- Sebuah video berdurasi 20 detik membuat geger jagat maya, Senin (29/9/2025). Dalam rekaman itu, tampak seorang pria bersiap mengolah potongan tubuh satwa yang menyerupai tangan orangutan.
- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur menyatakan lokasi rekaman tidak di Kalimantan Timur, melainkan di wilayah lain.
- Segala bentuk perburuan atau kekerasan terhadap satwa liar dilindungi, merupakan pelanggaran berat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pelaku bisa dijerat lima tahun penjara dan denda seratus juta Rupiah.
- Ancaman bagi orangutan tak hanya datang dari perburuan. Perubahan bentang alam menjadi perkebunan, hingga pertambangan telah mempersempit habitat mereka secara drastis. Deforestasi membuat populasi orangutan menurun.
Sebuah video berdurasi 20 detik membuat geger jagat maya, Senin (29/9/2025). Dalam rekaman itu, tampak seorang pria bersiap mengolah potongan tubuh satwa yang menyerupai tangan orangutan. Di sekitarnya, terlihat daun pisang berserakan.
Warganet mengecam keras tindakan tersebut dan menduga peristiwa itu terjadi di Kalimantan Timur, habitat orangutan.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur segera turun, menelusuri kasus tersebut.
“Kami menerima laporan tak lama setelah video beredar,” ujar Ari Wibawanto, Kepala BKSDA Kaltim, saat dikonfirmasi Kamis (2/10/2025).
Hasil penelusuran menunjukkan, lokasi tidak di Kalimantan Timur, melainkan di wilayah lain.
“Pengakuan pengunggah awal menyatakan, video direkam saat pandemi COVID-19. Potongan itu bukan bagian tubuh orangutan,” jelasnya.
Ari mengatakan, pihaknya masih mengidentifikasi satwa tersebut.
“Jika terbukti ada unsur pidana, akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.”

Segala bentuk perburuan atau kekerasan terhadap satwa liar dilindungi, merupakan pelanggaran berat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pelaku bisa dijerat lima tahun penjara dan denda seratus juta Rupiah.
“Setiap orang bisa berperan. Kalau menemukan indikasi perburuan atau perdagangan satwa liar, segera laporkan dengan bukti dan lokasi yang jelas. Masyarakat adalah mata dan telinga perlindungan alam,” ujarnya.
Viralnya rekaman tersebut, menjadi pengingat bahwa praktik perburuan satwa liar memang nyata.
“Ini jadi kepedulian kita bersama bahwa pemburu berkeliaran bebas,” ujar Andi M. Faisal, mahasiswa pegiat konservasi di Kutai Timur.

Ancaman perburuan satwa liar
Yaya Rayadin, peneliti orangutan dari Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, mengungkapkan bahwa perburuan satwa masih terjadi di kawasan hutan, termasuk Kalimantan Timur.
“Dalam satu kawasan, bisa ratusan jerat dipasang pemburu,” jelasnya, Kamis (5/10/2025).
Kondisi itu berbahaya, sebab jerat tidak hanya mengenai satwa tertentu seperti babi, tetapi juga bisa melukai kijang dan tidak tertutup kemungkinan orangutan.
“Orangutan itu kalau merasa aman, terutama yang remaja, bisa turun ke tanah. Kalau ada jerat, mereka bisa kena.”
Yaya menilai, masyarakat Kalimantan Timur sudah cukup sadar akan aturan berburu. Edukasi dari pemerintah dan lembaga konservasi secara rutin dilakukan, agar warga tahu jenis satwa dilindungi.
“Bila ada orangutan terjerat, besar kemungkinan bukan target.”
Ancaman bagi orangutan tak hanya datang dari perburuan. Perubahan bentang alam menjadi perkebunan, hingga pertambangan telah mempersempit habitat mereka secara drastis. Deforestasi membuat populasi orangutan menurun.
“Ketika hutan hilang, orangutan kehilangan rumah, kehilangan sumber pakan, dan akhirnya masuk ke wilayah manusia. Dari situlah konflik dimulai,” jelasnya.

Edukasi lingkungan
Viralnya video potongan tubuh satwa ini, menjadi cermin bahwa kesadaran publik terhadap perlindungan satwa liar mulai tumbuh.
Bagi pegiat lingkungan, inilah saatnya memperkuat kolaborasi antar-pihak untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang. Juga, memastikan hutan Kalimantan tetap menjadi rumah aman bagi orangutan dan seluruh kehidupan di dalamnya.
Centre for Orangutan Protection (COP) sejak 2010 aktif melakukan edukasi ke sekolah-sekolah dan komunitas di Kalimantan Timur melalui program School Visit. Tujuannya sederhana, menanam kesadaran pentingnya orangutan sekaligus menjaga ekosistem hutan.
Wahyuni, Manajer Komunikasi COP, menerangkan orangutan merupakan satwa dilindungi yang tugasnya menjaga kesemimbangan hutan. Meski hutan kian menyempit, namun orangutan harus tetap berada di hutan.
“Kami terus mengingatkan bahwa orangutan punya peran penting menjaga keseimbangan hutan. Ini proses panjang, tapi harus dilakukan,” katanya, Selasa (7/10/2025).
Program edukasi ini mendapat dukungan sejumlah pihak yang turun langsung ke sekolah-sekolah untuk memberi penyuluhan. Kolaborasi menjadi langkah penting guna menjaga keberlanjutan konservasi di tingkat akar rumput.
“Bagi kami, konservasi orangutan bukan hanya soal menyelamatkan satwa, tapi juga menyelamatkan manusia. Hutan yang sehat artinya udara yang bersih, air yang cukup, dan kehidupan yang seimbang.”
COP menegaskan, menjaga keberlangsungan orangutan memerlukan kerja sama semua pihak, yaitu pemerintah, lembaga konservasi, dunia pendidikan, dan masyarakat.
“Konservasi orangutan adalah kerja bersama,” tegasnya.
*****
Kisah Berani, Orangutan Sumatera yang Mati karena Gagal Ginjal di Denver Zoo