- Spesies baru ular nuri bernama Leptophis mystacinus ditemukan di sabana Cerrado Brasil, dengan ciri khas “kumis” hitam di moncongnya dan panjang hampir 1 meter. Karena penampilannya, ia juga dijuluki ular nuri berkumis.
- Cerrado adalah sabana terkaya biodiversitas di dunia, namun lebih dari separuh vegetasi aslinya sudah hilang akibat ekspansi pertanian. Penemuan ini menegaskan pentingnya memperkuat perlindungan kawasan tersebut.
- Ular berperan penting dalam ekosistem dengan mengendalikan hama dan menjaga keseimbangan rantai makanan. Peneliti menekankan perlunya kebijakan lebih kuat dan keterlibatan masyarakat lokal untuk melindungi habitat mereka.
Sabana Cerrado di Brasil sering disebut sebagai sabana paling kaya biodiversitas di dunia. Kawasan ini mencakup hampir seperlima daratan Brasil, dengan luas lebih dari 1,8 juta kilometer persegi, melebihi gabungan luas Prancis, Spanyol, Jerman, Italia, dan Inggris. Vegetasinya sangat beragam, mulai dari padang rumput terbuka, semak belukar, savana berpohon, hingga hutan galeri yang mengikuti aliran sungai. Kombinasi habitat ini melahirkan keragaman hayati luar biasa, termasuk ribuan spesies tumbuhan, burung, mamalia, reptil, dan amfibi. Banyak di antaranya endemik, hanya ditemukan di kawasan ini.
Cerrado juga berfungsi sebagai “menara air” bagi Brasil dan Amerika Selatan. Air tanah dan mata air dari sabana ini mengalir ke sejumlah sungai besar seperti São Francisco, Tocantins, dan Paraná, yang menopang kehidupan jutaan orang serta sektor pertanian. Namun, lebih dari separuh vegetasi aslinya telah hilang akibat ekspansi kedelai, tebu, dan padang penggembalaan. Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat deforestasi Cerrado bahkan melampaui Amazon. Tekanan ini menjadikan setiap penemuan spesies baru bukan sekadar catatan ilmiah, tetapi juga penanda betapa rapuhnya ekosistem ini.

Di tengah ancaman itu, ilmuwan menemukan spesies baru ular hijau ramping dengan tanda hitam menyerupai kumis di moncongnya. Seekor ular sepanjang hampir 1 meter yang tersimpan selama bertahun-tahun di koleksi Brasil akhirnya diidentifikasi sebagai spesies baru dan diberi nama Leptophis mystacinus. Ular ini termasuk kelompok parrot snake atau ular nuri, dan karena ciri khasnya, bisa disebut juga “ular nuri berkumis”. Penemuan ini menambah daftar panjang keanekaragaman hayati Cerrado dan sekaligus menjadi pengingat mendesak untuk memperkuat perlindungan kawasan ini.
Ciri khas ular berkumis
Pada 30 Januari 2025, tim peneliti yang dipimpin Diego Santana dari Federal University of Mato Grosso do Sul (UFMS), bersama Nelson Albuquerque dan kolega, resmi mendeskripsikan Leptophis mystacinus dalam jurnal ilmiah PeerJ. Spesies ini termasuk dalam genus Leptophis, kelompok ular hijau ramping yang dikenal luas dengan nama parrot snake atau ular nuri. Kelompok ini tersebar dari Meksiko hingga Amerika Selatan, hidup di pepohonan maupun semak belukar, dan terkenal karena tubuhnya panjang, ramping, serta warna hijau terang yang menyatu dengan vegetasi.
Ciri paling menonjol L. mystacinus adalah garis hitam tebal di bagian moncong hingga ke belakang kepala, menyerupai kumis yang mencolok. Pola ini menjadi pembeda visual yang langsung terlihat dibandingkan spesies Leptophis lain. Selain itu, ular ini memiliki dua garis hijau di sisi tubuh yang dipisahkan oleh garis pucat di bagian punggung. Kombinasi warna hijau terang dan garis-garis kontras membuatnya sulit dibedakan dari vegetasi, sehingga berfungsi juga sebagai kamuflase alami.

Dari segi anatomi, L. mystacinus menunjukkan perbedaan jumlah sisik dan gigi yang konsisten dibanding kerabatnya. Peneliti mencatat 21–25 gigi di rahang atas, jumlah ventral 158–173, dan subkaudal 141–164. Karakter ini penting karena Leptophis dikenal sebagai kelompok yang sulit dibedakan hanya dari warna tubuh. Spesimen terbesar yang ditemukan mencapai 97 sentimeter, sehingga dijuluki juga ular nuri berkumis hampir satu meter.
Untuk memastikan statusnya sebagai spesies baru, tim menggunakan pendekatan taksonomi integratif. Mereka menggabungkan analisis morfologi, pola sisik, ukuran tubuh, dan pewarnaan dengan analisis DNA mitokondria gen 16S. Hasilnya menunjukkan L. mystacinus merupakan kelompok monofiletik yang berbeda jelas dari kerabat terdekatnya, khususnya Leptophis dibernardoi dari Caatinga, ekoregion kering di timur laut Brasil. Rata-rata perbedaan genetik mencapai 2–8 persen dibanding spesies lain dalam genus yang sama.

Nama mystacinus berasal dari kata Yunani mystax yang berarti kumis, merujuk pada tanda hitam khas di bagian wajah. Epithet ini dipilih karena pola tersebut menjadi ciri unik yang stabil pada sebagian besar individu. Perbedaan ini juga konsisten dengan karakter lain, seperti bentuk sisik kepala dan morfologi hemipenis, yang menegaskan statusnya sebagai spesies baru. Dengan kombinasi ciri morfologi, genetik, dan distribusi terbatas di Cerrado, ular ini kini resmi tercatat sebagai salah satu anggota baru dalam daftar reptil Brasil.
Sabana Cerrado sebagai rumah keanekaragaman
Temuan L. mystacinus memperkuat pandangan bahwa Cerrado masih menyimpan banyak spesies yang belum terungkap. Menurut kajian sebelumnya, sabana ini menjadi rumah bagi lebih dari 200 spesies reptil dan sekitar 200 spesies amfibi, banyak di antaranya endemik. Namun, perhatian ilmiah selama ini lebih banyak terfokus ke Amazon dan Hutan Atlantik.
Dalam penelitian yang sama, tim menemukan bahwa distribusi L. mystacinus terbatas di negara bagian Tocantins dan Minas Gerais, dengan catatan sebaran dari hutan galeri hingga mosaik sabana berhutan. Spesies ini kemungkinan memiliki populasi yang lebih luas, tetapi belum terpetakan secara detail. Untuk itu, penelitian lanjutan diperlukan guna memperkirakan ukuran populasi, pola konektivitas habitat, dan potensi ancaman.

Keterbatasan perlindungan hukum juga menjadi tantangan. Regulasi di Brasil memberi perlindungan lebih besar pada kawasan Amazon dibanding Cerrado. Sebagian besar tanah di sabana masih dapat secara sah dikonversi untuk perkebunan atau peternakan. Kebijakan ini membuat habitat penting bagi spesies endemik, termasuk L. mystacinus, terus tergerus.
Cerrado sendiri bukan hanya penting bagi biodiversitas, tetapi juga bagi masyarakat. Ekosistem ini mendukung cadangan air tawar Brasil, menyuplai sungai-sungai besar yang menopang pertanian dan energi. Hilangnya vegetasi asli berarti hilangnya fungsi ekologis penting, dari penyimpanan karbon hingga stabilitas iklim lokal.
Peran ekologi dan keterlibatan masyarakat
Ular memainkan peran vital dalam ekosistem. Sebagai predator menengah, mereka mengendalikan populasi hewan kecil seperti tikus, kadal, dan katak. Dengan begitu, ular membantu menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus memberi manfaat langsung bagi manusia, misalnya menekan hama pertanian. Jika predator seperti ular berkurang, efeknya bisa merambat ke seluruh rantai makanan. Memulihkan kembali keseimbangan ini jauh lebih sulit dan mahal dibanding mencegah penurunannya sejak awal.
Selain itu, ular juga memiliki nilai budaya. Sebagian komunitas lokal memandangnya berbahaya, tetapi ada pula yang menghormati ular sebagai penjaga ladang. Dalam penelitian, para peneliti menekankan pentingnya melibatkan masyarakat dalam program pemantauan dan konservasi. Pengetahuan petani, masyarakat adat, dan warga pedesaan sering kali membantu ilmuwan menemukan spesies langka yang sulit dijangkau. Partisipasi ini juga membangun dukungan publik yang lebih luas untuk menjaga habitat tetap utuh.