Gletser Gunung Everest Mencair 13% Dalam 50 Tahun Terakhir

Puncak Everest terus mengalami kehilangan salju akibat pemanasan global. Foto: Pavel Novak

Gletser di gunung tertinggi dunia, Everest,  telah menyusut sebanyak 13%, dan garis salju telah bergeser sebanyak 180 meter lebih tinggi (artinya bagian bawah telah mengalami penyusutan dan mendorong salju hanya bertahan di bagian atas). Hal ini terjadi dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, menurut sebuah studi yang akan dipresentasikan pekan ini di sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh American Geophysical Union.

Riset yang dipimpin oleh peneliti bernama Sudeep Thakuri dari University of Milan, dilakukan berdasar pencitraan satelit dan analisis peta topografi. Thakuri dan mitranya merekonstruksi sejarah gletser di wilayah ini menyimpulkan bahwa penurunan permukaan es di Everest dan Sagarmatha National Park ini disebabkan oleh suhu yang meningkat sekitar 0,6 derajat Celsius dan berkurangnya hujan salju sekitar 100 milimeter sejak awal tahun 1990-an.

Jika dihitung secara keseluruhan, gletser sudah berkurang sejauh 400 meter sejak tahun 1962, sementara gletser yang luasnya kurang dari satu kilometer persegi telah mengalami penurunan sejumlah 43% di permukaannya menurut para ahli, yang juga memperkirakan bahwa meningkatnya karbondioksida di udara telah menjadi pendorong perubahan ini.

Perubahan ini memiliki dampak yang penting bagi populasi manusia yang ada wilayah tersebut, menurut Thakuri.

“Gletser Himalaya dan tutupan esnya dianggap sebagai salah satu penyimpan air di Asia karena mereka menyimpan dan mengalirkan air saat musim kering,” ungkap Thakuri lebih jauh. “Orang-orang di hulu sangat tergantung dari mencairnya simpanan air ini untuk pengairan pertanian, konsumsi dan produksi energi mereka.”

CITATION: Sudeep Thakuri at al (2013). Glacier response to climate trend and climate variability in Mt. Everest region (Nepal). Meeting of the Americas in Cancun, Mexico Session: Cryosphere in a warming climate: Changes, Impacts and Adaptation.

Kredit

Topik

Potret Buram Nelayan Tradisional

  Kondisi nelayan tradisional di Indonesia memprihantinkan. Negara makin tidak berpihak pada nelayan saja. Demi tingkatkan ekonomi, pemerintah izinkan privatisasi ruang laut dan pesisir serta sumber daya alam di dalamnya. Hingga perampasan ruang laut dan pesisir terus terjadi. Upaya-upaya masyarakat mempertahankan lahan pun tak jarang berakhir dengan jerat hukum. Belum lagi  wilayah tangkap  nelayan tradisional/kecil […]

Artikel terbaru

Semua artikel