Danau Sentani di Papua bukan sekadar hamparan air yang memesona dari pesawat ketika mendarat di Jayapura. Ia adalah ruang hidup yang memadukan sejarah panjang, kearifan ekologis, dan tradisi budaya yang masih berdenyut hingga kini.
Dari rumah panggung yang terapung di tepian, hutan sagu yang menjadi sumber pangan, hingga lukisan kulit kayu yang merekam jejak leluhur — danau ini menghadirkan kisah keterhubungan manusia dengan alam yang jarang ditemui di tempat lain.
Namun, di balik keindahan ini, terdapat tantangan yang menggerus jantung ekosistem Danau Sentani. Pencemaran dari limbah rumah tangga, beralih fungsi kawasan hutan sagu, serta tekanan pengembangan tambang nikel di pegunungan sekitarnya menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan ekologi dan budaya danau ini.
Simak diskusinya bersama Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam sesi “Bincang Alam” yang membahas masa lalu, tantangan saat ini, dan strategi pelestarian masa depan Danau Sentani.


