- Manusia dan lebah madu merupakan makhluk yang sungguh berbeda. Namun, berdasarkan penelitian, ada kesamaan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, antara manusia dengan lebah madu, yaitu dalam hal interaksi sosial.
- Ilmuwan dari University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika, memaparkan adanya kemiripan antara jejaring sosial lebah madu dengan jejaring sosial manusia. Kesamaan ini dijelaskan melalui pemodelan hipotetis, dengan mekanisme fisika statistik melalui pendekatan biologi.
- Penelitian berjudul Individual variations lead to universal and cross-species patterns of social behavior ini telah dipublikasikan di Journal Proceedings of the National Academy of Sciences [PNAS], edisi 15 Desember 2020.
- Hasil pengamatan tersebut menunjukkan, ternyata lebah memiliki karakteristik unik dan daya tarik tersendiri, yang dapat disamakan dengan interaksi manusia. Contohnya, manusia akan lebih memilih berinteraksi dengan teman, kerabat, atau anggota keluarga yang sudah dikenal sebelumnya, ketimbang orang asing.
Manusia dan lebah madu tentu saja merupakan makhluk yang sungguh berbeda. Akan tetapi, berdasarkan penelitian, ada kesamaan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, antara keduanya. Yaitu, dalam hal interaksi sosial.
Sebuah tim ilmuwan dari University of Illinois Urbana-Champaign, Amerika, yang mengembangkan riset dari penelitian sebelumnya, secara eksperimental mengukur jaringan sosial lebah madu dan juga bagaimana cara hewan ini berkembang dari waktu ke waktu.
Baca: Pola Terbang Unik Lebah Bumblebee
Riset ini memaparkan bahwa para peneliti menemukan adanya kemiripan antara jejaring sosial lebah madu dengan jejaring sosial manusia. Kesamaan ini dijelaskan melalui pemodelan hipotetis, yang tentunya disesuaikan dengan mekanisme fisika statistik melalui pendekatan biologi.
Penelitian berjudul Individual variations lead to universal and cross-species patterns of social behavior ini telah dipublikasikan di Journal Proceedings of the National Academy of Sciences [PNAS], edisi 15 Desember 2020.
Baca: Hebatnya Lebah Madu, Bisa Pecahkan Soal Matematika
Sebagaimana dilansir dari The Science Times, penelitian yang mengukur sejauh mana perbedaan khas dalam jaringan lebah madu untuk pertama kalinya, dilakukan oleh Sang Hyun Choi, Vikyath Rao, Adam Hamilton, Tim Gernat, Nigel Goldenfeld dan Gene Robinson.
Pembagian tugas riset dilakukan yaitu Hamilton, Gernat dan Robinson memantau perilaku sosial lebah madu dengan menggunakan alat ukur. Rao melakukan analisis data, sedangkan Choi dan Goldenfeld membuat pemodelan dan interpretasi teoritis.
Goldenfeld menjelaskan, awalnya tim peneliti menggunakan lebah madu yang merupakan serangga sosial untuk membantu mereka menemukan informasi bagaimana caranya mengukur tentang kehidupan mereka yang kompleks.
Baca: Homalictus, Lebah dengan Tubuh Warna-warni
Beberapa tahun sebelumnya, Goldenfeld bersama Robinson, Rao, dan Gernat melakukan penelitian intensif dengan meletakkan “kode” pada tubuh lebah agar secara otomatis dapat diamati. Terutama di mana saja lebah madu bersarang, arah pergerakan, dan pasangan interaksinya.
Dalam studi tersebut, para peneliti fokus pada trophallaxis yaitu transfer makanan cair yang dilakukan dari mulut ke mulut lebah madu, saat mengukur interaksi sosialnya. Trophallaxis ternyata digunakan tidak hanya untuk makan tetapi untuk berkomunikasi, yang menjadikan sistem ini sebagai model untuk mempelajari cara berinteraksi sosial.
Dengan cara tersebut, menurut Goldenfeld, jaringan sosial dapat dibangun dalam rentang waktu, atau yang dinamakan “jaringan temporal.”
Baca: Menyiasati Dampak Perubahan Iklim dengan Lebah Madu. Seperti Apa?
Choi, sebagaimana dikutip dari Phys.org, menjelaskan tim riset memilih untuk meneliti trophallaxis karena ini merupakan jenis interaksi sosial lebah madu yang dapat dilacak secara akurat.
“Lebah madu secara fisik terhubung satu sama lain melalui kontak mulut selama trophallaxis terjadi. Dalam hal ini, tim dapat mengetahui sebenarnya apakah lebah madu benar-benar terlibat dalam suatu interaksi atau tidak. Untuk lebih meyakinkan, setiap lebah madu diberi “tag” sehingga dapat diidentifikasi setiap individu yang terlibat dalam interaksi itu.”
Mirip interaksi manusia
Waktu yang dibutuhkan untuk mengamati interaksi lebah madu tersebut berbeda, mulai dari yang singkat hingga lama. Hasil pengamatan tersebut membuat Choi memiliki konsep yaitu ternyata lebah memiliki karakteristik unik dan daya tarik tersendiri yang dapat disamakan dengan interaksi manusia.
Contohnya, manusia akan lebih memilih berinteraksi dengan teman, kerabat, atau anggota keluarga yang sudah dikenal sebelumnya, ketimbang dengan orang asing.
Terkait temuan studi itu, Goldenfeld mengungkapkan bahwa tim peneliti mengembangkan teori untuk merumuskan gagasan sederhana. Jika seekor lebah berinteraksi dengan lebah lain, maka dapat dianggap ada semacam kesamaan atau kecocokan di antara mereka, sebagai ukuran ketertarikan antara satu dengan lainnya.
Jika tidak ada kesamaan frekuensi ‘virtual’ maka seekor lebah akan mencari lebah lainnya, bahkan menjauh, sehingga tidak terjadi interaksi.
Para peneliti studi menyebut fenomena ini sebagai “deskripsi teoritis model minimalis” karena secara kuantitatif dapat menangkap fenomena menarik dikurangi kebutuhan berlebihan, yang tidak penting.
Robinson menambahkan, terkait adanya kemiripan luar biasa antara manusia dan lebah dalam hal interaksi, perlu eksplorasi atau penelitian lanjutan.
“Menemukan kesamaan yang mencolok antara lebah dengan manusia, memicu minat kami untuk menemukan prinsip-prinsip universal biologi, dan tentunya mekanisme yang mendasari keduanya,” tuturnya.