keduanya, kita mungkin dapat menggunakan pengamatan badai matahari sebagai peringatan dini atas potensi terdamparnya mamalia laut. Hal ini tentunya membuat kita lebih siap, sehingga memiliki kesempatan untuk menyelamatkan lebih banyak satwa,” ujar Moore. (Berbagai sumber)

 

 

Kredit

Editor

Topik

Potret Buram Nelayan Tradisional

  Kondisi nelayan tradisional di Indonesia memprihantinkan. Negara makin tidak berpihak pada nelayan saja. Demi tingkatkan ekonomi, pemerintah izinkan privatisasi ruang laut dan pesisir serta sumber daya alam di dalamnya. Hingga perampasan ruang laut dan pesisir terus terjadi. Upaya-upaya masyarakat mempertahankan lahan pun tak jarang berakhir dengan jerat hukum. Belum lagi  wilayah tangkap  nelayan tradisional/kecil […]

Artikel terbaru

Semua artikel