Inilah Fosil Mirip Lobster Jauh Sebelum Masa Dinosaurus

"Lobster prasejarah" Yawunik kootenayi yang membuka kunci bagi pemahaman baru tentang arthropoda.
“Lobster prasejarah” Yawunik kootenayi yang membuka kunci bagi pemahaman baru tentang evolusi arthropoda. Sumber: University of Toronto

Para peneliti paleontologi, seperti yang dilansir oleh sci-news.com,  melaporkan penemuan terbaru mereka yaitu fosil mahluk laut yang yang diperkirakan hidup dalam masa Cambrian Tengah. Masa sekitar 508 juta tahun yang lalu, atau lebih awal 250 juta tahun saat dinosaurus pertama muncul di permukaan bumi.

Fosil ini diberi nama Yawunik kootenayi, ditemukan di Marble Canyon Kanada, atas kerjasama para peneliti dari Universitas Toronto, The Royal Ontario Museum dan Pomona College California. Marble Canyon merupakan tempat fosil lainnya banyak turut ditemukan.

Fosil berukuran lebih kurang limabelas centimeter ini bagi para peneliti dianggap temuan penting karena membuka jalan untuk semakin memahami anatomi dan predator arthropoda pertama, termasuk untuk memahami evolusi filum anthropoda sejak lima ratus juta tahun yang lalu hingga saat ini. Adapun, karakteristik dari arthropoda sendiri adalah memiliki tubuh bersegmen, anggota tubuh simetri bilateral dan kerangka luar (eksoskeleton) yang berkitin. Yawunik termasuk dalam kelompok hewan yang disebut arthropoda leanchoiliid.

Saat ini, arthropoda adalah salah satu filum paling beragam dan sukses yang mewakili sekitar 80 persen dari spesies yang ada di bumi. Keluarga besar arthropoda meliputi berbagai jenis kalajengking, laba-laba, kupu-kupu, semut, lobster, udang dan berbagai macam kepiting.

Yawunik kootenayi memperluas sudut pandang kita tentang anatomi dan kebiasaan predator arthropoda pertama, secara khusus kelompok laba-laba dan lobster,” jelas Cedric Aria, salah satu penemu dari fosil ini yang berasal dari Universitas Toronto.

“Fosil ini telah memiliki kerangka luar, tubuh yang tersegmentasi dan bersendi, namun belum memiliki sifat-sifat canggih seperti ditampilkan oleh kelompok yang bertahan hingga hari ini.”

Yawunik kootenayi. Image credit: Jean-Bernard Caron / Royal Ontario Museum.
Fosil Yawunik kootenayi yang ditemukan. Foto: Jean-Bernard Caron / Royal Ontario Museum.

Yawunik tidak memiliki instrumen tambahan tertentu di bagian kepala yang dimodifikasi untuk mengolah makanan seperti yang ada pada serangga dan krustasea (crustacea) saat ini. Namun, Yawunik telah memiliki instrumen frontal panjang menyerupai antena kumbang modern atau udang, meski masih berbentuk tiga cakar panjang. Dua diantaranya merentang dekat mulut untuk membantu hewan tersebut menangkap mangsanya.

Terdapat semacam cambuk flagela menjulur memanjang dari ujung cakar, yang merupakan alat untuk menyebarkan serangan dan bergerak saat tubuhnya berenang. Dipercayai bahwa Yawunik kootenayi memegang posisi penting dalam jejaring makanan dan ekosistem masa Cambrian Tengah.

“Kita tahu bahwa larva krustasea tertentu dapat menggunakan antena mereka untuk berenang dan mengumpulkan makanan. Predator aktif besar seperti udang mantis memiliki fungsi sensorik dan fungsi penggegaman. Dengan adanya temuan Yawunik dan kerabatnya ini memberitahu kami tentang kondisi yang ada jauh sebelum pembagian tugas antar bagian organisme terjadi,” jelas Aria.

Spesies ini dinamakan Yawunik untuk menghormati sosok mitologis yang digambarkan sebagai mahluk laut besar dan menjadi ancaman bagi hewan lain karena kemampuan berburunya yang mumpuni. Sedangkan kootenayi dipilih untuk menghormati suku Ktunaxa, satu kelompok masyarakat adat yang tinggal di Kanada, yang telah lama mendiami wilayah Kootenay dimana fosil ini ditemukan.

Kredit

Editor

Topik

Konflik Agraria Tak Berujung

Ketimpangan kuasa tanah begitu besar di Indonesia hingga menciptakan berbagai persoalan, salah satunya, konflik agraria dan sumber daya alam.  Tanah-tanah di negeri ini, banyak dalam kuasa negara dan skala besar, sedang rakyat terhimpit. Data Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), 17,25 juta keluarga petani hanya menguasai tanah di bawah 0,5 hektar. Pendapatan harian petani gurem hanya sekitar […]

Artikel terbaru

Semua artikel