Berau Akan Kembangkan Hutan Mangrove

Penanaman hutan mangrove menjadi salah satu agenda utama Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Hutan magrove seluas 37.212 hektar ini diharapkan menjadi sebuah tujuan wisata baru, selain wisata di Kepulauan Derawan seperti yang selama ini terjadi. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat penanaman mangrove di Tanjung Batu, Berau, Kalimantan Timur, Selasa 8 Mei 2012 silam.

Bekantan atau Proboscis Monkey (Nasalis larvatus) adalah salah satu spesies yang banyak ditemui dihutan mangrove di kawasan Berau. Foto: Aji Wihardandi

”Mangrove mengurangi polusi udara dan air. Juga sebagai ’tembok’ terhadap tsunami. Jika terhadang mangrove, laju tsunami hanya sejauh 600 meter, tapi jika tidak ada mangrove bisa mencapai 6 km. Tembok penghadang tsunami yang dibangun Jepang, kalah oleh mangrove,” ujar Zulkifli kepada Kompas.

Sementara itu, Bupati Berau H. Makmur HAPK mengaku akan fokus pada mangrove. ”Mangrove jangan sampai habis. Mudah-mudahan luasnya ditambah dan kerusakannya dikurangi,” ujar Makmur.

Masrani, Kasubbag Pengendalian Kerusakan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Berau mengatakan, 70 persen mangrove di sepanjang pesisir 17 pulau di Kecamatan Pulau Derawan masih terjaga keasriannya. Perubahan tutupan lahan, termasuk mangrove, karena dijadikan tambak, terutama tahun 2001-2009.

”Sejak tahun 2009 mulai muncul kesadaran warga untuk melestarikan mangrove, karena itu juga demi lestarinya lingkungan. Mangrove, kan, habitat ikan juga. Untuk memberdayakan masyarakat dan agar ada tempat pembibitan sekaligus pelatihan, maka dibangun Pusat Informasi Mangrove di Kampung Tanjung Batu ini,” kata Masrani. Terdapat 84 jenis mangrove di Derawan.

Bambang Supriyanto, Direktur Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Kementerian Kehutanan, menyebut, mangrove di Pulau Derawan tak hanya akan menarik minat wisatawan, tetapi juga para peneliti. ”Mangrove Information Center di Tanjung Batu juga bisa dikembangkan untuk tempat pelatihan. Ini menarik, karena mangrove adalah habitat bagi bekantan,” kata Bambang.

”Ada sejumlah bekantan pernah saya lihat di sini. Jika areal mangrove diperluas, bekantan akan bertambah banyak,” ujar Lukman (39), warga Kampung Tanjung Batu.

Kredit

Topik

Potret Buram Nelayan Tradisional

  Kondisi nelayan tradisional di Indonesia memprihantinkan. Negara makin tidak berpihak pada nelayan saja. Demi tingkatkan ekonomi, pemerintah izinkan privatisasi ruang laut dan pesisir serta sumber daya alam di dalamnya. Hingga perampasan ruang laut dan pesisir terus terjadi. Upaya-upaya masyarakat mempertahankan lahan pun tak jarang berakhir dengan jerat hukum. Belum lagi  wilayah tangkap  nelayan tradisional/kecil […]

Artikel terbaru

Semua artikel