- Seekor kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) nyaris menjadi hewan peliharaan, setelah dibawa dari Banyuwangi ke Sukowono, Jember, Jawa Timur. Beruntung, satwa dilindungi tersebut diserahkan ke Polsek Sukowono.
- Berdasarkan observasi lapangan diperkirakan usia satwa ini belum mencapai satu tahun. Namun, secara fisiologis tampak tangguh, mandiri, dan agre
- Pelepasliaran dilakukan di kawasan hutan alam lereng Gunung Raung, tepatnya di wilayah RPH Sumberjambe, KPH Jember. Lokasinya sekitar 30 menit dari Sukowono, namun cukup terpencil dan vegetasi beserta potensi ekosistemnya sangat cocok bagi kucing kuwuk.
- Secara taksonomi kucing kuwuk mengalami revisi sejak 2017. Spesies yang IUCN dikategorikan dalam daftar Risiko Rendah ini terbagi menjadi dua, yaitu Mainland Leopard Cat (Prionailurus bengalensis) dan Sunda Leopard Cat (Prionailurus javanensis). Mengutip penelitian molekuler terbaru oleh Tu et al. (2025), bengalensis mempunyai enam subspesies, sedangkan P. javanensis memiliki lima subspesies.
Seekor kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) nyaris menjadi hewan peliharaan, setelah dibawa dari Banyuwangi ke Sukowono, Jember, Jawa Timur. Beruntung, satwa dilindungi tersebut diserahkan ke Polsek Sukowono.
Tim Resort Konservasi Wilayah 14 Jember, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, segera bergerak dan kurang dari 24 jam melepaskan kucing tersebut ke habitat alaminya di lereng Gunung Raung.
“Awalnya kami mendapat informasi dari Kapolsek Sukowono, AKP Arif Solekan. Beliau mengabarkan ada warganya kedatangan tamu dari Banyuwangi. Si tamu membawa “oleh-oleh” seekor kucing hutan, yang rencananya hendak diberikan kepada kerabatnya,” ujar Ariyanti Toti, anggota Tim Matawali Resort Konservasi Wilayah 14 Jember, kepada Mongabay, Selasa (10/6/2025).
Namun, ketika saudaranya melihat hewan tersebut, dia curiga kucing tersebut satwa dilindungi dan melaporkan ke pihak berwajib. Kapolsek Sukowono kemudian menghubungi Ariyanti sore hari, sekaligus mengirimkan foto dan kucing itu.
Dipastikan bahwa satwa yang dimaksud kucing kuwuk, karnivora kecil yang semakin terancam akibat perburuan dan perdagangan ilegal.
“Segera kami respons” ujarnya.

Kondisi sehat dan liar
Ariyanti menambahkan, berdasarkan observasi lapangan diperkirakan usia satwa ini belum mencapai satu tahun. Namun, secara fisiologis tampak tangguh, mandiri, dan agresif.
Proses pencarian lokasi dilakukan dengan penuh pertimbangan.
“Kami tidak bisa sembarang memilih tempat. Harus benar-benar kawasan yang jauh dari aktivitas manusia, minim gangguan, dan memiliki ketersediaan pakan memadai,” tuturnya.
Pilihan jatuh ke kawasan hutan alam lereng Gunung Raung, tepatnya di wilayah RPH Sumberjambe, KPH Jember. Lokasinya sekitar 30 menit dari Sukowono, namun cukup terpencil dan vegetasi beserta potensi ekosistemnya sangat cocok bagi kucing kuwuk.
Kawasan hutan ini relatif terjaga dan jarang tersentuh aktivitas manusia. Merujuk data Perhutani, luas RPH Sumberjambe adalah 1.621,62 hektare
Sementara, KPH Jember mempunyai hutan kawasan produksi seluas 22.292,33 hektar (31%), hutan lindung seluas 29.504,4 hektar (55%), dan hutan kawasan perlindungan 7.655,66 hektar (11%).
“Harus benar-benar selektif. Kami ingin memastikan satwa tidak kembali tertangkap atau terpapar aktivitas manusia. Apalagi, jika satwa tersebut masih muda dan belum punya pengalaman bertahan di alam liar dalam waktu lama.”
Pemantauan dan perlindungan, katanya, diupayakan dengan berkoordinasi ke pihak-pihak lokal seperti Babinsa, tokoh masyarakat, dan petugas lapangan untuk melaporkan jika melihat kucing tersebut atau jika terjadi interaksi dengan warga.

Nurul Inayah, periset Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan bahwa secara taksonomi kucing kuwuk mengalami revisi sejak 2017.
Spesies yang IUCN dikategorikan dalam daftar Risiko Rendah ini terbagi menjadi dua, yaitu Mainland Leopard Cat (Prionailurus bengalensis) dan Sunda Leopard Cat (Prionailurus javanensis). Mengutip penelitian molekuler terbaru oleh Tu et al. (2025), P. bengalensis mempunyai enam subspesies, sedangkan P. javanensis memiliki lima subspesies.
“Di Indonesia, hanya ditemukan satu jenis yaitu Prionailurus javanensis, yang terbagi menjadi tiga subspesies,” jelas Nurul, Jum’at (20/6/2025).
Ketiga subspesies itu, jelas Nurul, yaitu P. javanensis javanensis tersebar di Pulau Jawa; P. javanensis sumatranus di Pulau Sumatera; dan P. javanensis borneensis di Kalimantan.
Walaupun saat ini pihaknya belum mempunyai data lapangan atau hasil pemantauan dari kamera jebak terkait distribusi kucing kuwuk, sejumlah laporan perjumpaan dari masyarakat terus masuk. “Beberapa laporan melalui citizen science kadang kami terima. Salah satunya, kucing kuwuk pernah terpantau di sekitar area kampus di Semarang.”
Hal ini, katanya, BRIN sangat terbantu. Sebab, belum tentu peneliti bisa menjangkau semua lokasi.
Melalui riset, pihaknya terus kembangkan basis data nasional satwa liar, termasuk kucing kuwuk. Fokusnya, inventarisasi keanekaragaman, identifikasi spesies baru, karakterisasi genetika, dan penyusunan sistem informasi koleksi biodiversitas.
“Dalam konteks kucing kuwuk, data semacam ini sangat penting untuk mengetahui status populasi dan potensi ancaman terhadap habitatnya.”

Mudah adaptasi
Ulfah Darmayani Permatasari, dalam penelitiannya yang dilakukan di dua lokasi berbeda di Pulau Jawa, yaitu Hutan Adat Wonosadi dan Hutan Pendidikan Wanagama, memberikan gambaran penting pola makan dan potensi adaptasi kucing kuwuk terhadap ekologi beragam.
Dalam studi tersebut, dia mengumpulkan kotoran kucing kuwuk menggunakan metode line transect untuk mengidentifikasi jenis-jenis mangsanya.
“Hasil analisis menunjukkan bahwa kucing kuwuk memakan mangsa dari 24 famili yang sangat beragam,” jelas riset berjudul “Komposisi Mangsa Kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) di Hutan Adat Wonosadi dan Hutan Pendidikan Wanagama” tersebut.
Kelas hewan yang menjadi mangsa adalah, mamalia kecil famili Muridae dan Cricetidae, burung famili Phasianidae, ikan kelas Actiopterygii, krustasea ordo Decapoda, serta serangga dan invertebrata lainnya, termasuk famili Carabidae, Scarabaeidae, Formicidae, hingga Termitidae.
Penelitian yang menggunakan uji chi-square sederhana (X2) dengan frekuensi kemunculan dan confidence interval 95% ini, mengungkapkan bahwa hampir tidak ada perbedaan signifikan dalam komposisi mangsa di kedua tersebut.
“Hanya dua famili serangga, Cicindelidae (kumbang harimau) dan Gryllacrididae (belalang malam) yang menunjukkan signifikan (nilai X2 dan P<0,05).”
Saat data kedua lokasi dianalisis secara menyeluruh menggunakan uji Mantel-Haenszel, hasilnya menguatkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam komposisi mangsa secara keseluruhan kedua lokasi yang dianalisis.
“Ini menunjukkan bahwa kucing kuwuk adalah predator yang cukup fleksibel, mampu memenuhi kebutuhan pakannya dengan baik di habitat dengan berbagai tingkat gangguan atau pengelolaan manusia,” jelas riset tersebut.
*****