- Para ilmuwan menemukan lebih dari 260 jejak kaki dinosaurus berusia 120 juta tahun di Kamerun dan Brasil, mengungkap bahwa kedua kawasan ini dahulu terhubung saat benua Gondwana mulai terpisah.
- Jalur darat berupa dataran rendah dan lembah sungai memungkinkan dinosaurus bermigrasi antar-benua, sebelum Samudra Atlantik sepenuhnya terbentuk.
- Temuan ini membantu merekonstruksi pola migrasi hewan darat prasejarah serta memberikan pemahaman baru tentang dampak pergeseran benua terhadap penyebaran kehidupan di Bumi.
Bagaimana sebenarnya dinosaurus dapat bermigrasi dan menyebar ke berbagai penjuru dunia? Selama puluhan tahun, pertanyaan ini menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Sejak era Gondwana, benua super yang dulunya menyatukan Afrika, Amerika Selatan, Antarktika, Australia, dan India, proses pemisahan daratan secara perlahan mengubah lanskap Bumi. Namun, di tengah perubahan geologi besar tersebut, kehidupan terus bergerak — termasuk para dinosaurus.
Kini, sebuah temuan penting membantu menjawab misteri tersebut. Para ilmuwan menemukan ratusan jejak kaki dinosaurus yang terawetkan dalam lapisan batuan purba di Kamerun dan Brasil. Penemuan ini menunjukkan bahwa sekitar 120 juta tahun lalu, sebelum terbentuknya Samudra Atlantik, daratan Afrika dan Amerika Selatan masih terhubung oleh hamparan dataran rendah dan sungai-sungai yang menjadi jalur migrasi alami bagi berbagai spesies dinosaurus.
Studi terbaru yang dipimpin oleh tim dari Southern Methodist University (SMU) ini menunjukkan bahwa dinosaurus memanfaatkan koridor darat ini untuk menyebar antar-benua, jauh sebelum konfigurasi benua modern terbentuk. Jejak kaki yang tersisa di lapisan lumpur purba kini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana makhluk purba ini mampu menjelajahi wilayah yang sangat luas di Bumi.
Baca juga: Mungkinkah Dinosaurus Bisa Dihidupkan Lagi? Ini Pendapat Para Ilmuwan
Saat Dunia Tanpa Samudra Atlantik
Sekitar 140 hingga 120 juta tahun lalu, pada masa Kretaceous awal, wilayah yang kini menjadi bagian utara Kamerun dan timur laut Brasil masih merupakan satu daratan yang berkesinambungan. Samudra Atlantik belum terbentuk, dan yang ada hanyalah dataran rendah berlumpur serta jaringan sungai dan rawa yang menghubungkan kedua benua purba tersebut.
Saat itu, proses pemisahan Gondwana dari benua induk Pangea baru saja berlangsung. Meskipun terjadi pembukaan celah-celah besar akibat pergeseran lempeng tektonik, sungai-sungai masih mengalir melintasi kawasan ini, menciptakan jalur alami yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai hewan darat, termasuk dinosaurus.

Di sepanjang dataran berlumpur ini, berbagai jenis dinosaurus hidup berdampingan. Pemakan tumbuhan berukuran besar seperti sauropoda menjelajahi kawasan ini untuk mencari makanan, sementara dinosaurus karnivora seperti theropoda memanfaatkan wilayah yang sama sebagai area perburuan.
Jejak Kaki Purba sebagai Bukti Migrasi
Penelitian terbaru ini mengungkap lebih dari 260 jejak kaki dinosaurus yang ditemukan di Cekungan Koum di Kamerun dan di wilayah Borborema di Brasil. Temuan ini dipimpin oleh ahli paleontologi Louis L. Jacobs dari SMU, bersama tim internasional.
Menurut Jacobs, baik dari segi usia, morfologi jejak, maupun konteks geologi, jejak-jejak yang ditemukan di kedua wilayah tersebut menunjukkan kesamaan yang mencolok. “Kami kini menyebut jalur ini sebagai Dinosaur Dispersal Corridor, yaitu jalur migrasi dinosaurus yang menghubungkan Afrika dan Amerika Selatan pada masa itu,” ujar Jacobs.
Sebagian besar jejak yang ditemukan berasal dari dinosaurus theropoda berkaki tiga, yang merupakan karnivora dominan di era tersebut. Selain itu, terdapat pula jejak kaki sauropoda berleher panjang serta ornithopoda, kelompok dinosaurus herbivora berukuran sedang.

Penanggalan serbuk sari yang ditemukan di lapisan batuan yang sama menunjukkan usia sekitar 120 juta tahun, memperkuat hipotesis bahwa kedua kawasan ini pernah menjadi bagian dari ekosistem yang sama.
Menurut para peneliti, salah satu bagian terakhir yang masih mempertahankan koneksi darat antara Afrika dan Amerika Selatan adalah kawasan timur laut Brasil yang dahulu menempel erat pada pesisir Kamerun modern di sepanjang Teluk Guinea.
Koridor darat ini, meskipun relatif sempit, memungkinkan berbagai spesies dinosaurus untuk bermigrasi melintasi kedua benua. Bukti jejak kaki yang ditemukan saat ini merekam momen kritis ketika jalur migrasi tersebut masih dapat diakses, sebelum akhirnya tertutup akibat pergeseran benua.
Baca juga: Inilah Hewan-Hewan Keturunan Dinosaurus yang Masih Hidup Hingga Kini
Peran Sungai dalam Penyebaran Dinosaurus
Lembah-lembah sungai yang membentang di kawasan ini memainkan peran penting sebagai jalur migrasi alami. Dataran banjir yang lembap menyediakan air, sumber makanan, serta substrat berlumpur yang mampu merekam jejak kaki hewan-hewan yang melintas.
“Aliran sungai dan danau di wilayah ini membentuk ekosistem yang kaya. Tanaman menyediakan sumber makanan bagi herbivora, yang kemudian menjadi bagian dari rantai makanan yang lebih luas. Lumpur yang mengendap di daerah banjir ini juga secara tidak sengaja mengabadikan jejak langkah dinosaurus, termasuk jejak predator,” jelas Jacobs.
Rekonstruksi paleogeografi yang dibuat oleh tim peneliti menunjukkan bahwa wilayah Borborema di Brasil dan kawasan jejak kaki di Kamerun memang pernah terhubung erat, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran fauna darat.

Selain jejak kaki dinosaurus, fosil lain yang ditemukan di cekungan sekitarnya juga memperlihatkan keberadaan ekosistem yang beragam. Penemuan fosil buaya purba, kura-kura, ikan, serta mamalia awal seperti Abelodon abeli — mamalia purba dengan struktur gigi unik — memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai kehidupan di wilayah ini pada masa itu.
Setiap temuan baru semakin memperkuat pemahaman ilmuwan mengenai dinamika ekosistem yang ada di Gondwana saat proses pemisahan benua berlangsung.
Cekungan Koum dan Babouri-Figuil di Kamerun, tempat ditemukannya sebagian besar jejak kaki ini, merupakan struktur geologi half-graben, yaitu cekungan yang terbentuk akibat proses peregangan kerak Bumi. Sementara di Brasil, jejak kaki dinosaurus ditemukan dalam batuan lanau merah, yang dulunya merupakan endapan laguna purba.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pemahaman kita tentang proses migrasi hewan darat di masa prasejarah, serta membantu memperbaiki model komputer yang digunakan untuk merekonstruksi pergeseran benua.
Selain itu, studi tentang jalur migrasi kuno ini juga memberikan pelajaran berharga bagi konservasi modern. Di tengah meningkatnya fragmentasi habitat akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia, pemahaman mengenai bagaimana spesies hewan menggunakan koridor alami dapat membantu perencanaan konservasi yang lebih efektif.