Penelitian ini mengupas status konservasi primata endemik Jawa, Owa Jawa (Hylobates moloch), yang diklasifikasikan sebagai terancam punah (Endangered) akibat fragmentasi habitat dan tekanan antropogenik. Fokus utama adalah pemanfaatan bioakustik, ilmu yang mempelajari suara alam, sebagai metode non-invasif yang efektif untuk monitoring satwa yang sulit diamati secara visual karena sifat arboreal. Data dari Yayasan KIARA dan SwaraOwa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan Hutan Petungkriyono menunjukkan bahwa suara nyaring 'great call' yang dominan dikeluarkan oleh owa betina dapat digunakan untuk mendeteksi individu, menganalisis perilaku, dan memetakan populasi. Metode Passive Acoustic Monitoring (PAM), menggunakan alat perekam canggih dengan pengaturan spesifik (misalnya, sample rate 48 KHz), mampu mengumpulkan data ekstensif tentang aktivitas harian dan rentang frekuensi suara owa. Lebih lanjut, keberhasilan konservasi sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat lokal dalam program berbasis bukti, seperti pembentukan tim lapangan dari warga lokal, penanaman koridor ekologis, dan pengembangan ekonomi berkelanjutan (kopi dan madu klanceng) sebagai insentif untuk menjaga hutan. Secara keseluruhan, great call Owa Jawa di pagi hari merupakan indikator kesehatan hutan dan seruan mendesak untuk kolaborasi terpadu antara sains, inisiatif masyarakat, dan kebijakan pemerintah demi kelangsungan hidup spesies kunci ini.