- Laporan Global Forest Resources Assessment 2025 (FRA 2025) dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menunjukkan bahwa laju deforestasi telah melambat di seluruh wilayah dunia dalam satu dekade terakhir.
- Laporan lima tahunan ini diluncurkan pada Global Forest Observations Initiative (GFOI) Plenary yang digelar di Bali, pada 21-23 Oktober 2025 yang dihelat daring dan luring. Dalam laporannya, FRA sebut laju deforestasi saat ini capai 10,9 juta hektar per tahun, angka yang masih tergolong tinggi.
- Wilayah tropis menjadi spot dengan deforestasi terbesar (88%) dalam kurun 1990-2025, meski angkanya cenderung turun. Dari 15,9 juta hektar di 1990–2000, menjadi 9,42 juta hektar untuk periode 2015–2025. Begitu juga di wilayah subtropis, dari 1,09 juta hektar menjadi 0,73 juta hektar.
- Agroforestri sebagai tutupan hutan di Indonesia dinilai meningkat. Secara global, peningkatan terbesar dalam luas agroforestri terjadi pada tahun 1990–2000, terutama di Asia Selatan dan Tenggara, dengan Indonesia melaporkan luas agroforestri sebesar 22,0 juta hektar pada tahun 1990 dan 25,7 juta hektar pada 2000.
Global Forest Resources Assessment 2025 (FRA 2025) dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menyebut laju deforestasi di seluruh dunia melambat dalam satu dekade terakhir. Meski begitu, angkanya mencapai 10,9 juta hektar per tahun.
Laporan lima tahunan yang rilis pada Global Forest Observations Initiative (GFOI) Plenary di Bali, 21-23 Oktober 2025 yang berlangsung daring dan luring ini menegaskan, ekosistem hutan masih menghadapi tekanan besar.
Laju deforestasi saat ini, 10,9 juta hektar per tahun, angka yang masih tergolong tinggi.
“Sejak 1990, hutan global menurun 200 juta hektar,” kata Anssi Pekkarinen, Senior Forestry Officer FAO.
Meski angka deforestasi tahunan menurun, ekosistem hutan masih hadapi banyak tekanan.
Dia bilang, kemampuan hutan untuk meregenerasi secara alami capai 90%, sisanya, berkat penanaman pohon. Hanya, kemampuan regenerasi itu menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Qu Dongyu, Direktur Jenderal FAO mengatakan, FRA merupakan evaluasi global paling komprehensif dan transparan tentang sumber daya hutan beserta kondisi, pengelolaan, dan pemanfaatannya.
Laporan itu mencakup semua elemen tematik pengelolaan hutan lestari.
“Data yang dihasilkan memiliki beragam tujuan, mulai dari menginformasikan komunitas global tentang status hutan dan perubahannya, hingga mendukung keputusan, kebijakan, dan investasi terkait hutan dan jasa ekosistem yang disediakannya.”

Yuk, segera follow WhatsApp Channel Mongabay Indonesia dan dapatkan berita terbaru setiap harinya.
Laju reforestasi turun?
Data terbaru menunjukkan hutan masih menutupi sekitar 4,14 miliar hektar atau sekitar sepertiga dari total daratan dunia.
Lebih dari separuh kawasan hutan kini telah terkelola dalam rencana pengelolaan jangka panjang, dan sekitar seperlima diantaranya berada dalam kawasan lindung yang ditetapkan secara hukum.
Laju deforestasi menurun dari 17,6 juta hektar (1990–2000) menjadi 10,9 juta hektar per tahun (2015–2025). Masalahnya, di waktu sama, laju perluasan hutan baru juga menurun, dari 9,88 juta hektar per tahun (2000–2015) menjadi 6,78 juta hektar (2015–2025).
Hutan primer mencakup setidaknya 1,18 miliar hektar, sekitar sepertiga dari luas hutan yang ada. Hutan tanaman mencakup sekitar 8% dari total luas hutan, setara 312 juta hektar. Luasnya meningkat di semua wilayah sejak 1990, namun melambat secara global dalam dekade terakhir.
Untuk biomassa dan karbon, stok hutan dunia terus tumbuh, perkiraan mencapai 630 miliar meter kubik. Stok karbon hutan telah meningkat, mencapai 714 gigaton. Sekitar 20% hutan (813 juta hektar) berada di kawasan lindung yang ditetapkan secara hukum, meningkat 251 juta hektar sejak tahun 1990.
Kebakaran masih menjadi ancaman utama hutan dan berdampak pada 261 juta hektar lahan setiap tahun, hampir setengahnya berupa hutan.

Bagaimana Indonesia?
Agroforestri sebagai tutupan hutan di Indonesia dinilai meningkat. Secara global, peningkatan terbesar dalam luas agroforestri terjadi pada tahun 1990–2000, terutama di Asia Selatan dan Tenggara, dengan Indonesia melaporkan luas agroforestri 22,0 juta hektar pada 1990 dan 25,7 juta hektar pada 2000.
Analisis tren untuk sawit berdasarkan pada data 111 negara dan kawasan. Luas sawit bertambah lebih dari dua kali lipat antara 1990-2025, meningkat rata-rata 153.000 hektar per tahun selama periode itu.
Peningkatan terjadi di semua kawasan, meski Asia menyumbang lebih dari 80% dari peningkatan global.
Menurut data FRA 2020, Indonesia memiliki 21% dari total luas mangrove dunia, salah satu hutan dan ekosistem yang penting.
Pada Maret 2025, Kementerian Kehutanan merilis hasil pemantauan tahunan mengenai kondisi hutan dan angka deforestasi di Indonesia. Pemantauan ini berlangsung di seluruh daratan yang mencakup 187 juta hektar, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan.
Hasil pemantauan menunjukkan, luas lahan berhutan di Indonesia pada 2024 mencapai 95,5 juta hektar, atau 51,1% dari daratan. Dari angka itu, sekitar 91,9% (87,8 juta hektar) berada di dalam kawasan hutan.
Menurut Global Forest Watch, dari 2002-2024, Indonesia kehilangan 10.7 mega hektar (Mha/juta) hutan primer basah, menyumbang 34% dari total kehilangan tutupan pohon dalam periode yang sama.

Libatkan 236 negara
Penyusunan dokumen FRA 2025 melibatkan 236 negara dan wilayah. Korespondensi dengan melibatkan 197 negara dan wilayah untuk penyediaan data. Lebih dari 700 pakar dan organisasi mitra di seluruh dunia terlibat dalam penyusunan dokumen ini.
Informasi yang dikumpulkan mendukung pemantauan komitmen internasional, termasuk Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan, Persetujuan Paris tentang Perubahan Iklim, Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming–Montreal, dan Rencana Strategis PBB untuk Kehutanan 2017–2030.
Laporan FRA ini memberi analisis terperinci tentang luas dan perubahan hutan, karakteristik, biomassa dan karbon, dan kebijakan dan perundang-undangan. Juga, penetapan dan pengelolaan, kepemilikan dan hak pengelolaan, gangguan, hasil hutan non-kayu, dan lain-lain.
FRA akui, luas hutan tanaman terus bertambah, tetapi dengan laju yang lebih lambat dari sebelumnya. Hutan yang dilindungi secara hukum kini mencakup seperlima dari total luas hutan. Juga lebih dari separuh hutan dunia berada di bawah rencana pengelolaan formal.

*****
Emisi dari Deforestasi di Daerah Tropis Dunia Meningkat, Bagaimana di Indonesia?