- Selat Drake, yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Atlantik, dikenal sebagai perairan paling berbahaya dengan ombak "Drake Shake" setinggi 15 meter akibat posisinya sebagai celah sempit (chokepoint) antara Amerika Selatan dan Antartika.
- Keganasan ombaknya dipicu oleh Arus Lingkar Antartika (ACC) yang mengalir tanpa hambatan daratan (infinite fetch) dengan volume 600 kali Sungai Amazon, yang kemudian terkompresi oleh efek corong dan diperkuat oleh angin kencang serta topografi dasar laut yang kasar.
- Turbulensi ekstrem di selat ini berfungsi sebagai mekanisme krusial untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer ke laut dalam, mengatur suhu global, serta mengangkat nutrisi (upwelling) yang menopang kekayaan biodiversitas laut di kawasan tersebut.
Lautan menutupi sebagian besar permukaan bumi, menyimpan misteri dan kekuatan yang sering kali tak terbayangkan oleh manusia. Di antara hamparan biru tersebut, terdapat titik-titik tertentu di mana alam menunjukkan wajah paling ganasnya, menantang teknologi maritim dari masa ke masa, dan nyali para pelaut paling berpengalaman sekalipun. Bagi dunia pelayaran, tidak ada wilayah yang lebih legendaris sekaligus lebih ditakuti daripada perairan sempit yang memisahkan ujung selatan benua Amerika dan daratan es Antartika.
Wilayah tersebut dikenal sebagai Selat Drake (Drake Passage). Membentang sejauh kurang lebih 800 kilometer antara Tanjung Horn di Chili dan Kepulauan Shetland Selatan di Antartika, selat ini kerap disebut sebagai “jalur neraka” bagi kapal-kapal yang melintas. Di sinilah fenomena Drake Shake terjadi, di mana ombak setinggi 10 hingga 15 meter menjadi pemandangan sehari-hari, dan dalam kondisi badai, gelombang monster (rogue waves) dapat mengombang-ambingkan kapal modern layaknya mainan kecil di tengah samudra yang tak pernah tidur.

Namun, di balik reputasinya yang menakutkan dan berbahaya bagi keselamatan manusia, Selat Drake memegang peran kunci yang tak tergantikan dalam sistem penyangga kehidupan planet ini. Ia bukan sekadar penghalang geografis yang mematikan, melainkan sebuah mesin oseanografi raksasa yang mengatur iklim global. Pertemuan massa air yang turbulen di kawasan ini menciptakan mekanisme unik yang memengaruhi sirkulasi panas, distribusi nutrisi, dan siklus karbon di seluruh dunia.
Mesin Penggerak Ombak Raksasa
Keganasan Selat Drake bukanlah sebuah kebetulan cuaca semata, melainkan hasil dari konvergensi oseanografi, meteorologi, dan topografi dasar laut yang unik. Ini adalah satu-satunya wilayah di lintang selatan di mana arus laut dapat mengelilingi bola dunia secara penuh tanpa terhalang oleh satu pun daratan benua, fenomena yang memungkinkan angin dan ombak menempuh jarak ribuan kilometer tanpa henti—sebuah konsep fisika yang dikenal sebagai infinite fetch.
Arus Lingkar Antartika (Antarctic Circumpolar Current atau ACC) yang mendominasi wilayah ini adalah arus terkuat di planet ini. Mengalir deras dari barat ke timur, ACC membawa volume air yang masif dengan estimasi transportasi massa mencapai 135 hingga 173 Sverdrup (di mana 1 Sverdrup setara dengan 1 juta meter kubik per detik), atau kira-kira 600 kali lipat gabungan debit seluruh sungai di dunia, termasuk Sungai Amazon.

Ketika massa air raksasa dari Samudra Pasifik dan Atlantik ini dipaksa melewati celah selebar 800 kilometer antara Amerika Selatan dan ujung Semenanjung Antartika, terjadi fenomena “efek corong” (chokepoint) yang memadatkan dan mempercepat energi arus tersebut secara drastis. Situasi ini diperparah oleh letak geografisnya di zona lintang 50 hingga 60 derajat selatan, wilayah yang secara historis dikenal pelaut sebagai Furious Fifties dan Screaming Sixties. Di zona ini, siklon tekanan rendah bergerak bebas ke arah timur tanpa hambatan orografis seperti gunung atau pepohonan, menciptakan badai yang hampir permanen.
Tak hanya dari atas, turbulensi juga dipicu dari bawah; topografi dasar laut Selat Drake yang tidak rata dan naik secara tiba-tiba memaksa arus dalam untuk naik ke permukaan. Kombinasi mematikan antara arus deras yang terkompresi, topografi dasar laut yang kasar, serta angin kencang yang konstan inilah yang melahirkan ombak rogue setinggi gedung perkantoran yang tidak bisa ditemukan di tempat lain di bumi.
Laboratorium Iklim dan Penyerap Karbon
Di balik ganas permukaannya, turbulensi ekstrem di Selat Drake berfungsi sebagai “paru-paru” vital bagi bumi. Sebuah studi internasional yang melibatkan para peneliti dunia mengungkapkan betapa krusialnya peran turbulensi di wilayah ini. Riset yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tersebut menemukan bahwa perairan bergolak di sekitar Antartika, termasuk Selat Drake, bertanggung jawab atas penyerapan porsi signifikan karbon dioksida (CO2) dan panas berlebih dari atmosfer.
Mekanisme ini terjadi melalui proses pengadukan vertikal yang intens. Gelombang ganas dan arus pusaran di Selat Drake membantu menarik air permukaan yang kaya akan karbon ke kedalaman laut, menguncinya jauh di dasar samudra selama berabad-abad, sekaligus membawa air dingin dari kedalaman ke permukaan. Tanpa mekanisme “pencampuran” yang agresif di Selat Drake ini, laju pemanasan global di atmosfer bumi diperkirakan akan terjadi jauh lebih cepat daripada yang kita alami saat ini, menjadikan selat ini sebagai salah satu benteng pertahanan terakhir iklim bumi.
Arus yang kuat dan turbulensi yang konstan di Selat Drake juga membawa dampak positif bagi rantai makanan laut. Proses upwelling atau naiknya massa air dari kedalaman membawa nutrisi melimpah seperti fosfat dan nitrat ke permukaan yang terpapar sinar matahari, memicu ledakan populasi fitoplankton dan krill Antartika. Kelimpahan makanan ini menjadikan perairan yang tampak mematikan ini justru sebagai zona makan yang subur bagi berbagai megafauna laut.