Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di Pulau Jawa, setelah harimau Jawa dinyatakan punah. Sebagai subspesies endemik dengan status terancam punah (Endangered), keberadaan macan tutul kini menghadapi tekanan besar akibat fragmentasi habitat, perambahan lahan, serta konflik dengan manusia. Meskipun begitu, daya adaptasi ekologisnya yang tinggi, mampu hidup di berbagai jenis bentang alam dari pegunungan hingga mangrove, membuatnya masih bertahan.
Peran ekologis macan tutul jawa sangat penting sebagai pengendali populasi mangsa, yang berkontribusi menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Ia juga menyimpan potensi besar dalam ekowisata berbasis konservasi, seperti melalui pemantauan kamera jebak yang bisa melibatkan masyarakat lokal secara langsung. Namun demikian, makna budaya terhadap macan tutul telah banyak berubah. Selain upaya teknis, konservasi juga memerlukan dukungan sosial dan kebijakan publik, termasuk kampanye yang mampu membangkitkan kembali nilai-nilai lokal dan semangat pelestarian satwa liar Jawa.
Simak diskusinya di sini, mengundang Prof. Dr. Ir. Hendra Gunawan M.Si yang merupakan Peneliti Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai narasumber dalam perbincangan ini.