- Tema global Hari Lingkungan Hidup 2025 adalah “Ending Plastic Pollution” atau “Hentikan Polusi Plastik”.
- Diperkirakan 14 juta ton sampah plastik masuk ke laut setiap tahun, menjadikannya sekitar 75 hingga 199 juta ton limbah plastik berada di samudera kita pada 2025
- Lautan, dengan segudang spesies dan misteri yang belum terungkap, kini berada di bawah ancaman serius campur tangan manusia. Pada 2050, jumlah sampah plastik yang kita buang di lautan akan melebihi jumlah ikan itu sendiri.
- Produksi plastik yang masif dan pengelolaan limbah yang buruk berakhir di lautan, yang tidak hanya merusak keindahan samudera, tetapi juga merenggut nyawa jutaan makhluk hidup, mulai dari hewan kecil hingga predator puncak.
Setiap 5 Juni kita peringati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tema global tahun 2025 ini adalah “Ending Plastic Pollution” atau “Hentikan Polusi Plastik”.
Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) atau Badan PBB yang mengurus program lingkungan, tahun lalu dunia menghasilkan sekitar 400 juta ton limbah plastik. Banjir botol air dan shampo, wadah dispenser, kemeja poliester, pipa PVC, dan produk plastik lainnya adalah bagian dari krisis polusi plastik yang menurut para ahli merusak ekosistem, membahayakan manusia, dan memicu perubahan iklim.
“Polusi plastik adalah salah satu ancaman lingkungan paling serius yang dihadapi bumi, tetapi ini adalah masalah yang bisa kita pecahkan. Melakukannya tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan manusia dan menjaga planet ini, tetapi juga membuka berbagai peluang ekonomi,” kata Elisa Tonda, Chief of the Resources and Markets Branch, UNEP.
Negara-negara di seluruh dunia saat ini sedang bernegosiasi terkait perjanjian internasional yang mengikat secara hukum untuk mengakhiri polusi plastik. Dengan latar belakang itu, katanya, Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini, akan berfokus pada cara-cara untuk mencegah limbah plastik keluar dari lingkungan. Terutama, polusi dari produk plastik sekali pakai dan mendesain ulang agar lebih bermanfaat.

Masalah besar plastik
Terdapat tiga alasan mengapa plastik menjadi masalah besar. Pertama, polusi plastik dapat mendatangkan malapetaka di ekosistem. Sebuah studi menjelaskan bahwa partikel plastik kecil dapat memperlambat pertumbuhan alga laut mikroskopis yang dikenal sebagai fitoplankton, yang merupakan dasar dari beberapa jaring makanan akuatik.
Selain itu, ikan sering salah mengira produk plastik sebagai makanan dan mengisi perut mereka dengan pecahan yang tidak dapat dicerna. Akibatnya, mereka kelaparan hingga berujung kematian.
Kedua, plastik sering terurai menjadi fragmen-fragmen kecil, yang dikenal sebagai mikroplastik dan nanoplastik, yang dapat menumpuk di tubuh manusia. Mikroplastik telah ditemukan di hati, testis, bahkan air susu ibu. Studi lainnya menemukan bahwa rata-rata satu liter air kemasan mengandung sekitar 240.000 mikroplastik.
Ketiga, para peneliti memperkirakan bahwa plastik sepanjang siklus hidupnya juga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Produksi plastik adalah sebuah proses yang boros energi dan bertanggung jawab atas lebih dari 3 persen emisi gas rumah kaca pemanasan global pada 2020.

Invasi plastik di lautan
Fenomena polusi plastik telah mencapai tingkat mengkhawatirkan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2024 saja, diperkirakan 220 juta ton limbah plastik dihasilkan secara global, dengan rata-rata 28 kg per orang. Dari jumlah fantastis ini, sekitar 69,5 juta ton dikelola dengan buruk dan berakhir mencemari lingkungan, termasuk lautan kita.
Tragisnya, diperkirakan 14 juta ton plastik masuk ke laut setiap tahun, menjadikan total 75-199 juta ton limbah plastik berada di samudera kita pada 2025. Jumlah ini sangat masif, bahkan sekitar 10.000 kali lebih banyak plastik yang tergeletak di dasar laut dibandingkan yang terlihat di permukaan.
Bayangkan, untuk setiap orang di planet ini, ada 21.000 keping plastik yang mengotori lautan kita. Jumlah tersebut bukan sekadar angka; ini adalah cerminan krisis planet yang serius. Lautan, dengan segudang spesies dan misteri yang belum terungkap, kini berada di bawah ancaman serius akibat campur tangan manusia. Bahkan, jika tren ini berlanjut, pada tahun 2050, jumlah sampah plastik yang kita buang di lautan akan melebihi jumlah ikan itu sendiri.
Pada mulanya plastik lahir dari inovasi demi kenyamanan manusia. Namun, kini telah menjelma menjadi ancaman global. Produksi plastik yang masif dan pengelolaan limbah yang buruk malah berakhir di lautan, yang tidak hanya merusak keindahan samudera, tetapi juga merenggut nyawa jutaan makhluk hidup, mulai hewan kecil hingga predator puncak.

Seperti diberitakan Mongabay Indonesia sebelumnya, dalam sebuah studi diperkirakan 12 juta metrik ton plastik masuk ke laut setiap tahun. Sampah plastik ini perlahan terurai menjadi pecahan-pecahan semakin kecil. Meski tidak mencolok secara visual, namun punya dampak serius pada ekosistem laut, bahkan menimbulkan ancaman pada stabilitas iklim bumi.
Perkiraan menunjukkan, sebanyak 358 triliun partikel mikroplastik mengapung di permukaan laut dan triliunan lainnya di perairan laut dalam. Prevalensinya makin lama makin mengkhawatirkan, karena partikel kecil ini amat mudah disalahartikan sebagai makanan oleh biota laut.
Semakin kecil partikel mikroplastik, makin banyak spesies yang memakannya. Mulai dari plankton, organisme terkecil dalam rantai makanan, hingga paus yang merupakan biota terbesar di lautan.
Jika sampah plastik ukuran besar dapat menjerat satwa laut, maka mikroplastik berdampak jangka panjang pada keanekaragaman hayati laut, plankton dan mikroba, serta menghambat penyimpanan karbon dan siklus nitrogen di lautan dunia.
Referensi:
Nolte, T. M., Hartmann, N. B., Kleijn, J. M., Garnæs, J., van de Meent, D., Jan Hendriks, A., & Baun, A. (2017). The toxicity of plastic nanoparticles to green algae as influenced by surface modification, medium hardness and cellular adsorption. Aquatic Toxicology, 183, 11–20. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.aquatox.2016.12.005
Qian, N., Gao, X., Lang, X., Deng, H., Bratu, T. M., Chen, Q., Stapleton, P., Yan, B., & Min, W. (2024). Rapid single-particle chemical imaging of nanoplastics by SRS microscopy. Proceedings of the National Academy of Sciences
Jenna R. Jambeck et al. Plastic waste inputs from land into the ocean. Science 347,768-771 (2015)
Eriksen, M., Cowger, W., Erdle, L. M., Coffin, S., Villarrubia-Gómez, P., Moore, C. J., Carpenter, E. J., Day, R. H., Thiel, M., & Wilcox, C. (2023). A growing plastic smog, now estimated to be over 170 trillion plastic particles afloat in the world’s oceans—Urgent solutions required. PLOS ONE, 18(3), e0281596.
*****