- Pejuang lingkungan hidup dan masyarakat, Hendrikus Adam, meninggal dunia, 17 Juni lalu. Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Barat ini sudah menuntaskan tugas di dunia, meninggalkan jejak perjuangan penuh integritas untuk lingkungan hidup, hak masyarakat adat, dan keadilan ekologis.
- Hendrikus Adam, pemuda kelahiran Kampung Nahaya, Desa Amboyo Selatan, Kabupaten Landak, 43 tahun silam. Hidupnya, dia dedikasikan untuk lingkungan hidup dan mendampingi masyarakat terdampak, dari yang jadi korban perkebunan sawit, terdampak kebijakan pemerintah soal larangan peladangan, perkebunan kayu, pertambangan, sampai pencemaran lingkungan dan lain-lain.
- Sebelum menjabat sebagai Direktur Eksekutif Walhi Kalbar, Adam merupakan Kepala Divisi Kajian dan Kampanye Walhi Kalbar. Dia jadi direktur eksekutif sejak terpilih dalam Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) X Kalbar di Kota Pontianak, pada 15-16 Januari 2024, menggantikan Nikodemus Ale. Sedianya, Adam menjabat hingga 2027.
- Sejak tahun lalu, dia hidup dengan masalah di ginjalnya. Penyakit itu pula yang membawanya pergi… Dia harus cuci darah seminggu dua kali. Terakhir, bahkan harus empat kali dalam seminggu. Meski begitu, penyakit tak membuat surut perjuangannya.
“Bagus kan? Ini asli anyaman warga di sana,” kata Adam, saat saya menimang pembungkus telepon genggamnya. Terbuat dari daun pandan, tanpa pewarna buatan. Berbentuk persegi panjang, dengan tutup di sisi ujungnya. Adam bilang, banyak kerajinan warga yang unik-unik.
“Kalau ke sana lagi, akan aku kabari,” kata Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Barat (Kalbar) ini suatu waktu.
Dia cerita, kerajinan warga itu akan punah kalau pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Kalbar terealisasi. Kerusakan lingkungan sudah pasti terjadi, ruang hidup masyarakat pesisir pun akan tergusur.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Kalimantan Barat salah satu daerah dengan kandidat terbanyak, yakni, tujuh titik dan tersebar di berbagai wilayah.

Seluruh titik potensial ada 29 lokasi. Bahkan, KESDM menyiapkan tiga gugus tugas untuk menentukan lokasi pembangunan PLTN pertama di Indonesia dengan target mulai beroperasi 2032 itu. Semua titik di Kalbar, berada di pesisir pantai.
Tujuh lokasi itu, yakni, di Sambas, Pulau Semesak, Pantai Gosong (Kabupaten Bengkayang), Muara Pawan, Pagaramentimun, Keramat Jaya dan Kendawangan (Kabupaten Ketapang). Adam begitu cemas.
Kalau pun bukan di Kalbar, PLTN tidak sepatutnya para pemegang kebijakan setujui.
Dia katakan, masih banyak jalan lain penuhi sumber energi dengan energi terbarukan lebih aman, murah, ramah lingkungan dan berkeadilan.
Saat menjawab pertanyaan saya ini, Adam meminta maaf karena lama merespon. Ternyata dia tengah cuci darah. Sejak tahun lalu, dia hidup dengan masalah di ginjalnya. Penyakit itu pula yang membawanya pergi…

Dia harus cuci darah seminggu dua kali. Terakhir, bahkan harus empat kali dalam seminggu. Meski begitu, penyakit tak membuat surut perjuangannya.
Pekan lalu pun, dia masih ke lapangan ke Ketapang. “Terakhir 11 Juni kemarin, dia ke Menyumbung,” kata Eva Carolina, penyiar Ruai TV, televisi lokal di Kalimantan Barat.
Berita duka itu datang melalui grup percakapan. “Telah berpulang sahabat dan pejuang lingkungan kita, Hendrikus Adam, Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Barat, pada hari ini, Selasa 17 Juni 2025. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kawan seperjuangan, dan seluruh jaringan Walhi. Selamat jalan, Bung Adam. Semangatmu akan terus hidup dalam perjuangan kami.”
Dia menuntaskan tugas di dunia. Meninggalkan jejak perjuangan penuh integritas untuk lingkungan hidup, hak masyarakat adat, dan keadilan ekologis di Kalimantan Barat.
“Beliau sangat responsif, dan sangat membantu untuk saya yang masih baru jadi wartawan,” kenang Reka Hutapea, jurnalis iniborneo.com, yang kerap jadikan Adam, narasumber.
Begitulah Hendrikus Adam, pemuda kelahiran Kampung Nahaya, Desa Amboyo Selatan, Kabupaten Landak, 43 tahun silam. Hidupnya dia dedikasikan untuk lingkungan hidup dan mendampingi masyarakat terdampak, dari yang jadi korban perkebunan sawit, terdampak kebijakan pemerintah soal larangan peladangan, perkebunan kayu, pertambangan, sampai pencemaran lingkungan dan lain-lain.
Baginya, tugas membela lingkungan dan masyarakat atau komunitas tak sekadar menjalankan program organisasi.
Adam sosok konsisten, tak lelah menyuarakan perlawanan terhadap perusakan lingkungan oleh industri ekstraktif di Kalimantan Barat. Bersama Walhi Kalbar, dia begitu vokal dalam memperjuangkan hutan, sungai, dan ruang hidup masyarakat adat dari ancaman pembangunan yang tidak berkeadilan.
Dia juga kritis terhadap berbagai kebijakan yang berisiko bagi lingkungan hidup maupun masyarakat, seperti rencana pembangunan PLTN di Kalbar. Tak hanya kampanye, dia juga beraksi dengan turun ke lapangan mendampingi warga.
Adam memiliki keterikatan mendalam dengan tanah kelahirannya. Dia bukan hanya aktivis, juga pengarsip suara-suara dari akar rumput. Lewat tulisannya di blog, lewat informasi dan data yang dia bagikan ke media.
Lewat pendekatan advokasi yang partisipatif dan komunikasi publik yang kuat, dia mengubah isu lokal menjadi perhatian nasional. Sebut saja, Posko Pengaduan Korban Karhutla, pemantauan upaya penanggulangan karhutla oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, serta advokasi untuk masyarakat adat yang berkonflik dengan perusahaan perkebunan kayu, PT Mayawana Persada. Dia membuat petisi kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sebelum menjabat sebagai Direktur Eksekutif Walhi Kalbar, Adam merupakan Kepala Divisi Kajian dan Kampanye Walhi Kalbar. Dia jadi direktur eksekutif sejak terpilih dalam Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) X Kalbar di Kota Pontianak, pada 15-16 Januari 2024, menggantikan Nikodemus Ale. Sedianya, Adam menjabat hingga 2027.
Dengan Adam, Eva kerap turut serta dalam aktivitas lapangan saat Adam maupun Walhi Kalbar sedang advokasi maupun kampanye. Eva sering didapuk an menjadi moderator diskusi, salah satu soal PLTN di Kalbar.

Saat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), melanda Kalbar, sejak awal Walhi lewat Adam sudah menyerukan kewaspadaan termasuk desakan kepada pemerintah untuk menindak korporasi pembakar lahan, yang kerap jadi biang kerok.
Dalam banyak forum, kata Anton P Wijaya, aktivis lingkungan, mantan Direktur Eksekutif Walhi Kalbar, Adam selalu mengingatkan, perjuangan lingkungan tidak bisa dilepaskan dari perjuangan hak asasi manusia.
Dia percaya, keberlanjutan lingkungan harus berpijak pada keadilan, bukan sekadar jargon hijau.
Anton mengenal Adam sejak mahasiswa pada 1999, saat masih menjadi wartawan di Kalimantan Review, ini media di bawah naungan Institute Dayakologi.
“Jiwa aktivis sudah sangat kental. Kemudian dia bergabung menjadi volunteer di Walhi Kalbar setelah lulus [kuliah],” kenangnya.
Adam kemudian menjadi kepala divisi kampanye, saat kepemimpinannya. Anton menilai, Adam punya strategi kampanye kreatif, berbasis data dan bukti.
“Adam termasuk orang pertama yang membesarkan kampanye Walhi Kalbar yang bagus dan strategis,” katanya. Upaya Adam ini menjadi pijakan bagi penerusnya kelak.
Adam punya acuan ideal untuk mencapai tujuan kampanyenya, “Dia berupaya keras untuk mencapai tujuan itu.”
Fubertus Ipur, Direktur Elpagar, pernah menjadi teman Adam satu asrama semasa mahasiswa. “Dia sangat militan, dan selalu bekerja all out.”
Adam, adik tingkat Ipur semasa kuliah. Sejak mahasiswa Adam terlihat sangat tekun dalam banyak hal. Hal itu tidak pernah surut hingga dia bekerja.
Ipur bahkan mendapati Adam, kerap merayakan Hari Natal di kampung-kampung bersama masyarakat yang dia dampingi. Terakhir, Ipur tahu Adam tengah mengadvokasi kampungnya dari ancaman penambangan emas tanpa izin.
“Adam mendapatkan intimidasi secara pribadi.” Walau masalah itu bukan kasus yang sedang Walhi Kalbar dampingi, dia tetap turun secara pribadi.
Mengetahui itu, Ipur menyarankan Adam agar bisa meminta dukungan lembaga untuk berjuang bersama di kampungnya. “Militansinya tidak bersyarat. Dia berjuang sampai akhir,” kata Ipur.
“Berharap, apa yang Adam perjuangkan terus berjalan.”
Kepergian Adam meninggalkan kehilangan besar, tak hanya bagi Walhi juga bagi jaringan gerakan lingkungan hidup di Kalbar juga nusantara ini. Meski dia berpulang, semoga nilai-nilai yang dia tanam akan terus hidup dalam setiap langkah menjaga bumi. Selamat jalan Adam…

*****