Leuser merupakan nama orangutan sumatera berusia 26 tahun. Ia menjadi penghuni pulau buatan Orangutan Haven, di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, setelah mengalami berbagai cobaan hidup.
Namanya diambil dari tempat kelahirannya, Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), bentang alam dengan keanekaragaman hayati luar biasa.
Leuser merupakan orangutan liar. Nasib sedihnya dimulai ketika ia diselamatkan dari pemburu di KEL pada 20 Februari 2004, saat hendak menyelundupkannya dari Aceh ke Jakarta.
“Saat itu, usianya lima tahun,” tutur Ricko Layno Jaya, Manager Konservasi Orangutan Haven.
Leuser kemudian dibawa ke Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan Sumatera di Batu Mbelin, Sibolangit, Provinsi Sumatera Utara. Desember 2004, setelah dinyatakan sehat, Leuser dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Provinsi Jambi.
Namun, pada November 2006, Leuser kembali terancam hidupnya. Ia ditemukan terluka parah di Desa Mangupeh, Kecamatan Tebo Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi.
Saat ditemukan, kaki kanannya terluka sepanjang 40 sentimeter dan di tubuhnya ditemukan 62 peluru senapan angin. Kepalanya memar, karena pukulan benda tumpul.
Peluru tidak hanya membutakan kedua mata Leuser, tapi juga bersarang di paru-paru. Bahkan, dari tengkorak hingga kaki terdapat peluru.
Hanya 15 peluru yang dikeluarkan. Sisanya, tetap berada di tubuh Leuser. Akibat mengalami masalah penglihatan, Leuser tidak bisa dikembalikan ke hutan.
Kisahnya menjadi inisiatif dibangunnya Orangutan Haven. Pulau ini bukan hanya sebagai tempat perlindungan bagi orangutan yang tidak bisa kembali ke alam liar, tetapi juga pusat edukasi untuk mendorong kepedulian publik terhadp konservasi orangutan dan habitatnya.
Roma Usandi Tarigan, keeper Orangutan Haven, yang merawat Leuser mengaku sedih mendengar cerita orangutan sumatera ini. Roma berharap, tidak ada lagi orangutan sumatera yang bernasib seperti Leuser. Hidupnya sangat menderita.
“Saya hanya bisa membayangkan kalau itu terjadi pada kita, atau keluarga kita,” ucapnya.
Orangutan sumatera yang terluka parah karena senapan angin bukan hanya Leuser, masih ada yang lain.
BKSDA Aceh bersama Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC) mengevakuasi satu individu orangutan sumatera betina bersama bayinya di Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Aceh, pada 10 Maret 2019
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh kembali mengevakuasi satu individu orangutan sumatera jantan di Desa Seuneubok Keuranji, Kecamatan Kota Bahagia, Kabupaten Aceh Selatan, pada 9 September 2020. Ada 138 peluru senapan di tubuhnya, termasuk 40 butir di kepala. Karena luka parah, orangutan tanpa nama ini mati beberapa hari kemudian.
Salinan
Pemberitahuan: Transkrip dibuat oleh mesin dan manusia serta diedit dengan ringan untuk akurasi.Mereka mungkin mengandung kesalahan.Semua orangutan di sini mempunyai keunikan dan karakter masing-masing. Misalnya, orangutan Leuser, orangutan jantan. Leuser ini sudah menjalani proses rehabilitasi dan juga sempat dilepasliarkan ke reintroduksi. Sayangnya, beberapa bulan setelah dilepasliarkan, Leuser ditemukan mengalami beberapa tembakan dan kemudian kita lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Leuser mengalami kebutaan akibat dari tembakan senapan angin dan akhirnya, keputusannya terpaksa kita tidak bisa melepaskan Leuser kembali ke alam liar.
Sekarang Leuser berada di Pulau 9 dan berperilaku seperti orangutan normal. Walaupun sayangnya, Leuser adalah orangutan yang buta. Walaupun Leuser buta, tetapi ia sepertinya mengetahui semua sudut pulau. Bagi yang tidak tidak tahu kalau Leuser itu buta, kita melihat pergerakannya seolah-olah dia bisa melihat.
Jadi bagaimana dia menggapai tali, bagaimana dia berpindah dari satu tiang ke tiang lain, Leuser tidak terlihat seperti buta. Walaupun sebenarnya itu adalah proses adaptasi yang dilakukan Leuser selama berminggu-minggu, ketika kami memberikan akses dari kandang ke dalam pulau.
Saat ini kita memiliki tujuh orangutan. Kita sangat berharap sekali hanya inilah orangutan yang akan kita kelola. Tidak ada mungkin tidak ada tujuan untuk menambah jumlah orangutan. Karena, seperti yang sudah kita ketahui sebenarnya orangutan di sini adalah orangutan yang sayangnya tidak bisa dilepasliarkan. Yang kita inginkan sebenarnya meningkatnya populasi di alam liar dan yang harus kita lakukan adalah mencoba menyelamatkan habitat orangutan itu sendiri. Jadi, apakah tujuh ini cukup? Kami rasa tujuh sudah cukup dan kita harus mempertahankan populasi di alam liar.
Bagaimana masa depan Orangutan Haven? Orangutan Haven, semua orangutan yang tentunya tidak akan kita lepas liarkan lagi. Tetapi dengan perawatan, dengan desain kandang, desain pulau itu memungkinkan orangutan untuk hidup. Setidaknya, di akhir hidupnya selama 20 hingga 30 tahun ke depan mereka masih bisa berperilaku normal. Mereka masih bisa seperti orangutan liar.
Mereka masih bisa manjat, mereka masih bisa berayun dan kemudian di sini juga kita memberikan nutrisi yang cukup dan kemudian beberapa enrichment yang kita berikan juga mendorong orangutan untuk melakukan beberapa hal yang membuat mereka tetap tetap aktif, menghindari kebosanan dan segala hal.