- Kucing tandang [Prionailurus planiceps] merupakan jenis kucing liar yang hidup di hutan Indonesia. Ciri khasnya, kepala yang datar dan muka agak bulat, sementara telinganya agak kecil.
- Ciri khas lain adalah ia memiliki telapak kaki yang berselaput di antara jarinya. Selaput itu sebagai adaptasi dari kegemarannya berburu di air.
- Kucing ini hidup menyendiri [soliter] dan bersifat teritorial. Ia meninggalkan jejak bau dengan urine di tanah. Tubuhnya seukuran kucing rumahan.
- Lembaga Konservasi Dunia IUCN menetapkan Flat-headed Cat berstatus Genting [Endangered/EN]. Pemerintah Indonesia melindungi kucing tandang melalui Peraturan Menteri LHK No. P 106 Tahun 2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Kucing tandang [Prionailurus planiceps] merupakan jenis kucing liar yang hidup di hutan Indonesia. Ciri khasnya, kepala yang datar dan muka agak bulat, sementara telinganya agak kecil.
“Ciri khas lain adalah ia memiliki telapak kaki yang berselaput di antara jarinya. Selaput itu sebagai adaptasi dari kegemarannya berburu di air,” kata Erwin Wilianto, Founder Save Indonesian Nature & Thereatened Species /SINTAS Indonesia dan anggota Fishing Cat Working Group kepada Mongabay Indonesia, Kamis [16/3/2022].
Spesies ini memang memiliki habitat di areal basah, sungai atau danau. Ia memakan ikan, katak, dan hewan air lainnya.
“Rahangnya kuat dan taringnya panjang, sehingga lebih mudah menangkap dan menggigit mangsa yang licin di air,” tutur Erwin.
Spesies ini juga memiliki ciri khas pada warna rambut [bulu] tubuhnya. Pada wajah, warnanya terang seperti cokelat kemerahan. Dagu dan moncong berwarna putih. Sedangkan bagian tubuh berwarna cokelat gelap.
Di Indonesia, kucing tandang ditemukan di hutan Sumatera dan Kalimantan, terutama di hutan yang memiliki perairan dangkal. Juga, ditemukan di Semenanjung Malaysia dan Thailand.
Kucing ini hidup menyendiri [soliter] dan bersifat teritorial. Ia meninggalkan jejak bau dengan urine di tanah. Tubuhnya seukuran kucing rumahan.
Baca: Incaran Kolektor Satwa, Kucing Tandang dalam Keterancaman
Minim informasi
Penelitian Andreas Walting, Anna Cord, Andrew J. Hearn dan kolega berjudul “Modelling the Species Distribution of Flat-Headed Cats [Prionailurus planiceps], an Endangered South-East Asian Small Felid” di Journal Plos One, Maret 2010, diketahui spesies ini sulit diketahui keberadaannya.
Dibanding kucing liar lain yang hidup di Indonesia, seperti harimau sumatera, kucing emas, kucing batu, maupun macan dahan, maka kucing tandang adalah spesies yang paling sedikit terekam kamera jebak selama 20 tahun terakhir.
“Walau studi kamera jebak sudah meningkat, kami hanya bisa melakukan penelitian pada 17 foto yang tersedia,” tulis peneliti.
Peneliti menduga, sedikitnya tangkapan gambar dari kamera jebak pada kucing tandang di alam liar karena tidak ada riset yang menempatkan kamera di tepi danau, kolam, atau sungai.
Pada studi ini, peneliti mendata wilayah persebaran kucing tandang di Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Berbak, hutan Singkil [Aceh], hingga Sungai Merang di Sumatera Selatan.
Di wilayah Kalimantan, kucing tandang ditemukan di bagian Malaysia terutama di Taman Nasional Samusam, Taman Nasional Maludam, Suaka Margasatwa Tabin dan Suaka Margasatwa Kulamba. Sedangkan di Kalimantan bagian Indonesia bukan tidak ada, namun minim penelitiannya.
Baca: 5 Jenis Kucing Liar di Dunia yang Paling Genting Populasinya
Prediksi sebaran
Minimnya informasi kucing tandang di Kalimantan menjadi fokus penelitian Andreas Wilting, Susan M. Cheyne, Azlan Mohamed dan kolega. Dengan penelitian berjudul “Predicted distribution of the fat-headed cat Prionailurus planiceps [Mammalia: Carnivora: Felidae] on Borneo” yang diterbitkan di The Raffles Bulettin Of Zoology edisi Mei 2016, para peneliti mendata wilayah sebaran kucing ini di Kalimantan.
“Kalimantan telah diidentifkasi sebagai benteng terbaik untuk kucing tandang,” tulis peneliti.
Dalam studi ini, peneliti mengumpulkan 140 catatan temuan kucing tandang di Kalimantan.
“Hasil penelitian kami menyatakan, sebagian besar kawasan dataran rendah tidak sesuai sebagai habitatnya. Ketidak sesuaian ini akibat konversi hutan menjadi perkebunan sawit,” terang peneliti.
Diprediksi, habitat penting kucing tandang berada di kawasan hutan di Brunei Darussalam, Taman Nasional Sebangau dan sekitar di Kalimantan Tengah, kawasan hutan di Kalimantan Utara, serta kawasan hutan di Sabah, Malaysia.
Penelitian ini menyimpulkan, hal paling penting untuk kelestarian kucing tandang adalah dengan mempertahankan areal sungai dan hutan rawa gambut.
Baca juga: Studi: Kucing Domestik Berpotensi Tularkan Virus ke Kucing Liar di Areal Perkebunan Sawit
Lembaga Konservasi Dunia IUCN menetapkan kucing tandang berstatus Genting [Endangered/EN]. Ancamannya akibat alih fungsi hutan menjadi permukiman, perkebunan skala besar, pertanian, juga tambak maupun kolam buatan. Perburuan untuk dijadikan satwa peliharaan maupun untuk diperdagangkan merupakan ancaman yang harus selalui diwaspadai.
Pemerintah Indonesia melindungi kucing tandang melalui Peraturan Menteri LHK No. P.106 Tahun 2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Jenis kucing liar lain yang dilindungi adalah kucing batu [Pardofelis marmorata], kucing merah [Catopuma badia], kucing emas [Catopuma temminckii], macan dahan [Neofelis diardi], macan tutul [Panthera pardus melas], harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], kucing kuwuk [Prionailurus bengalensis], dan kucing bakau [Prionailurus viverrinus].