- Ilmuwan menemukan sebatang pohon kauri tanpa daun di hutan Selandia Baru yang tampak mati, namun ternyata masih hidup karena menerima air dan nutrisi dari pohon-pohon lain melalui jaringan akar yang saling terhubung.
- Penemuan ini mengungkap betapa pentingnya hubungan bawah tanah antar pohon dalam ekosistem, di mana pohon yang sehat dapat menopang individu yang secara fungsional sudah tidak mandiri.
- Sebagai spesies purba yang telah ada sejak zaman dinosaurus, kauri memainkan peran ekologis dan historis yang penting, meski kini terancam oleh penyakit akar dan kerusakan habitat.
Di hutan purba Selandia Baru, tempat pohon-pohon raksasa telah tumbuh sejak ribuan tahun lalu dan menjadi bagian penting dari lanskap alami, ilmuwan menemukan fenomena yang mengejutkan. Sebatang pohon besar dari spesies kauri terlihat tidak memiliki daun, cabang, atau tanda-tanda kehidupan di permukaannya. Jika dilihat sekilas, ia tampak seperti tunggul mati yang tertinggal dari masa lalu.
Namun saat diamati lebih dekat, ternyata pohon ini masih hidup. Di dalam batangnya masih mengalir air dan aktivitas sel yang menunjukkan bahwa jaringan hidupnya belum benar-benar mati. Dengan teknologi sensor modern, para peneliti menemukan bahwa proses-proses dasar kehidupan tumbuhan masih berlangsung di dalam batang itu, meski ia sudah tidak lagi tampak seperti pohon hidup pada umumnya.
Pohon ini berasal dari spesies kauri (Agathis australis), salah satu pohon tertua dan terbesar di dunia. Dalam sejarahnya, pohon kauri bisa tumbuh setinggi gedung bertingkat dan berdiameter lebih dari lima meter. Fenomena pohon tanpa daun yang masih hidup ini menantang pemahaman kita tentang batas antara hidup dan mati dalam dunia tumbuhan. Lebih dari itu, ia memperlihatkan bahwa kehidupan di hutan tidak berlangsung secara individual, melainkan melalui hubungan kompleks yang saling bergantung antara pohon-pohon yang ada di dalamnya.
Pohon yang Hidup Meski Tanpa Daun
Tunggul pohon kauri yang ditemukan ini berada di kawasan Waitākere Ranges, di Pulau Utara Selandia Baru. Para peneliti menemukannya secara tidak sengaja saat mendaki dan langsung terkejut melihat batang tanpa daun atau cabang yang masih menunjukkan tanda-tanda hidup. Mereka lalu memasang sensor untuk memantau aliran air di dalam batang serta membandingkannya dengan pohon-pohon kauri sehat di sekitarnya.
Hasilnya sangat mengejutkan: aliran air dalam tunggul justru meningkat saat aliran air di pohon-pohon tetangga tinggi, dan sebaliknya. Ini menandakan bahwa tunggul tersebut mendapatkan air dari pohon-pohon di sekitarnya. Peneliti menduga bahwa tunggul ini terhubung melalui sistem akar yang tergraf secara alami dengan akar pohon lain. Grafting akar semacam ini sudah diketahui pada sekitar 150 spesies pohon lain, tapi ini adalah kasus pertama yang terdokumentasi secara ilmiah pada kauri.
Peneliti juga menduga bahwa hubungan akar tersebut terbentuk sebelum pohon kauri ini kehilangan daun dan mati secara struktural. Artinya, pohon tersebut mungkin telah menjalani kondisi stres lama sebelum akhirnya tidak lagi bisa berfotosintesis, namun tetap menerima pasokan air dan nutrisi dari tetangganya yang lebih sehat.
Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari Auckland University of Technology yang dipimpin oleh Dr. Sebastian Leuzinger. Mereka mengamati sebatang pohon kauri yang sudah tidak memiliki daun dan tidak lagi menjalankan proses fotosintesis. Namun saat dipasang alat pengukur, ternyata air masih mengalir di dalam batangnya—tanda bahwa jaringan hidupnya masih aktif. Hasil studi lengkapnya dipublikasikan dalam jurnal iScience oleh Bader & Leuzinger (2019): Hydraulic Coupling of a Leafless Kauri Tree Remnant.

Setelah ditelusuri, akar pohon ini ternyata terhubung langsung dengan akar pohon kauri lain di sekitarnya. Melalui hubungan ini, pohon yang tampaknya sudah mati ini masih mendapatkan air dan nutrisi dari pohon-pohon lain yang sehat. Jadi meskipun ia tidak bisa lagi menghasilkan makanannya sendiri, ia tetap hidup berkat bantuan dari lingkungan sekitarnya.
Para peneliti menyebut ini sebagai bentuk kerja sama antar pohon yang saling terhubung melalui jaringan akar. Pohon yang sehat ikut menjaga kelangsungan hidup pohon yang sudah tidak bisa mandiri.
Baca juga: Sendirian di Padang Pasir: Misteri Pohon yang Bertahan Tanpa Air Selama 400 Tahun
Jaringan Kehidupan di Dalam Hutan
Hutan bukan hanya kumpulan pohon, tapi juga sebuah sistem yang saling terhubung. Akar pohon, bersama dengan jamur mikoriza, membentuk jaringan di bawah tanah yang memungkinkan pertukaran air dan nutrisi antar pohon. Sistem ini sering disebut sebagai “wood wide web“.
Tunggul kauri yang masih hidup ini adalah bagian dari jaringan tersebut. Ia tidak punya daun untuk menarik air dari tanah melalui proses penguapan, tapi ia tetap bisa menerima aliran air dari pohon lain, terutama saat pohon-pohon tersebut sedang tidak aktif, misalnya di malam hari.

Hal ini menunjukkan bahwa pohon yang tampaknya sudah tidak berfungsi, ternyata masih punya peran dalam ekosistem, setidaknya sebagai bagian dari sistem akar bersama. Artikel populer seperti dari Inside Science juga mengulas topik ini: Tree Stump Stays Alive with a Little Help from Neighboring Trees.
Kauri termasuk dalam kelompok pohon purba yang sudah ada sejak zaman dinosaurus. Spesies ini hanya tumbuh di bagian utara Pulau Utara Selandia Baru. Kauri bisa tumbuh setinggi 50 meter, dengan diameter batang lebih dari 5 meter. Beberapa pohon tua bahkan tercatat memiliki diameter hingga 8 meter.
Pohon-pohon ini juga berperan besar dalam membentuk ekosistem hutan. Kanopi atau tajuknya yang lebar menaungi area yang luas dan memengaruhi jenis tumbuhan lain yang bisa tumbuh di bawahnya.
Sayangnya, kauri kini tergolong spesies yang hampir terancam punah. Sebagian besar hutan kauri asli telah ditebang sejak abad ke-19, dan kini hanya sekitar 4% yang tersisa. Selain itu, mereka juga menghadapi ancaman dari penyakit mematikan yang menyerang akarnya.
Baca juga: Mengenal Nothofagus, Pohon yang Menjadi Sorotan UNESCO di Papua
Pohon yang Mengubah Tanah Sekitarnya
Kauri punya cara unik dalam mempengaruhi tanah di sekitarnya. Akar-akarnya mengambil nutrisi dari lapisan daun dan ranting yang jatuh ke tanah, lalu menciptakan kondisi tanah yang sangat asam. Proses ini membuat nutrisi seperti nitrogen dan fosfor tercuci ke lapisan bawah tanah, sehingga pohon lain sulit tumbuh di dekatnya.
Selain itu, daun dan kulit kauri mengandung zat alami yang memperlambat pembusukan. Ini membuat serasah atau tumpukan bahan organik di sekitar batang kauri menumpuk dalam jumlah besar, yang justru menjadi sumber makanan bagi akar dan jamur yang bersimbiosis dengan pohon kauri.

Beberapa sisa pohon kauri yang terkubur dalam tanah rawa telah ditemukan berusia lebih dari 40.000 tahun. Pohon-pohon ini menyimpan catatan perubahan iklim dan kondisi bumi di masa lalu, melalui pola cincin tahunannya. Penelitian terhadap kayu ini membantu ilmuwan memahami perubahan iklim di belahan bumi selatan selama ribuan tahun terakhir.
Kini, pohon kauri menghadapi musuh baru: penyakit “kauri dieback” yang disebabkan oleh jamur tanah Phytophthora agathidicida. Jamur ini menyerang akar pohon dan membuat pohon perlahan mati. Penyakit ini menyebar melalui tanah yang menempel di alas kaki manusia atau hewan liar seperti babi hutan.

Pohon-pohon yang terinfeksi akan menunjukkan gejala seperti daun menguning, getah keluar dari batang, dan akhirnya mati. Para ilmuwan dan masyarakat setempat telah menerapkan berbagai langkah perlindungan, seperti membersihkan sepatu sebelum masuk hutan dan membatasi akses di beberapa kawasan.