- Sebanyak 30 ribu benih lobster saat ini sedang dibudidayakan di BPBL Batam. Modeling budi daya ini baru diresmikan Menteri Kelautan dan Perikanan beberapa waktu lalu.
- Budi daya merujuk apa yang sudah dilakukan Vietnam. Diharapkan potensi perikanan khususnya di lobster bisa memberikan nilai ekonomi untuk Indonesia.
- Berbagai tantangan terus dihadapi saat modeling dilakukan, mulai dari penyesuaian tempat budi daya, hingga persoalan pakan.
- Diharapkan budi daya lobster menghasilkan pendapatan untuk negara sebanyak Rp40 miliar lebih setiap tahunnya. Selain itu, budi daya lobster akan dikembangkan ke seluruh pelosok negeri.
Ratusan benih lobster merangkak kesana-kemari di dalam bak berukuran 2 x 3 meter. Sebagian ada yang mengerumuni daging kerang kupang yang sudah dikupas. Kerang dimasukan sebagai pakan hewan bernama latin Nephropidae itu.
Sebagian lobster, ada juga yang bersembunyi dibalik potong-potongan jaring yang sengaja diletakan di dalam bak sebagai pelindung. Setidaknya terdapat hampir 100 bak dengan total benih lobster dibudidayakan mencapai 30.000 ekor.
Bak berisikan puluhan ribu benih lobster ini adalah kawasan modeling budi daya lobster yang baru diresmikan Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Wahyu Sakti Trenggono, Kamis lalu (10/10/2024). Tepat berada di depan kantor Balai Perikanan Budi Daya Laut (BPBL) Batam, atau di pesisir Pulau Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Modeling ini akan menjadi percontohan untuk pengembangan budi daya lobster di seluruh Indonesia.
Potensi Hidup 80 Persen
Proses budidaya lobster di BPBL Batam ini berawal dari persemaian benih atau disebut nursery. Benih yang baru datang dari berbagai wilayah, termasuk yang disisihkan hasil penindakan penyelundupan dipisahkan di bak-bak nursery.
“Ini kami sedang penjarangan benih lobster, karena kalau terlalu padat akan terjadi kanibal antara mereka,” kata salah seorang petugas BPBL Batam.
Setelah penjarangan, lobster dipisahkan diantara bak yang sudah ada. Saat ini BPBL Batam memanfaatkan bak pembibitan ikan. Pasalnya bak khusus pembibitan lobster masih dalam tahap pembangunan.
Baca : Budi daya Lobster Diresmikan Menteri Trenggono di Batam, Bisakah Mengatasi Penyelundupan?

Pengawas Perikanan Ahli Madya Pembudidaya Ikan BPBL Batam Adi Suseno mengatakan, di tahap nursery, pembudidaya harus memperhatikan dua hal penting, yaitu kondisi air dan pakan.
Tidak seperti budi daya ikan, air yang terdapat di bak persemaian hanya setinggi 40 centimeter. “Karena kalau airnya tingginya 40 centimeter proses pergantian semakin cepat, seperti yang terjadi di laut yang selalu terjadi pasang surut, jadi kondisi air selalu terjaga,” katanya. Selain memperhatikan air, tersedianya pakan benih lobster juga menjadi hal pokok.
Proses persemaian benih di bak-bak nursery berlangsung 45 hari dari ukuran benih yang awalnya 0.2 gram menjadi 1 gram. Kemudian, benih lobster dipindahkan ke keramba yang terdapat di laut, pemindahan tidak langsung di keramba ukuran besar. Tetapi, ukuran medium dalam bentuk kerangkeng bulat yang dimasukan ke laut istilahnya keramba M (medium).
Dalam kerangkeng tersebut, benih lobster hidup selama 4 bulan lamanya. Setelah ukurannya menjadi 10 gram, baru lobster dipindahkan ke ukuran keramba besar atau disebut L (large) berbentuk persegi empat. “Keramba-keramba ini proses pembesaran, dari keramba large ini untuk sampai 1 kilogram butuh waktu sekitar 8 bulan, artinya budidaya lobster ini rata-rata untuk 1 kilogram lobster butuh waktu budidaya 16 bulan,” katanya.
Proses budidaya ini berlangsung sudah sejak Juli 2024 lalu. Awalnya dilakukan percobaan dalam jumlah kecil. Proses ini menghasilkan lobster yang sudah tumbuh 1 kilogram, sehingga kemudian BPBL dipercaya melakukan budi daya massal. “Modeling budi daya lobster ini, bagaimana kita mencari metode yang pas untuk budidaya sesuai dengan lokasi yang ada,” katanya.
Misalnya laut di Pulau Jawa berbeda dengan yang ada di Kepri. Di beberapa daerah kerangkeng lobster diletakan di dasar laut, sedangkan kalau di Batam hal itu tidak bisa dilakukan karena arusnya sangat kuat.
“Jadi kita letakan kerangkengnya itu di bagian permukaan, sampai sekarang cukup berhasil, selain kita juga memperhatikan suhu, kadar air hingga nutrient-nya,” katanya.
Banyak tantangan yang ditemukan ketika budidaya dilakukan, namun ia tidak mau frustasi dengan kondisi alam tersebut. “Kita tidak boleh frustasi dengan kondisi alamnya, kita terus lakukan modifikasi, kita harus ciptakan budidaya yang minusnya sedikit, tetapi plus nya banyak,” katanya.
Baca juga : Harapan Besar dari Transformasi Tata Kelola Benih Lobster Pasca Ekspor ke Vietnam

Pakan Lobster Melimpah
Keberadaan pakan lobster menjadi sangat penting untuk budi daya. Kepulauan Riau disebut-sebut cocok lokasi pengembangan budi daya lobster, pasalnya memiliki pakan yang melimpah, yaitu kerang-kerangan.
Adi mengatakan, pakan sangat menentukan pertumbuhan lobster, terutama nutrisi yang terdapat di pakan akan menjadi pengganti kulit ketika lobster melakukan proses moulting. Moulting sendiri menandakan lobster tumbuh dengan baik.
Moulting dilakukan lobster bahkan sampai dua kali dalam seminggu. “Kalau makannya tidak diperhatikan, begitu juga air budi daya, lobster-lobster ini tidak akan melakukan moulting,” katanya.
Dampaknya, ketika lobster tidak melakukan ganti kulit akan terjadi kanibalisme oleh sesama mereka, pasalnya dalam kondisi moulting lobster dalam keadaan lunak dan lemah. “Tingkat, kanibal lobster ini lebih tinggi dari ikan,” katanya.
Sehingga, salah satu menghindari kanibalisme selain memberikan makanan berkualitas, ia juga membuat tempat-tempat lobster bersembunyi di bak-bak nursery. “Kita bisa menyebutkan satu kilogram biomassa lobster tersebut membutuhkan pakan 20 kilogram daging kerang,” katanya.
Saat ini, pakan lobster ini merupakan kerang kupang. Selain itu bisa juga menggunakan kerang lokan hingga kerang coklat. “Sekarang kita sedang mulai jajaki kerang-kerang kupang yang terdapat di Batam. Saat ini sudah ada di Tanjung Uma, Bengkong hingga kawasan daerah laut Marina,” katanya.
Baca juga : Penyelundupan Benih Lobster Tetap Marak

Tantangannya, keberadaan kerang di laut Batam ini juga musiman. Pada bulan Maret dan April kerang kupang ini melimpah. Bulan Juli ke atas, kerang kupang itu sama sekali tidak ada di laut.
“Kita juga sedang kembangkan budi daya kerang kupang di Tanjung Uma. Selain itu untuk mengatasi kelangkaan nanti akan kita lakukan panen kerang kupang untuk stok yang akan disimpan dalam lemari es,” katanya.
Kerang kupang ini, tidak dikonsumsi oleh masyarakat Batam, sehingga sangat bagus dijadikan pakan agar tidak menjadi hama. “Jadi etika budi daya kita juga tidak langgar, kerang kupang bukanlah untuk konsumsi manusia, jadi kita bisa manfaatkan,” katanya. Saat ini BPBL membeli kerang kupang kepada warga pesisir di Batam seharga Rp10.000/kilogram.
Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono mengatakan Saat ini budi daya lobster di Vietnam menjadi rujukan KKP. Setelah melihat budi daya lobster selama dua tahun di Vietnam, tantangan Indonesia adalah konsistensi membangun ekosistem budi daya lobster.
“Vietnam ekosistem budi daya mereka sudah terbangun dengan baik, hanya satu kelemahan mereka yaitu bibit,” katanya usai meresmikan modeling budi daya lobster tersebut.
KKP merencanakan di kawasan BPBL Batam akan dibangun 2.000 keramba. Jika produksi benih lobster butuh waktu 14 bulan, pendapatan negara bisa mencapai Rp48 miliar per tahun.
“Tidak pernah terbayangkan, ini akan menarik pertumbuhan lain, ekonomi akan jalan. Saya hitung 2.000 keramba akan menyerap tenaga kerja sebanyak 600 orang pekerja,” katanya.
Tidak hanya di Kepri, kawasan teluk seperti di Batam ini juga banyak di Riau. Trenggono akan membangun modeling sama di seluruh Indonesia. “Kita ingin buat di seluruh Indonesia, itu bisa jalan kalau pemerintah turun tangan, itu yang saya sebut dengan model intervensi,” katanya.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK Unpad) Yudi Nurul Ihsan mengakui kalau kebijakan yang diterbitkan dan dikelola kepemimpinan KKP saat ini menjadi lebih baik dibandingkan kepemimpinan sebelumnya.
Utamanya, adalah kebijakan dalam budi daya perikanan yang dinilai sudah menjadi terobosan yang sangat baik. Subsektor perikanan budi daya dinilai memerlukan berbagai terobosan karena akan menjadi masa depan perikanan Indonesia.
“Untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertumbuhan ekonomi, maupun sebagai solusi menjaga keberlanjutan ekosistem laut,” terangnya.
Menurutnya, mengembangkan budi daya perikanan, khususnya lobster memiliki tantangan yang rumit. Namun, dengan belajar kepada Vietnam yang sukses mengembangkan budi daya lobster, diharapkan itu bisa menjadi solusi untuk jangka panjang.
Merujuk dari Satu Data KKP, volume produksi budi daya lobster Indonesia pada tahun 2023 mencapai 433 ton dengan nilai sebesar Rp 179 miliar (angka sementara). Potensi pasar seafood dunia, termasuk krustasea seperti lobster, diproyeksikan akan mencapai USD 53,86 miliar pada tahun 2030.
Namun, share ekspor lobster Indonesia di pasar global saat ini masih relatif kecil, yakni hanya 0,49%, dengan Indonesia berada di peringkat 23 eksportir dunia. Negara tujuan ekspor utama lobster Indonesia saat ini adalah China (47%), Taiwan (24%), dan Australia (13%). (***)
Pertama di Indonesia, Teluk Jukung Lombok Timur ditetapkan Jadi Sentra Budidaya Lobster