- Fosil Breugnathair elgolensis dari Isle of Skye, Skotlandia, berusia 167 juta tahun, memperlihatkan campuran ciri ular dan kadal, memberi petunjuk penting tentang tahap awal evolusi ular.
- Struktur tubuhnya masih berkaki seperti kadal, tetapi rahang dan giginya menyerupai ular piton, menunjukkan bahwa evolusi menuju ular tanpa kaki terjadi bertahap dan tidak linier.
- Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature (2025) mengungkap bahwa spesies ini mungkin nenek moyang awal ular atau hasil evolusi konvergen, menandakan evolusi reptil purba jauh lebih kompleks dari dugaan sebelumnya.
Selama puluhan tahun, asal-usul ular menjadi teka-teki besar dalam dunia sains. Bagaimana hewan melata tanpa kaki ini berevolusi dari nenek moyang kadal yang berkaki empat? Jawaban atas pertanyaan itu selalu sulit ditemukan karena fosil peralihan yang lengkap sangat langka. Namun, di sebuah pulau terpencil di Skotlandia, para ilmuwan menemukan petunjuk penting yang mungkin bisa mengubah cara kita memahami evolusi reptil. Fosil aneh berusia 167 juta tahun menunjukkan makhluk yang tampak seperti perpaduan antara ular dan kadal, seolah menjadi potongan hilang dalam sejarah panjang kehidupan di Bumi.
Para ilmuwan menamai spesies ini Breugnathair elgolensis, atau “ular palsu dari Elgol,” merujuk pada tempat penemuannya di Isle of Skye. Fosilnya memperlihatkan kombinasi unik: tubuh berkaki seperti kadal, tetapi dengan rahang panjang dan gigi melengkung seperti ular piton. Penemuan ini bukan hanya soal keanehan bentuk, tetapi juga petunjuk penting tentang bagaimana kelompok reptil seperti ular dan kadal berevolusi.
Fosil ini ditemukan pada 2016 dan baru selesai diteliti setelah hampir sepuluh tahun penelitian mendalam. Tim dari American Museum of Natural History dan University College London memanfaatkan pemindaian CT, sinar-X, serta rekonstruksi digital tiga dimensi untuk mempelajari setiap bagian tubuh fosil ini. Hasilnya, Breugnathair berukuran sekitar 40 sentimeter dan memiliki rahang lentur dengan gigi melengkung ke belakang. Ciri ini menunjukkan bahwa hewan tersebut merupakan predator aktif yang mampu memangsa kadal kecil, mamalia awal, bahkan bayi dinosaurus. Fosil juga memperlihatkan tanda-tanda bahwa individu ini hidup hingga sembilan tahun sebelum mati dan tertimbun di dasar laguna purba Isle of Skye.
Ciri Campuran Ular dan Kadal
Breugnathair elgolensis termasuk dalam keluarga baru bernama Parviraptoridae, kelompok reptil Jurassic yang sebelumnya hanya diketahui dari potongan fosil tidak lengkap. Keberadaan fosil ini memberi gambaran nyata tentang tahapan awal evolusi ular. Tubuhnya masih menyerupai kadal, tetapi struktur rahang dan giginya sudah memperlihatkan adaptasi khas ular. Para ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai “anatomi mosaik”, yaitu perpaduan antara sifat primitif dan sifat modern yang muncul bersamaan pada satu individu.

Penelitian menunjukkan bahwa Breugnathair belum kehilangan kaki seperti ular modern. Namun, tulang belakangnya mulai memperlihatkan ciri khas ular, dengan sendi yang fleksibel dan bentuk yang memudahkan gerakan melata. Sementara itu, rahangnya berkembang seperti ular, dengan gigi yang mampu menahan mangsa agar tidak lepas. Campuran sifat ini menunjukkan bahwa transisi dari kadal ke ular tidak berlangsung secara tiba-tiba, melainkan melalui serangkaian perubahan kecil selama jutaan tahun.
Para peneliti juga menemukan bahwa struktur tengkoraknya berbeda dari ular modern. Misalnya, Breugnathair masih memiliki lubang parietal di tengkorak, ciri khas kadal yang berfungsi mengatur suhu tubuh. Ciri ini telah hilang pada ular masa kini. Hal ini memperkuat dugaan bahwa spesies ini berada di persimpangan evolusi antara dua kelompok besar: kadal dan ular.
Petunjuk Baru Asal-Usul Ular
Asal-usul ular telah lama menjadi misteri. Sebagian besar teori menyebut bahwa ular berevolusi dari kadal bawah tanah yang kehilangan kaki akibat adaptasi pada kehidupan menggali. Namun, Breugnathair elgolensis menantang pandangan tersebut. Dengan tubuh yang masih berkaki dan struktur tulang kuat, hewan ini tampaknya hidup di permukaan dan memangsa hewan lain, bukan menggali di bawah tanah. Ini menunjukkan bahwa nenek moyang ular mungkin berasal dari kelompok predator aktif seperti biawak, bukan dari kadal penggali.

Penelitian yang dipublikasikan baru baru ini di jurnal Nature itu juga menemukan bahwa posisi evolusi Breugnathair masih diperdebatkan. Analisis morfologi dan genetika menghasilkan hasil berbeda. Sebagian menempatkannya sebagai leluhur awal ular, sementara yang lain menganggapnya sebagai kerabat jauh yang hanya memiliki kesamaan bentuk karena evolusi konvergen. Evolusi konvergen terjadi ketika dua makhluk berbeda mengembangkan bentuk serupa akibat tekanan lingkungan yang sama. Dalam kasus ini, Breugnathair mungkin mengembangkan rahang dan gigi mirip ular karena cara berburu yang sama, bukan karena hubungan langsung dalam garis keturunan.
Perbedaan hasil penelitian ini justru memperkuat pandangan bahwa evolusi tidak mengikuti jalur tunggal. Alam bereksperimen dengan banyak bentuk tubuh, dan hanya sebagian yang bertahan. Breugnathair mungkin mewakili salah satu percobaan alam yang tidak berlanjut, namun meninggalkan jejak penting tentang bagaimana reptil mulai bereksperimen dengan bentuk tubuh mirip ular.
Evolusi yang Tak Terduga
Dari segi usia, fosil ini termasuk salah satu squamata (kelompok ular dan kadal) paling tua dan paling lengkap yang pernah ditemukan dari periode Jurassic. Ia memberi gambaran tentang masa ketika kelompok reptil ini baru mulai menyebar dan beragam. Lingkungan tempat hidupnya, laguna Isle of Skye, saat itu menjadi rumah bagi berbagai hewan kecil, termasuk amfibi, mamalia awal, dan dinosaurus kecil. Di sana, Breugnathair mungkin menempati posisi sebagai predator kecil yang gesit dan tangguh.

Susan Evans dari University College London, salah satu peneliti utama, menggambarkan penemuan ini seperti menemukan “tutup kotak puzzle” setelah bertahun-tahun mencoba menyusun gambar hanya dari beberapa potongan. Ia mengatakan bahwa Breugnathair mengingatkan kita bahwa jalur evolusi sering kali tidak bisa ditebak. Banyak makhluk purba yang muncul dengan kombinasi aneh, dan sebagian besar tidak meninggalkan keturunan. Tapi setiap penemuan baru seperti ini membantu melengkapi cerita besar tentang bagaimana kehidupan di Bumi berevolusi menjadi bentuk yang kita kenal sekarang.
Roger Benson dari American Museum of Natural History menambahkan bahwa temuan ini mungkin hanya sebagian dari cerita besar yang belum terungkap. “Spesimen ini membuat kita semakin penasaran tentang bagaimana ular sebenarnya berevolusi,” ujarnya. “Ia menunjukkan bahwa nenek moyang ular mungkin memiliki bentuk dan perilaku yang sangat berbeda dari yang kita bayangkan.”