Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) adalah satu dari kera besar paling langka di dunia, dengan populasi kurang dari 800 individu yang kini tersebar dalam metapopulasi Blok Barat dan Blok Timur di ekosistem Batang Toru. Sebagai spesies endemik dan sangat rentan, mereka menghadapi tekanan berat akibat fragmentasi habitat, terutama dari proyek PLTA, tambang emas, serta ekspansi perkebunan dan infrastruktur.
Meski demikian, adaptasi ekologisnya luar biasa: hidup di elevasi 300–1.300 m di atas permukaan laut, memanfaatkan berbagai sumber pakan alternatif ketika buah langka, dan bertahan dalam kondisi isolasi genetik tinggi. Peran ekologis orangutan Tapanuli sangat penting, mereka menjaga kesehatan hutan melalui penyebaran biji dan menjaga dinamika komunitas tumbuhan. Namun upaya konservasi tidak hanya soal teknik pelestarian. Konsep koeksistensi (manusia dan satwa hidup berdampingan) menjadi kunci, ketimbang solusi radikal seperti relokasi massal. Dukungan sosial, kebijakan publik, riset genetik dan spasial, serta penguatan kapasitas lokal juga sangat dibutuhkan untuk menjaga integritas populasi dan mencegah degradasi habitat lebih lanjut.
Simak diskusi mendalam bersama Panut Hadisiswoyo, pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari / Orangutan Information Centre, sebagai narasumber dalam pembahasan ini, tentang tantangan, peluang, dan makna moral konservasi orangutan Tapanuli di masa depan.