- Kasus cemaran radioaktif di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten, menyebabkan dampak berlipat bagi warga sekitar terlebih pekerja di kawasan itu. Mereka terpapar zat radioaktif, pekerjaan juga hilang ketika pabrik tutup.
- Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan, sebanyak 32 titik kontaminasi, 22 perusahaan di kawasan itu terdeteksi memiliki jejak Cesium-137, dan 10 titik di lapak rongsokan serta lahan kosong. Proses dekontaminasi tengah berlangsung, namun dampak sosial tak kalah besar dari bahaya fisik radiasi itu sendiri.
- Pasangan Sakinah dan Roni, misal, mereka bekerja di pabrik pengemasan udang beku, PT PBM dan perusahaan logam yang menjadi sumber lokal cemaran radioaktif, PT PMT, kini kehilangan mata pencarian. Siapa yang akan membantu pemulihan mata pencarian mereka?
- Pertengahan September lalu, Sakinah dan Roni menjalani pemeriksaan kesehatan. Dari hasil uji darah, keduanya terpapar radiasi. Roni bahkan harus mengonsumsi obat penawar khusus. Sakinah hanya minum vitamin biasa.
Selepas hujan siang itu, udara di Desa Nambo Udik, Kecamatan Cikande, Serang, Banten, terasa lembab. Tanah di depan rumah Sakinah dan Roni, becek. Beberapa bagian tergenang.
Pasangan suami istri itu kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, memandangi halaman yang sepi. Sudah sebulan lebih keduanya menganggur, sejak kabar cemaran radioaktif mencuat di Kawasan Industri Modern Cikande tempat mereka mencari nafkah.
Sakinah kehilangan pekerjaann setelah PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods), tempat dia bekerja, tutup. Penutupan itu berawal dari laporan resmi Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada 19 Agustus lalu, yang menemukan jejak radioaktif pada sampel udang beku asal Indonesia. Produk itu terindikasi berasal dari BMS.
Pemerintah antara lain, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Gegana Polri menelusuri sumber cemaran.
Terungkaplah, paparan radioaktif jenis Cesium-137 berasal dari pabrik peleburan logam PT Metal Technology (PMT), tempat Roni bekerja lebih dari satu dekade sebagai helper.

Obat hitam penetralisir radiasi
Pertengahan September lalu, Sakinah dan Roni menjalani pemeriksaan kesehatan. Dari hasil uji darah, keduanya terpapar radiasi. Roni bahkan harus mengonsumsi obat penawar khusus.
“Setelah dicek darah, saya dikasih obat anti radiasi, namanya Radiogardase. Obatnya warna hitam. Satu kotak isinya 63 butir, diminum tiga kali sehari, sembilan butir perhari,” kata lelaki 49 tahun ini menunjukkan bungkus obatnya.
Radiogardase merupakan obat prussian blue yang merupakan obat penawar racun yang berfungsi mengeluarkan radionuklida Cesium-137 dari dalam tubuh.
Sakinah tak seberuntung suaminya. Di tempat dia bekerja, pemeriksaan kesehatan sekadarnya.
“Nggak dikasih obat kayak bapak, cuma vitamin aja. Sekarang sudah habis vitaminnya,” katanya lirih.
Saat ini, PMT dan BMS setop operasi. Ratusan pekerja kehilangan pencarian tanpa pesangon termasuk Sakinah dan Roni.
“Pabrik off semua. Saya dikeluarkan tanpa kompensasi. Semua karyawan, termasuk pekerja asing dari China, langsung pulang,” kata Roni kepada Mongabay saat ditemui di kediamannya, 7 Oktober lalu.
Sejak itu, kehidupan keluarga mereka berubah drastis. Penghasilan yang biasa untuk membiayai anak mereka sekolah, kini berhenti total. Mereka hanya bisa berharap ada uluran tangan pemerintah.
“Saya berharap ada perhatian khusus. Kita ini korban, pekerja yang kena dampak langsung. Butuh makan, anak juga masih sekolah,” ujar Sakinah, menahan getir.
Roni hingga kini belum ada kepastian dari perusahaan mengenai pesangon atau bantuan bagi pekerja terdampak. Dia sudah berulang kali mencoba mencari pekerjaan lain, tetapi sulit karena usia dan kondisi ekonomi yang lesu.
“Harapannya cuma satu, pabrik bisa dibuka lagi atau ada pekerjaan pengganti. Usia saya sudah tua, tapi kalau nggak kerja, siapa yang kasih makan keluarga?” kata Roni.

Radiasi di Cikande
KLH mengungkap sebanyak 22 perusahaan di kawasan itu terdeteksi memiliki jejak Cesium-137, dan 10 titik kontaminasi di lapak rongsokan serta lahan kosong.
Proses dekontaminasi tengah berlangsung, namun dampak sosial tak kalah besar dari bahaya fisik radiasi itu sendiri.
Tingkat radiasi tertinggi ada di PMT yakni 0,3-0,5 mikrosievert per jam. Angka ini lebih tinggi dari kondisi aman 0,1 mikrosievert per jam.
Desa Nambo Udik berjarak kurang dari 100 meter dari pabrik itu, berada dalam radius paparan, membuat warga khawatir terhadap dampak kesehatan dan lingkungan di sekitar mereka.
Juhri Kamaludin, Kepala Desa Nambo Udik, mengatakan, ada tiga warga terpapar radiasi radionuklida Cesium-137. Mereka yang menjalani tes kesehatan adalah para pekerja di Kawasan Industri Modern Cikande.
“Hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi mereka terpapar, dan beberapa diketahui mengonsumsi obat prussian blue,” katanya kepada Mongabay di Balai Desa Nambo Udik.
Area PMT, katanya, kini sudah terpasang tanda peringatan larangan masuk untuk mencegah masyarakat mendekat ke zona terpapar.
“Yang penting masyarakat jangan sampai melanggar aturan itu.”
Sebelumnya, tim Satgas penanganan Cs-137, yang melibatkan unsur Kementerian Kesehatan, telah mengecek kesehatan terhadap 1.562 pekerja dan warga sekitar Cikande.
Dari hasil pemeriksaan, ada sembilan orang terpapar kontaminasi zat radioaktif itu. Korban menjalani uji whole body counting (WBC) lalu dapat obat dari Puskesmas Cikande.
Pada 7 Oktober lalu, Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, sosialisasi kepada warga di tiga desa terdampak di Kecamatan Cikande, Desa Barengkok, Desa Sukatani, dan Desa Nambo Udik. Hadir para tokoh masyarakat dan ketua RT dan RW setempat.
Hanif menjelaskan, pemerintah, sedang melakukan survei detail untuk memetakan tingkat paparan dan dampak terhadap warga.
“Ini memerlukan langkah yang tidak hanya teknis, juga sosial. Kami sedang melakukan lokalisir terhadap masyarakat, termasuk kemungkinan pemindahan sementara hingga dekontaminasi selesai dilakukan,” ujar Hanif.
Langkah ini harus secara terkoordinasi dengan kementerian dan pemerintah daerah.
“Kami akan berkoordinasi dengan Menteri Sosial, Menteri Ketenagakerjaan, Menteri PMK, gubernur, dan bupati untuk memastikan kegiatan masyarakat di kawasan itu berjalan sangat terbatas. Setelah survei selesai, kami akan membatasi pergerakan warga di area terdampak,” katanya.
Dia menyebut, Bapeten dan BRIN tengah pemetaan atau zoning terhadap potensi pancaran radionuklida hingga radius lima kilometer dari titik utama.
“Zona merah akan ditangani lebih awal,” katanya.
Di satu sisi, pemerintah masih berfokus pada penanganan teknis dan dekontaminasi, Sisi lain, dampak sosial dan ekonomi perlahan menekan kehidupan warga yang terdampak cemaran itu.
Warga seperti Sakinah dan Roni mesti menanggung beban berlapis. Mereka terancam paparan radiasi, kehilangan pekerjaan, dan ketidakpastian nasib di tengah pemulihan yang masih berjalan.

*****
Cemaran Radioaktif, Pemerintah akan Gugat Pabrik dan Pengelola Cikande