- Apa yang harus kita lakukan saat bertemu ular? Menghindar ata mengevakuasi?
- Bila kita menemukan ular ukuran kecil hingga sedang (30-70 cm) di rumah, maka secara darurat bisa menggunakan sapu lidi atau sapu gagang panjang untuk mengarahkannya ke wadah toples, ember, atau kontainer plastik transparan yang ada tutupnya.
- Bila bertemu jenis ular besar, segera hubungi pihak kompeten atau penyelamat ular terlatih.
- Edukasi tidak menjadi ajang atraksi, melainkan pembelajaran yang benar dan beretika. Baiknya, gunakan ular tidak berbisa atau spesimen awetan.
Bila bertemu ular, apa yang harus kita lakukan?
“Menghindar atau mengevakuasi?” tanya Holiah, pada warga Kota Bumi, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Cilegon, Banten.
Tidak semua ular berbahaya.
“Sebagian ular yang masuk ke permukiman tidak berbisa. Mereka punya peran penting di ekosistem,” jelasnya, Minggu (15/6/2025).

Holiah bersama rekannya dari Yayasan Penyelamat Satwa Liar dan Wana Lestari, sore itu, melakukan kampanye pentingnya menjaga lingkungan. Juga, mengenali satwa liar yang hidup di sekitar masyarakat, termasuk ular.
Misal, ular Lycodon capucinus dan Ptyas carinata dikenal tidak berbisa. Sementara, jenis Boiga dendrophila atau Ahaetullah prasina tergolong berbisa menengah.
Ular berbisa tinggi seperti Naja sputatrix dan Ophiophagus hannah juga turut dikenalkan pada warga. Ular tanah (Calloselasma rhodostoma) yang ada di wilayah Banten juga ditunjukkan.
“Ular bukan musuh, melainkan pengendali alami tikus dan hama lainnya.”
Ular merupakan satwa liar yang habitatnya paling dekat manusia. Dalam banyak kasus, ular masuk rumah bukan hendak menyerang, melainkan karena habitatnya terganggu atau mengikuti jejak tikus.
“Di sisin lain, berdasarkan rantai makanan, predator ular juga banyak diburu. Seperti garangan jawa (Herpestes javanicus), biawak (Varanus salvator), dan elang-ular bido (Spilornis chella).”

Kenali jenis ular
Holiah menambahkan, bila kita menemukan ular ukuran kecil hingga sedang (30-70 cm) di rumah, secara darurat bisa menggunakan sapu lidi atau sapu gagang panjang untuk mengarahkannya ke wadah toples, ember, atau kontainer plastik transparan yang ada tutupnya.
Untuk ular berukuran besar, diamankan menggunakan teknik teknik yang memudahkan evakuasi tanpa harus melakukan kontak langsung dengan ular. Caranya, menggunakan alat dan memahami prosedurnya.
“Jika tidak yakin, segera hubungi pihak kompeten atau penyelamat ular terlatih.”
Tim juga mengedukasi masyarakat terkait pertolongan pertama jika dipatuk ular.
“Penanganan harus mengikuti pedoman medis yang tepat. Korban tetap tenang dan lakukan imobilisasi, jangan mengikat atau mengisap luka,” jelas Tubagus Surya Bhaskara, founder yayasan tersebut.
Heri Sukirman, ketua RT setempat mengatakan, edukasi digagas sebagai respon atas meningkatnya laporan kemunculan ular ke permukiman warga.
“Jenis paling umum adalah sanca batik dan juga ular kecil,” jelasnya.

Pendekatan kolaboratif
Syahfitri Anita, peneliti di Pusat Penelitian Biosistemik dan Evolusi BRIN, mengatakan saat ini pihaknya tengah memfinalisasi publikasi ilmiah terkait frekuensi perjumpaan manusia dengan ular berbisa di Indonesia.
Riset ini berangkat dari data yang dihimpun dari berbagai ekspedisi dan koleksi museum BRIN, yang kemudian dianalisis dan dipetakan ulang.
“Dari 79 jenis ular berbisa di Indonesia, kami reduksi 10 hingga 20 jenis yang paling sering dijumpai masyarakat. Kami petakan juga berdasarkan wilayah provinsi. BRIN memiliki peran menelaah ulang secara ilmiah dan memverifikasi keakuratannya,” jelasnya, Senin (23/6/2025).

BRIN juga menginisiasi sistem pemantauan dan penelitian sebaran serta perilaku ular berbisa. Salah satu aspeknya yaitu home range atau luas jelajah ular. Khususnya, yang berbisa dan dekat permukiman penduduk.
“Hasilnya, ukuran ular mempengaruhi luas jelajah. Ini penting untuk memahami risiko pertemuan dengan manusia dan juga perkiraan wilayah prioritas distribusi antivenom.”
Syahfitri menjelaskan, meski pro dan kontra, keberadaan komunitas reptil yang melakukan edukasi langsung ke masyarakat akan bermanfaat, bila memegang prinsip kehati-hatian dan mengikuti pedoman internasional.
“Prinsip dasar kami, jangan tangani ular berbisa dengan tangan kosong. Edukasi tidak menjadi ajang atraksi, melainkan pembelajaran yang benar dan beretika. Baiknya, gunakan ular tidak berbisa atau spesimen awetan,” tegasnya.
*****