Presiden Joko Widodo menargertkan Danau Toba menjadi salah satu destinasi ekowisata andalan Indonesia. Presiden berharap, danau bersejarah masyarakat batak ini tidak hanya dijaga, tapi juga bisa menarik turis mancanegara untuk datang menikmati keindahannya.
Berulang kali, dalam kunjungannya ke kawasan Danau Toba, maupun pertemuan di Sumatera Utara, Jokowi menyatakan agar semua pihak di tingkat pusat maupun daerah berkoordinasi. Menjadikan Danau Toba destinasi kelas dunia.
“Saat saya bekunjung ke Danau Toba, dari pesawat saya lihat hutan sudah gundul. Ini perlu ditanam dan dihijaukan kembali. Menjaga keindahan Danau Toba dengan tidak merusak lingkungan harus dilakukan, agar target Danau Toba sebagai tujuan wisata internasional tercapai, ” jelas Presiden.
Belum lama ini, Ibu Negara Iriana Joko Widodo berkunjung ke kawasan Sianjur Mula Mula, Kabupaten Samosir. Dia menyaksikan bagaimana kebudayaan suku batak, dan kearifan lokal yang masih terjaga. Dia juga melihat Geopark Kaldera Toba, yang begitu perhatian pelancong lokal maupun asing.
Baca: Nasib Danau Toba, Antara Investasi Pariwisata dan Penyelamatan Lingkungan (Bagian 1)
Apakah Geopark Kaldera Toba? Untuk mendapatkan penjelasan soal ini, saya berkunjung ke Pusuk Buhit, Samosir. Menuju wilayah ini, saya harus menyeberangi kawasan Danau Toba dari Parapat menaiki kapal ferry, dan berakhir di kawasan Tomok, Samosir.
Menggunakan mobil, jarak dari Tomok ke Pusuk Buhit sekitar jarak tiga jam. Dengan jalan sedikit menanjak, terlihat sebuah bangunan megah berdiri. Inilah gedung pusat informasi Geopark Kaldera Toba.
Disana, Wilmar Eliaser Simanjorang, sudah menunggu kedatangan Mongabay. Wilmar adalah Manajer Geo Area Samosir. Mantan pejabat Bupati Samosir ini juga dipercaya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebagai komisi edukasi pembangunan pariwisata berbasis Geopark Danau Toba.
Di atas Pusuk Buhit, Wilmar menjelaskan Geopark Kaldera Toba. “Di puncak perkampungan si Raja Batak, di lereng gunung Pusuk Buhit, dari kawasan inilah asal mula orang batak. Dari sini, ada yang pergi ke penjuru Indonesia dan dunia,” jelas Wilmar yang selalu memaki ulos di pundaknya.
Geopark Kaldera Toba adalah hamparan luas yang terjadi dari letusan Gunung Toba. Disini tempat bermukim dan berkembangnya Raja Batak beserta keturunannya, beserta peninggalan sejarah adat dan budaya yang merupakan Geosite Pusuk Buhit di Geopark Kaldera Toba.
Menurut Wilmar, selintas ini adalah kawasan Danau Toba. Ini dulunya Gunung Toba. Di sebelah utara adalah letusan Haranggaol. Itulah yang terjadi pada 500 ribu tahun lalu. Dilokasi tempatnya berdiri, Wilmar menjelaskan bahwa dulunya perbukitan ini adalah danau.
Sesungguhnya, geopark ini bisa menjadi tujuan wisata dan pertanian berbasis geopark, jika kerusakan lingkungan bisa dihentikan. Sehingga bisa menjadi wilayah konservasi berkelanjutan. “Jika konsep ini berjalan, akan timbul pemberdayaan masyarakat, dan sosial ekonomi kerakyatan masyarakat lokal dan komunal,” jelas Wilmar.
Ada banyak peninggalan sejarah di Pusuk Buhit ini. Ada situs, batu sawah, tungku, dan lereng bukit perkampungan Raja Batak. Yang menarik, ada batu Hobon, umurnya ratusan tahun. Dari sini juga budaya, kesenian, tarian tor-tor, dan perkawinan yang penuh pantun tercipta. “Semua pemegag kebijakan harus peduli untuk mengelola, merawat dan mengembangkan pariwisata geopark ini.”
Saat ditanya konservasi, Wilmar mengatakan telah menggugat perambah hingga diputuskan bersalah. Mereka diwajibkan membayar denda dan memperbaiki lingkungan. “Melalui perjuangan hukum hingga ke pengadilan, pelaku illegal logging yang melakukan aksinya mulai 2012 kami pidanakan. Sudah dipenjara sekarang, dan harus merawat lingkungan rusak senilai Rp150 miliar. Ini contoh kepedulian kami pada lingkungan,” ungkapnya.
Baca: Danau Toba, Kandidat Geopark Dunia yang Memprihatinkan. Mengapa?
Pusat Edukasi
Wimar mengatakan geopark ada tiga. Ada geodiversity, terkait keanekaragaman batu-batuan dan hayati, lalu ada keanekaragaman budaya atau culture diversity, dan yang sedang dikembangkan di perkampungan si Raja Batak yaitu biodiversity atau keragaman hayati mengenai etno botani batak.
Wilmar menjelaskan, area pusat edukasi ini merupakan pusat pelestarian tanaman khas batak, yang sekarang sulit dilihat. Ada banyak jenisnya dan sudah ratusan yang ditanam, mulai dari sampinur tali, hariara, dingol, aurekce, kemudian andaliman dan jabi-jabi.
“Jadi ada puluhan, kita usahakan selengkapnya. Puluhan tahun nanti akan jadi pusat penelitian, tanaman endemik batak yang kita sebut etno botani batak. itulah yang akan kita lestarikan di sini. Sesuai dengan konservasi yang dipersyaratakan UNESCO,” jelasnya.
Menurutnya, tumbuhan khas batak yang ada di area ini, dulu tumbuh alami. Tapi karena beberapa kawasan sudah banyak dibuka untuk kebutuhan masyarakat, maka berbagai jenis tumbuhan itu mulai sulit ditemukan.
“Bagian atas kawasan Danau Toba ada penebangan hutan. Di sini juga, dulu ada ladang dan lahan untuk memelihara ternak. Sekarang, tempat ini diberikan masyarakat ke pemerintah daerah, maka di sini kita akan membuat konservasi tanaman jenis batak. Luasnya sekitar 25 hektar,” tandasnya.
Baca juga: Terkuak, Misteri Pemicu Letusan Dahsyat Supervolcano Toba
Dukungan
Pemerintah mendukung upaya percepatan Geopark Kaldera Toba menjadi UNESCO Global Geopark. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang berfungsi sebagai koordinator dan sinkronisator Kementerian/Lembaga terkait, kembali meninjau lokasi dan sebelumnya juga telah membentuk Komite Nasional Geopark Indonesia (Adhoc) yang dikoordinasikan oleh Kemenko Maritim.
“Ini lebih mempermudah bila ada masalah, kita pecahkan bersama. Kami lebih mudah mengundang pihak yang terkait, jelas tugas dan wewenang siapa,” ujar Deputi Bidang SDA, Iptek dan Budaya Maritim, Safri Burhanudin di sela peninjauan bersama Wakil Gubernur Sumatera Utara dan perwakilan Kementerian/Lembaga terkait ke Geosite Hutaginjang, Sumatera Utara, Kamis (17/5/2018).
Safri menjelaskan, Geopark Kaldera Toba sempat terkatung-katung statusnya untuk dinaikkan menjadi UNESCO Global Geopark. “Kami yakin tahun depan terealisasi. Oleh sebab itu, pada Juli 2018 ini, Geopark Kaldera Toba akan ditinjau dan dinilai oleh Tim Asesor UNESCO,” jelasnya.
Safri menambahkan, sejatinya Geopark bagian dari daerah dan dikembangkan pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya membantu. Terkait pemahaman sebagian pihak yang mengatakan Geopark bisa berkembang apabila sepenuhnya mendapat bantuan pemerintah pusat, itu pemikiran keliru.
“Pusat hanya melengkapi apa yang kurang dari daerah, jadi Geopark berkembang apabila daerah yang bergerak lebih dulu. Coba lihat Geopark Ciletuh, tanpa pusat mereka jadi, karena pemerintah daerah berniat untuk mengembangkannya,” tambahnya.
Wakil Gubernur Sumatera Utara, Nurhajizah Marpaung mengungkapkan apresiasinya kepada Kementerian/Lembaga terkait, terutama kepada Kemenko Maritim, yang dinilai telah membantu menaikkan status Geopark Kaldera Toba.
“Saya atas nama pribadi dan masyarakat Sumatera Utara sangat berterima kasih, sebelumnya kenaikan status ini sempat ditolak pada 2015. Kami yakin sekarang adalah saatnya, masyarakat juga bahu membahu merealisasikannya, utamanya untuk terus menjaga kebersihan. Kami akan terus memantau dan mengarahkan kabupaten, tentunya dengan koordinasi pemerintah pusat,” imbuhnya.
Terkait kunjungan wisatawan yang datang ke Danau Toba, Nurhajizah mengatakan, ada peningkatan signifikan. Apalagi, sejak diresmikannya Bandara Silangit menjadi Bandara Internasional dan ke depan juga akan dikembangkan lagi Bandara Sibisa sebagai pendukung.
“Sejak pertama kali datang kesini satu setengah tahun lalu, jumlah wisatawan sekitar 200 orang. Saat ini, mencapai 1.000 orang bahkan lebih banyak di akhir pekan. Bandara tampak sibuk dengan aktivitas pesawat dan penumpang,” tandasnya. [Selesai]