- Pulau Sulawesi merupakan bagian dari kawasan Wallacea, sebuah hotspot keanekaragaman hayati global dengan tingkat endemisitas sangat tinggi, salah satunya untuk kelompok amfibi.
- Di pulau ini, para ilmuwan kembali menemukan spesies baru katak pohon endemik di dua pegunungan, yakni Gunung Katopasa di Sulawesi Tengah dan Gunung Gandang Dewata di Sulawesi Barat.
- Berdasarkan analisis mendalam, mencakup perbandingan morfologi yakni bentuk fisik, genetika, bahkan pola suara panggilan kawin katak jantan, secara tegas menunjukkan bahwa katak pohon ini adalah spesies yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya.
- Di balik kegembiraan penemuan ini, para peneliti khawatir karena habitatnya yang terspesifikasi pada hutan dataran tinggi sangat rentan terhadap ancaman kerusakan habitat dan perubahan iklim.
Pesona Pulau Sulawesi sebagai pusat keanekaragaman hayati Indonesia dan global, kembali menarik perhatian para ilmuwan. Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), berhasil mengidentifikasi spesies katak pohon baru dan endemik Sulawesi.
Spesies ini diberi nama ilmiah Rhacophorus boeadii, sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum Drs. Boeadi, seorang naturalis dan ilmuwan dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB). Dedikasi Boeadi terhadap dunia zoologi dan konservasi herpetofauna di Indonesia, memberi inspirasi bagi penemuan penting ini.
Penemuan Rhacophorus boeadii merupakan buah dari survei intensif tim peneliti BRIN dari 2016 hingga 2019. Pencarian difokuskan di dua lokasi berbeda, yakni Gunung Katopasa di Sulawesi Tengah dan Gunung Gandang Dewata di Sulawesi Barat. Pulau Sulawesi merupakan bagian kawasan Wallacea, sebuah hotspot keanekaragaman hayati global dengan tingkat endemisitas sangat tinggi, salah satunya kelompok amfibi.

Analisis mendalam, mencakup perbandingan morfologi yakni bentuk fisik, genetika, bahkan pola suara panggilan kawin katak jantan, secara tegas menunjukkan bahwa spesimen ini belum pernah dideskripsikan sebelumnya. Temuan baru ini membedakannya secara signifikan dari spesies Rhacophorus endemik Sulawesi lain yang sudah dikenal, seperti Rhacophorus edentulus, Rhacophorus georgii, dan Rhacophorus monticola.
Penelitian Rhacophorus boeadii telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Zootaxa, dengan judul “Morphological and genetic analysis of Sulawesi Rhacophorus and description of a fourth species endemic to the island”. Publikasi ini tidak hanya menjadi referensi penting dalam studi taksonomi, tetapi juga menegaskan urgensi konservasi keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya Sulawesi.

Amir Hamidy, Peneliti Herpetologi BRIN, yang merupakan penulis pertama publikasi ilmiah ini menjelaskan, penemuan katak pohon ini semakin membuka wawasan kita terhadap kekayaan biodiversitas Sulawesi yang unik. Namun, di balik kegembiraan itu, tersimpan pula kekhawatiran mendalam.
“Kami juga khawatir karena habitatnya yang terspesifikasi pada hutan dataran tinggi sangat rentan terhadap ancaman kerusakan habitat dan perubahan iklim,” terangnya, dalam siaran pers BRIN, Rabu (11/6/2025).
Dijelaskannya lagi, Rhacophorus boeadii memiliki karakter morfologis khas. Katak jantan berukuran sekitar 40-45 mm dan betina berukuran 48-54 mm. Ciri khas pembedanya adalah moncong jantan yang miring, kulit punggung kasar dengan bintik-bintik putih, serta pola bercak putih di sisi tubuhnya.

Keunikan Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi bukan daratan biasa. Dalam pengantar buku “Manual Identifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi”, disebutkan bahwa Sulawesi memiliki bentang alam yang unik, indah dan menakjubkan, kombinasi ekosistem laut, pantai, hutan, dan gunung. Di daratan Sulawesi, terdapat banyak tipe hutan dan variasi habitat seperti ekosistem sungai, rawa, danau dalam dan danau purba seperti Danau Matano, Mahalona, Towuti, Poso, serta padang rumput savana.
“Berbagai formasi hutan terdapat di pulau ini mulai hutan mangrove, hutan pantai, hutan rawa, hutan dataran rendah, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas, dan hutan sub-alpine pada ketinggian 3440 m dpl di bagian tengah pulau ini, yaitu Gunung Rantemario di Sulawesi Selatan bagian utara barat laut,” ungkap penulis buku Abdul Haris Mustari, dosen pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB) University.

Menurut Haris, lebih dari dua per tiga bentang alam Sulawesi berupa gunung dan perbukitan. Sulawesi juga merupakan pulau yang paling kompleks proses pembentukan geologinya. Cikal bakal daratan Sulawesi dimulai dari bagian tengah-barat yang merupakan daratan tertua, yaitu bagian daratan Sulawesi yang pertama kali muncul ke atas permukaan laut. Berdasarkan umur geologi, bagian daratan tersebut berada di atas permukaan laut lebih 4 juta tahun lalu.
Sementara bagian semenanjung utara, selatan dan tenggara Sulawesi, termasuk Pulau Buton muncul ke atas permukaan laut dan membentuk massa daratan dalam kurun waktu 1-2 juta tahun lalu.
“Proses pembentukan daratan Sulawesi yang unik dan rumit ini, menjadikan habitat di Sulawesi sangat beragam, sehingga sangat kaya spesies tumbuhan dan satwa.”
Namun, di balik pesona dan keunikan tersebut, tersimpan kerentanan mendalam. Keanekaragaman hayati Sulawesi menghadapi tekanan serius mulai ancaman deforestasi, perburuan liar, hingga dampak perubahan iklim yang tak terhindarkan. Kondisi ini menegaskan pentingnya upaya konservasi yang komprehensif, termasuk pemahaman mendalam tentang spesies-spesies kunci, demi menjaga keberlanjutan manfaat ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya yang telah dinikmati masyarakat Sulawesi dari kekayaan alam mereka selama ini.
Referensi:
Hamidy, A., Riyanto, A., Munir, M., Gonggoli, A. D., Trilaksono, W., & Mcguire, J. A. (2025). Morphological and genetic analysis of Sulawesi Rhacophorus and description of a fourth species endemic to the island. Zootaxa, 5569(2), 201–230. https://doi.org/10.11646/zootaxa.5569.2.1
Mustari AH. (2020). Manual Identifikasi dan Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi. Bogor (ID). IPB Press.
*****
Udang Rahasia, Spesies Baru dengan Capit Unik dari Sulawesi Tengah