- Perempuan-perempuan di Kampung Ubi Batu Busuk, Kelurahan Lambung Bukik dan Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, ini punya hubungan unik dengan alam. Berdampingan dengan hutan Suaka Margasatwa Bukit Barisan membuat keperluan pangan hingga obat-obatan mereka dari alam sekitar.
- Sumiati, warga Ubi Batu memanfaatkan tumbuhan di sekitar untuk obat-obatan dan sudah menjadi kebiasaan warga di kampungnya. Kemampuan itu mereka warisi turun-temurun dari generasi-generasi sebelumnya.
- Ada begitu banyak tumbuhan bisa jadi obat-obatan. Misal, daun pangka gaduang (Fabaceae senna alata), daun capo (Asteraceae blumea balsamifera),dan empedu tanah (Lamiaceae perilla frustescens). Ada juga daun sikaduduak (Melastomataceae melastoma malabathricum L.), kumis kucing (Lamiaceae Orthosiphon aristatus), daun pudiang hitam (Acanthaceae Graptophyllym Pictum), serta banyak lagi.
- Maizaldi, fasilitator dari World Resource Institute (WRI) Indonesia melihat potensi ini sebagai harmoni hubungan antara perempuan dan alam. Pihaknya pun memfasilitasi para ibu mencatat tumbuhan yang sering dipakai dan formulanya, cara mengemas dan menjualnya. WRI juga melangkapi katalog tanaman dalam bentuk barcode yang jika di-scan akan muncul keterangan nama latin dan nama setempat tanaman dan manfaatnya bagi manusia dan alam.
Perempuan-perempuan di Kampung Ubi Batu Busuk, Kelurahan Lambung Bukik dan Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat, ini punya hubungan unik dengan alam. Berdampingan dengan hutan Suaka Margasatwa Bukit Barisan membuat keperluan pangan hingga obat-obatan mereka dari alam sekitar.
Sumiati, warga Ubi Batu memanfaatkan tumbuhan di sekitar untuk obat-obatan dan sudah menjadi kebiasaan warga di kampungnya. Kemampuan itu mereka warisi turun-temurun dari generasi-generasi sebelumnya.
“Sudah dari zaman nenek moyang dulu. Biasanya direbus, lalu diminumkan,” kata perempuan 70 tahun ini.
Momen pernikahan bagi pasangan baru biasa jadi kesempatan bagi para orang tua untuk menyampaikan khasiat tumbuhan dari kekayaan hutan yang berkhasiat untuk obat-obatan. Misal, sarang semut yang bisa mengobati sakit diare atau mencret-mencret. Hanya dengan membersihkan, mengeringkan lalu merebusnya, cukup ampuh sebagai obat.
Ritawati, saudara jauh Sumiati bilang, hutan Bukit Barisan yang berdampingan dengan kampungnya seolah menjadi berkah baginya. Ada begitu banyak tumbuhan bermanfaat yang mereka percaya bisa mengobati berbagai masalah kesehatan. Sebut saja bunga rayo untuk mengobati batuk. “Kalau daunnya itu bisa untuk demam,” katanya.
Cerita sama juga datang dari Roslaini. Perempuan 52 tahun ini ingat betul ketika anaknya, Suci yang masih duduk di sekolah dasar sakit tipus pada 2000. Tetangganya kemudian menyarankan untuk mencari cacing hutan sebagai obat, selain mengonsumsi bunga rayo.
“Amblilah waktu itu cacing di bawah pohon pisang. Dibersihkan, dibelahkan dibersihkan isinya, lalu direbus. Airnya diminum tiga kali sehari. Selain itu juga tanaman bungo rayo untuk menurunkan demamnya,” katanya.

Suci, Ketua Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Padusi Etnobotani bilang, perempuan dan alam memiliki hubungan baik sejak dulu. Mereka banyak memanfaatkan kekayaan hutan untuk pangan maupun obat-obatan. Selain bunga rayo untuk atasi demam, ada juga daun capo (asteraceae blumea balsamifera) untuk obat sakit kuning.
Ada begitu banyak tumbuhan bisa jadi obat-obatan. Misal, daun pangka gaduang (Fabaceae senna alata), daun capo (Asteraceae blumea balsamifera),dan empedu tanah (Lamiaceae perilla frustescens). Ada juga daun sikaduduak (Melastomataceae melastoma malabathricum L.), kumis kucing (Lamiaceae Orthosiphon aristatus), daun pudiang hitam (Acanthaceae Graptophyllym Pictum), serta banyak lagi.
“Ada 73 jenis tanaman herbal yang bisa digunakan,” katanya.
Dari beragam tumbuhan itu, dia memiliki 34 formula untuk banyak penyakit, seperti batuk, rematik, penurun tekanan darah, ramuan pasca melahirkan, luka bakar, sakit pinggang, sakit mata, meriang, panu, demam, sakit kulit, campak hingga sakit gigi.
Melalui KUPS, ramuan tumbuhan itu lantas dia keringkan dan bungkus dalam kemasan plastik berukuran kecil-kecil.
“Ada 3 formula herbal yang kami salurkan ke tempat yang bisa menjualnya. Mulai dari empedu tanah, sarang semut dan ubek abuih.”
Roslaini mengatakan, ada banyak alasan mengapa perempuan di kampungnya banyak manfaatkan tumbuhan hutan untuk obat-obatan. Selain sumber daya yang memang banyak tersedia, akses ke fasilitas kesehatan cukup jauh dari rumah mereka. Mereka harus menyusuri jalan selebar satu meter dan bersebelahan dengan jurang.

Kaya sumber obat
Maura Nabila Dwifara, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas dalam penelitiannya ungkap, terdapat 51 spesies dari 28 famili yang bermanfaat sebagai obat tradisional. Famili Poaceae merupakan yang terbanyak dengan lima spesies tanaman.
Berdasar 18 jenis penyakitnya, serai (Cymbopogon citratus) adalah spesies tertinggi dengan frekuensi 22%. Yang paling sedikit terdiri dari 40 spesies berbeda dengan frekuensi penggunaan 5% yang masing-masing terpakai sekali.
Maizaldi, fasilitator dari World Resource Institute (WRI) Indonesia melihat potensi ini sebagai harmoni hubungan antara perempuan dan alam. Pihaknya pun memfasilitasi para ibu mencatat tumbuhan yang sering dipakai dan formulanya, cara mengemas dan menjualnya. WRI juga melangkapi katalog tanaman dalam bentuk barcode yang jika di-scan akan muncul keterangan nama latin dan nama setempat tanaman dan manfaatnya bagi manusia dan alam.
Menurut Maizaldi, inisiatif tersebut muncul dari kondisi geografis dan sosial yang menantang. Wilayah tinggal kelompok Padusi Etnobotani memiliki akses terbatas ke layanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit. Lokasi mereka terpencil, keterbatasan ekonomi serta minim kepemilikan kendaraan pribadi.
Dengan ada pengobatan tradisional secara turun menurun dari tumbuhan hutan itu jadi andalan mereka. Dari hasil dokumentasi dan diskusi kelompok, mereka berhasil identifikasi 73 jenis tanaman yang diracik menjadi 34 formula herbal untuk pelbagai jenis penyakit berdasarkan kepercayaan dan pengalaman kolektif mereka.
Ke depan, KUPS berencana membangun taman tanaman obat sebagai ruang pembelajaran sekaligus bagian dari ekowisata.
*****