Orangutan Haven merupakan pulau buatan untuk orangutan sumatera yang tidak bisa dilepasliarkan kembali ke hutan, habitat alaminya. Letak Orangutan Haven di di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
Luas wilayah ini sekitar 50 hektar, yang dipenuhi 112 jenis pohon dan 15 jenis bambu. Sebelumnya, wilayah ini merupakan kebun masyarakat yang dibebaskan, dijadikan hutan alami.
Ricko Layno Jaya, Manager Konservasi Orangutan Haven, menjelaskan ide pendirian Orangutan Haven hadir setelah Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan di Batu Mbelin, Sibolangit, yang dikelola YEL-SOCP, beroperasi pada 2002.
“Orangutan Haven didirikan untuk orangutan yang tidak dapat dikembalikan ke hutan. Namun juga tidak mungkin dikurung dalam kandang sampai akhir hidupnya,” ungkap Ricko.
Rata-rata orangutan yang ada di Orangutan Haven, telah lebih lima tahun tinggal di pusat karantina dan rehabilitasi. Orangutan Haven ingin memberikan kesempatan kepada orangutan yang sudah tidak bisa dikembalikan ke hutan, untuk tetap merasakan hidup seperti di alam liar.
Leuser (26), merupakan orangutan sumatera yang menghuni Orangutan Haven. Ia ditangkap pemburu di KEL dan diselamatkan pada 20 Februari 2004, saat hendak diselundupkan ke Jakarta dari Aceh.
Leuser kemudian dibawa ke Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan Sumatera di Batu Mbelin, Sibolangit, Provinsi Sumatera Utara. Desember 2004, setelah dinyatakan sehat, Leuser dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Provinsi Jambi.
Leuser kembali terancam hidupnya, pada November 2026. Ia ditemukan terluka parah di Desa Mangupeh, Kecamatan Tebo Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi. Karena mengalami masalah penglihatan, Leuser tidak bisa dikembalikan ke hutan. Kisahnya menjadi inisiatif dibangunnya Orangutan Haven.
Asril Abdullah, Koordinator Konservasi Orangutan Haven, mengatakan seluruh bangunan di sini menggunakan bahan utama bambu. Hasil hutan bukan kayu.
“Semua bangunan seperti kantin, kamar mandi, jembatan, termasuk kursi dan meja, bahan utamanya adalah bambu,” jelasnya, Senin (14/4/2025).
Jenis bambu yang digunakan adalah betung atau dikenal petung dengan ilmiah Dendrocalamus asper.
“Di Pulau Orangutan Haven saat ini terdapat sekitar 14 jenis bambu.”
14 jenis bambu itu adalah Dendrocalamus asper, Gigantochloa pruriens, Thyrsostachys siamensis, Bambusa vulgaris, Bambussa sp, Schizostachyum brachycladum, Bambusa multiplex, Equisetum hyemale, Gigantochloa atter, Gigantochloa atroviolacea, Bambusa ventricose, Bambusa maculate, Bambusa blumeana, dan Schizostachyum zollingeri.
Setiap jenis bambu tersebut memiliki karakteristik berbeda, sehingga berbeda pula pemanfaatannya.
Salinan
Pemberitahuan: Transkrip dibuat oleh mesin dan manusia serta diedit dengan ringan untuk akurasi.Mereka mungkin mengandung kesalahan.Orangutan Haven, sebuah pulau buatan di kawasan Sumatera Utara hadir sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan terhadap individu orang hutan sumatera yang tidak dapat kembali ke habitat alaminya. Kawasan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat perlindungan, namun menjadi rumah terakhir yang dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan fisik dan psikologis satwa yang telah mengalami berbagai bentuk trauma.
Orangutan Haven terletak di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Luasnya sekitar 50 hektar. Dulunya, kebun masyarakat yang kini ditanami kembali menjadi hutan alami. Di dalamnya tumbuh lebih dari 100 jenis pohon dan 15 jenis bambu. Inisiatif ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan hidup yang aman dan bermartabat bagi individu orang hutan sumatera yang secara permanen tidak dapat dilepas liarkan kembali ke alam akibat kondisi fisik maupun psikologis yang tidak mendukung. Salah satunya adalah Leuser, orangutan jantan yang buta akibat ditembak dengan senapan angin.
Ada juga Fazren yang terlalu lama menjadi hewan peliharaan di Malaysia, hingga kehilangan naluri liarnya dan Deknong betina dengan kelainan genetik pada tangan dan kakinya. Mereka tak mungkin bertahan di alam bebas.
Saat ini ada tujuh individu orangutan di Orangutan Haven. Setiap hari para keeper atau pengasuh memastikan mereka sehat, makan teratur, dan berperilaku normal. Semua aktivitas dicatat dengan teliti. Menariknya, seluruh bangunan di sini, kantin, kamar mandi, jembatan dibuat dari bambu jenis betung Dendrocalamus asper. Ini menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Sejak awal 2024, Orangutan Haven dibuka untuk umum sebagai pusat pendidikan dan penelitian lingkungan. Pengunjung dapat belajar tentang orangutan, konservasi, pertanian organik, hingga energi terbarukan.
Namun, tujuan utama tempat ini bukan untuk menambah penghuni. Sebaliknya, mereka berharap tak ada lagi orangutan yang harus tinggal di sini. Karena, tempat terbaik bagi orangutan adalah di hutan, bukan di pulau buatan.