- Bathypterois grallator, dikenal sebagai ikan tripod, hidup di dasar laut dalam dan berdiri menggunakan tiga sirip panjang yang menyerupai rumah panggung kecil.
- Penelitian video terbaru menunjukkan ikan ini memiliki pola berenang dan mendarat yang unik disebut bathypteroiform locomotion, dengan gerakan sirip yang dikendalikan secara independen.
- Ikan tripod memiliki mata yang sangat reduktif, sirip dada sensorik untuk mendeteksi getaran mangsa, dan strategi reproduksi hermaprodit untuk bertahan di lingkungan terpencil.
Di kedalaman samudra yang tidak pernah disentuh cahaya matahari, kehidupan beradaptasi dalam bentuk-bentuk yang luar biasa. Salah satu makhluk yang paling menarik perhatian para ilmuwan adalah Bathypterois grallator, lebih akrab disebut ikan tripod. Julukan ini merujuk pada kebiasaannya berdiri di dasar laut menggunakan tiga sirip panjang, sehingga tampak seakan-akan membangun “rumah panggung” kecil di tengah bentang lumpur yang sunyi.
Ikan tripod menjadi simbol betapa evolusi mampu menciptakan bentuk kehidupan yang tak terbayangkan. Keberadaannya baru sedikit dipahami, dan penelitian terbaru berhasil mengungkap perilaku serta anatomi unik spesies ini yang belum pernah terdokumentasi sebelumnya.
Ciri Morfologi yang Mencolok
Ikan tripod termasuk famili Ipnopidae, kelompok ikan laut dalam yang hidup di kedalaman mulai dari 1.000 hingga lebih dari 4.000 meter. Ukuran tubuhnya relatif kecil, umumnya antara 30 hingga 40 sentimeter. Namun, daya tarik utamanya justru pada tiga sirip panjang yang dimodifikasi menjadi struktur penyangga: dua sirip perut dan satu sirip ekor. Sirip-sirip inilah yang berfungsi menopang tubuhnya saat “berdiri,” membuat penampilannya menyerupai rumah panggung mungil yang berdiri kokoh di dasar laut.

Mata Bathypterois grallator mengalami reduksi fungsi karena tidak ada cahaya yang bisa menembus habitatnya. Sebagai gantinya, ikan ini mengandalkan sirip dada yang dilengkapi sel saraf sensorik untuk mendeteksi getaran air. Ketika ikan tripod berdiri diam, sirip dada akan terangkat ke atas layaknya antena yang selalu waspada terhadap pergerakan mangsa.
Baca juga: Ikan Anglerfish, Si Penghuni Laut Dalam Muncul ke Permukaan
Strategi Berburu di Lingkungan Gelap
Kehidupan di zona abisal memaksa ikan tripod mengembangkan cara berburu yang sangat efisien. Dengan mulut besar yang menghadap ke atas, ia mampu menunggu plankton benthopelagik atau organisme kecil lain yang hanyut tepat di atas kepalanya. Metode ini mirip dengan filter-feeding pasif: ikan tidak perlu berenang mengejar, cukup berdiri diam hingga mangsa mendekat sendiri.

Penelitian ekologi pakan pada spesies kerabatnya, Bathypterois mediterraneus, menunjukkan bahwa makanan utama kelompok ini adalah plankton kecil dan organisme gelatinous yang melayang dekat dasar laut. Meskipun belum ada rekaman langsung ikan tripod makan, struktur rahang dan susunan gigi yang sangat sederhana mendukung hipotesis bahwa ikan ini lebih mengandalkan strategi menunggu ketimbang memburu aktif.
Baca juga: Penemuan Mengejutkan: Ikan Laut dengan Kaki Seperti Kepiting
Pola Pergerakan dan Mendarat yang Unik
Hingga satu dekade lalu, sebagian besar informasi tentang perilaku ikan tripod hanya diperoleh dari hasil tangkapan jaring. Namun, pada tahun 2011, penelitian yang dilakukan Matthew Davis dan Prosanta Chakrabarty dari Louisiana State University berhasil mendokumentasikan perilaku berenang dan mendarat ikan tripod secara langsung melalui rekaman video kendaraan ROV di kedalaman 1.443 meter di Campos Basin, Brasil.
Video tersebut mengungkap pola pergerakan yang sangat khas, yang kemudian disebut bathypteroiform locomotion. Ketika berenang, ikan tripod menggerakkan bagian belakang tubuh dan ekornya dalam pola subcarangiform, di mana gelombang undulasi dimulai dari pertengahan tubuh ke belakang. Sirip punggung dan sirip dubur tetap tegak berfungsi sebagai penyeimbang, sedangkan sirip perut dan sirip ekor yang panjang diangkat vertikal sejajar badan. Posisi ini menjaga agar “kaki” penyangga tidak menyentuh dasar laut sebelum waktunya.

Saat mendekati substrat, ikan tripod akan memperlambat gerakannya, lalu secara perlahan menurunkan tubuh. Sirip ekor yang semula tegak akan diposisikan sejajar dengan badan agar tidak mendarat lebih dulu. Begitu sirip perut menyentuh dasar laut, sirip ekor diturunkan dengan gerakan terpisah hingga seluruh “tripod” kokoh berdiri. Setelah stabil, sirip dada berpindah dari posisi horizontal menjadi tegak lurus, siap menangkap getaran dari calon mangsa.
Peneliti mencatat bahwa kontrol independen sirip-sirip panjang ini belum pernah tercatat pada ikan lain. Gerakan pendaratan ini tidak hanya membuat ikan tripod tampak seperti rumah panggung, tetapi juga menunjukkan kemampuan adaptasi luar biasa yang belum sepenuhnya dipahami.
Reproduksi Hermaprodit sebagai Solusi Kesendirian
Salah satu tantangan hidup di kedalaman samudra adalah jarangnya individu lain dari spesies yang sama. Karena itu, Bathypterois grallator mengembangkan strategi reproduksi hermaprodit simultan. Artinya, seekor ikan tripod memiliki organ reproduksi jantan dan betina dalam tubuhnya. Ketika bertemu pasangan, kedua individu dapat bertukar gamet. Namun, jika tak kunjung menemukan pasangan, ia tetap mampu membuahi telur sendiri.
Mekanisme ini menjadi salah satu contoh betapa spesies laut dalam harus menyiapkan “rencana darurat” agar tetap lestari. Hingga kini, perilaku reproduksi langsung belum pernah terekam secara detail, sehingga masih banyak misteri yang menunggu untuk dipecahkan.
Meski habitat ikan tripod berada jauh dari permukaan, aktivitas manusia tetap menjadi ancaman. Penangkapan ikan laut dalam dengan pukat dasar, eksplorasi minyak dan gas, serta potensi tambang mineral nodul mangan dapat merusak ekosistem bentik secara permanen. Di samping itu, perubahan iklim juga mempengaruhi distribusi plankton dan organisme kecil yang menjadi sumber makanannya.