Kita sering mendengar kata hutan. Namun apakah pengertian hutan? Pengertian hutan bervariasi tergantung dari sudut pandang kepentingan. Secara ekologi, hutan dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang didominasi pohon dengan tajuk saling bersambungan.
Dalam hal ini, padang rumput bukanlah hutan. Struktur hutan hujan tropis di wilayah Asia Tengara, dimana Indonesia menjadi bagian terbesarnya dijelaskan dalam Whitmore (1998).
Hutan hujan merupakan ekosistem hutan paling kompleks yang dibentuk dari berbagai jenis dan ukuran tumbuhan. Tumbuhan tersebut membentuk stuktur hutan yang sering disebut kanopi.
Kanopi dapat pula dikatakan suatu tingkatan pohon penyusun hutan. Tingkatan tersebut terdiri dari tumbuhan bawah, anakan pohon, pohon muda, sampai dengan pohon dewasa.
Kanopi membentuk iklm mikro, sehingga apabila di dalam hutan, kita dapat merasakan udara yang lebih sejuk daripada di luar hutan. Kanopi juga membuat sinar matahari tidak dapat sepenuhnya masuk sampai ke dalam lantai hutan. Hubungan antara kerapatan tutupan kanopi sangat erat kaitannya dengan bentuk dan jenis tumbuhan yang ada di dalamnya.
Berikut ini merupakan kategori tingkat pertumbuhan pohon di hutan tropis.
- Tumbuhan bawah: merupakan tumbuhan tidak berpembuluh (tidak berkayu), umumnya berada di atas lantai hutan.
- Semai: anakan pohon yang memiliki tinggi kurang dari 150 cm
- Pancang: anakan pohon dengan tinggi lebih dari 150 cm, tetapi memiliki diameter batang kurang dari 10 cm.
- Tiang: pohon dengan ukuran diameter antara 10 cm dan 20 cm.
- Pohon: tumbuhan berkayu yang memiliki diameter lebih dari 20 cm.
Selain tingkat pertumbuhan, hutan hujan tropis juga memiliki bentuk kehidupan tumbuhan lainnya. Berbagai bentuk tingkatan pertumbuhan pohon dan herba di dalam hutan dikelompokkan menjadi tumbuhan autotrofik yaitu tumbuhan yang dapat memproduksi makananannya sendiri.
Sementara, ada bentuk pertumbuhan lainnya, dimana suatu tumbuhan memerlukan tumbuhan lain untuk dapat hidup yang sering disebut sebagai heterotrofik. Hutan hujan menghadirkan bentuk interaksi tumbuhan yang luar biasa.
Bentuk pertumbuhan heterotrofik diantaranya pemanjat (climber), epipit (epiphytes), pencekik (strangler), parasit (parasite), dan saprofit (saprophytes). Bermacam bentuk pertumbuhan vegetasi merupakan bagian dari prosesi interaksi di antara tumbuhan. Jadi apabila tidak ada tumbuhan pendukung, maka organisme heterotrofik tidak dapat tumbuh dengan baik.
Semua komponen alam baik itu tumbuhan, hewan, dan faktor lingkungan fisik membentuk sebuah ekosistem. Ekosistem ini bersifat dinamis, mengalirakan energi dan nutrien dalam metabolism alam. Apabila terjadi gangguan terhadap ekosistem, misalnya pohon tumbang, maka akan terjadi gap atau rumpang. Tumbuhan baru akan berkompetisi mengisi kekosongan ruang tersebut.
Proses demikian sering disebut sebagai suksesi. Ekosistem dimana produktivitas tidak lagi bertambah secara signifikan, disebut klimaks. Namun faktanya, alam terus berubah. Alam dapat terus memperbaiki dirinya sendiri karena memiliki daya lenting. Tetapi, kalau kerusakan terhadap alam sudah melebihi batas daya lenting, maka alam tersebut akan sulit pulih bahkan akan berubah.
Ternyata tumbuhan juga dapat berinteraksi layaknya satwa, ya.
Lebih lanjut;
Referensi
BAPPENAS. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020: IBSAP: Dokumen Nasional. Badan Perencanaan Pembangunana Nasional. Jakarta.
Ghazoul, J. and D. Sheil. 2010. Tropical Rain Forest Ecology, Diversity, and Conservation. Oxford University Press, New York.
Mogea, J. P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R. E. Nasution, Irawati. 2001. Tumbuhan Langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi; Bogor.
Prosea. 1994. Timber trees: Major commercial timbers. I. Soerianegara and R.H.M.J. Lemmens (ed). Prosea Foundation, Bogor.
Setijati Sastrapradja, J. P. Mogea, H. M. Sangat, J. J. Afriastini. 1978. Palem Indonesia. Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor.
Whitmore, T. C. 1984. Tropical Rain Forest of The Far East. Second Edition. Oxford University Press, Oxfrod.