- Pipa minyak milik PT Vale kembali bocor dan mencemari lahan-lahan pertanian warga di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, 23 Agustus 2025. Dua mesin eskavator dikerahkan untuk melakukan-clean up dengan cara mengupas tanah bagian atas dan akan menambahkan tanah lain untuk menggantikannya (clean up).
- Sejak kebocoran minyak jenis Marine Fuel Oil (MFO) pada 23 Agustus 2025, warga Desa Lioka resah. Mereka menyaksikan saluran irigasi, aliran sungai Koromosilu dan sawah penuh minyak hitam pekat. Tanaman padi yang baru berusia dua minggu akhirnya mati. Tidak hanya itu. Warga juga temukan burung bangau, belibis dan ikan yang ada di kolam pertanian mati.
- Kebocoran pipa minyak perusahaan ini bukanlah yang pertama. Tahun 2010, peristiwa yang sama juga terjadi di dekat lokasi kebocoran saat ini. Meksi luapan minyak sebelumnya tidak menggenangi pertanian, tapi saluran irigasi juga penuh oleh minyak.
- Trend Asia, NGO yang mendorong transformasi energi bersih, mengatakan, berdasar data BMKG, jalur pipa minyak Vale termasuk hotspot aktivitas gempa. Pada 2025, tercatat 189 kali gempa dan dalam 8 tahun terakhir, gempa terjadi 73 kali di sekitaran Desa Lioka. Data-data tersebut seharusnya menjadi pertimbangan dalam risiko yang diperhitungkan.
Dua eskavator terlihat sibuk menggali lahan pertanian warga di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, 22 September 2025. Haerul yang sedari tadi mengamati dan mengabadikan aktivitas itu terlihat geram. Tampak dari tempatnya berdiri padi tumbuh kurus di tanah yang menghitam terkena minyak dari PT Vale.
Herul bilang, perusahaan akan mengupas tanah bagian dan akan menambahkan tanah lain untuk menggantikannya (clean up). “Sawah kami (sawah milik ibunya seluas 2.500 meter) saya tidak mau dikupas. Saya mau lihat dulu, tanah dari mana yang akan ditambahkan, apakah nanti kesuburannya akan sama atau tidak,” katanya.
Sejak kebocoran minyak jenis Marine Fuel Oil (MFO) pada 23 Agustus 2025, warga Desa Lioka diliputi keresahan. Mereka menyaksikan saluran irigasi, aliran sungai Koromosilu dan sawah penuh minyak hitam pekat. Tanaman padi yang baru berusia dua minggu akhirnya mati.
Tidak hanya itu. Warga juga temukan burung bangau, belibis dan ikan yang ada di kolam pertanian mati. Saya yang berada di lokasi tiga hari pasca kebocoran berdigik melihat keadaan itu. Binatang kecil lainnya, seperti laba-laba dan serangga air juga bernasib sama.
Petani yang ada di lokasi kejadian, tak bisa lagi melampiaskan kekesalannya. Di hamparan sawah Dusun Molindowe yang luasnya sekitar 38 hektar, titik paling dekat dengan pipa minyak yang bocor itu, nasib mereka tak tentu karena lahan mereka telah tercemar.

Saat kebocoran, perusahaan menghadang aliran minyak di saluran irigasi dan sungai Koromosilu menggunakan Oil Boom. Di sepanjang aliran irigasi dan sungai sejauh 10 km, perusahaan membuat sekitar 11 titik penahan laju minyak hingga di muara yang terhubung dengan Danau Towuti.
Pada 26 September 2025, Vale kemudian meminta Fatma Lestari, Kepala Disaster Risk Reduction Centre (DRRC) Universitas Indonesia yang melakukan kajian menyampaikan temuannya di gedung DPRD kabupaten. Dia bilang, hasil kajiannya melalui uji air dinyatakan layak konsumsi dan di bawah baku mutu.
“Kami memastikan tidak ada pencemaran yang dapat membahayakan masyarakat. Saya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. Saya berada di posisi masyarakat bapak ibu sekalian. Saya tidak ingin ada dampak kesehatan yang membahayakan masyarakat di situ. Hati saya berada di bapak ibu sekalian,” kata Fatma, dalam pertemuan itu.
Hingga tiga pekan setelah kebocoran, genangan minyak di lahan pertanian belum juga tertangani. Ali Bastian, petani dan tokoh masyarakat Molindowe mulai khawatir akan dampak situasi itu. Minyak yang berada di tanah, kata dia, akan meresap masuk ke tanah. “Kenapa tidak bersamaan ditangani,” ujar petani 70 tahun itu.
Sayangnya, pemahaman masyarakat seperti itu biasanya akan begitu saja dipatahkan oleh pihak perusahaan. Sebabnya, lanjut Ali, warga tak punya tim ahli sendiri.
Edwan Kardena, guru besar Fakultas Sipil dan Lingkungan dari ITB amini kekhawatiran Ali. Menurut dia, prioritas penanganan harusnya ada pada lahan pertanian warga. “Harusnya langsung dikerjakan, karena semakin lama akan semakin parah,” tulisnya dalam pesan tertulisnya kepada Mongabay.
Bagi Edwan, yang juga menjadi tim pakar dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk kebocoran minyak Vale, penanganan kedaruratan di lahan pertanian harusnya berlangsung cepat dan cermat. Sementara analisis baku mutu air pada aliran sungai bisa belakangan.
“Oh gak bisa, baku mutu air permukaan ya pasti akan oke. Karena kandungan minyak gak diperiksa. Kalau di air permukaan biasanya kalau kejadian sudah lewat. Polutannya sudah tidak terdeteksi karena kan sudah terdilusi (encer),” katanya.
Laman resmi Vale, menyebut mereka mulai melakukan upaya pemulihan lingkungan menyusul kejadian itu. Soal ini, Edwan pun meminta perusahaan membuat dokumen Rencana Pemulihan Fungsi Lingkungan Hidup (RPFLH) di tengah upaya penanganan darurat yang belum tuntas.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Men-LH) Nomor 101/ 2018 mengatur tentang dokumen RPFLH itu. Begitu pentingnya, dokumen tersebut juga harus mendapat persetujuan Menteri dan Dirjen yang membidangi.
“Dalam waktu dekat, aka nada kunjungan untuk melihat fakta lapangan. Dan ini penting untuk melihat jejak tanah yang di pinggir sungai itu,” katanya.

Awal kejadian
Pagi, pada 23 Agustus 2025, seorang petani perempuan bermalam di rumah sawah menuju tempat tampungan air dari saluran irigasi. Ketika dia menggapai gayung dan menyentuh air dalam bak, dia kaget mengetahui tangannya penuh oleh minyak.
Dia kemudian membangunkan suaminya dan bersama-sama memeriksanya. Tak dinyana, kolam penampungan air itu ternyata telah penuh oleh minyak. Hanya dalam sekejap, informasi itu pun menyebar warga. Mereka pun lantas menelusuri saluran irigasi dan berjalan sekitar 5 menit ke jalan inspeksi pipa milik Vale.
Di sebuah jalan menanjak minyak sudah memenuhi jalur dan terus mengalir ke sungai kecil yang menjadi salah satu hulu irigasi. Tugu pipa itu berada pada titik 39.950 meter – yang menunjukkan jarak pipa dari pelabuhan di sekitar wilayah Lampia, Kecamatan Malili menuju pabrik pemurnian nikel di Sorowako yang jaraknya sekitar 70 km.
Jaringan pipa minyak perusahaan ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Perusahaan kemudian melakukan produksi pertamanya tahun 1979. Vale memproduksi produk Nickel Matte dan mengirimnya ke Jepang.
Kebocoran pipa minyak perusahaan ini bukanlah yang pertama. Tahun 2010, peristiwa yang sama juga terjadi di dekat lokasi kebocoran saat ini. Meksi luapan minyak sebelumnya tidak menggenangi pertanian, tapi saluran irigasi juga penuh oleh minyak.
Budiawansyah, Chief of Sustainability and Corporate Affairs Officer Vale, mengatakan kebocoran pertama itu karena ada pergerakan tanah. Dia mengingatkan jika, area Sorowako dan sekitar tempat perusahaan melakukan aktivitas memiliki sesar aktif yang tiap saat bergerak. Situasi itu bisa menyebabkan tekanan pada pipa. “Tapi (kejadian ini) kita menunggu hasil analisis dari tim investigasi,” katanya.
Seperti sebuah aliran, minyak itu keluar dari pipa yang tertanam dari dalam tanah. Ketika tim perusahaan mendapati sumber kebocoran, mereka menggali titik pipa sedalam 1 meter. Beberapa pekerja dari sub kontraktor perusahaan menyatakan jika lubang pipa bocor itu seukuran genggaman bayi.
“Kalau minyak banyak sekali seperti itu, masuk akal. Tahun 2010 itu, saya ikut membantu dan dipekerjakan. Itu bocornya kecil tidak sampai masuk jari kelingking,” kata Ali Bastian.
Bagi Trend Asia, lembaga non pemerintah yang mendorong transisi energi bersih dan berkeadilan, mengatakan, berdasar data BMKG, kurun 2015-2025, jalur pipa minyak Vale termasuk hotspot aktivitas gempa dengan 404 kali kejadian.
Pada 2025, tercatat 189 kali gempa dan dalam 8 tahun terakhir, gempa terjadi 73 kali di sekitaran Desa Lioka.
Bagi Trend Asia, data-data gempa dan pergeseran tanah seperti ini seharusnya menjadi pertimbangan dalam risiko yang diperhitungkan. Apalagi Vale sudah beroperasi sejak puluhan tahun.
“Kebocoran dan tumpahan minyak yang berulang ini memunculkan keraguan tinggi atas klaim keberlanjutan yang selalu jadi kosmetik Vale,” kata Novita Indri, Juru Kampanye Energi Trend Asia, dalam siaran persnya, 22 September 2025.

Kondisi saat ini
Hingga 2 Oktober 2025, ekskavator masih terus bekerja mengangkat lapisan tanah atas yang terkontaminasi minyak. Di lahan warga, kedalaman pengupasan sudah mencapai sekitar 60 sentimeter dan masih menemukan sisa minyak. “Setiap hujan, muncul lagi minyak,” kata Haerul.
Sisa minyak yang mengendap di batuan sungai, tebing tanah, dan tanaman air, sudah hitam pekat. Ketika hujan mengguyur, minyak-minyak itu kembali terbawa arus.
Koromosilu adalah sungai utama yang warga manfaatkan untuk pertanian dan peternakan. Di beberapa titik tertentu juga mereka gunakan sebagai tempat wisata. Sungai ini melewati Desa Lioka, Baruga, Langkea Raya, Matompi hingga Timampu di pesisir Danau Towuti.
Ibnu, warga yang bermukim di Desa Baruga mengatakan, saat kejadian bau minyak sangat menyengat masuk ke rumah. Setelah baunya berkurang setelah tertangani, sisa minyak banyak mengendap di pinggiran sungai hingga sekarang.
“Sehari sebelum tumpahan, anak-anak saya main di sungai dan mandi-mandi. Sekarang tidak bisa lagi, aliran kelihatannya sudah tidak ada minyak, tapi kalau turun ke sungai, kulit akan akan licin seperti dibaluri minyak,” katanya.
Budiawansyah, menyebut, proses pemulihan membutuhkan waktu, antara 1-2 tahun.

Janji ganti rugi
Bernardus Irmanto, Presiden Direktur yang juga Chief Executive Officer (CEO) Vale menyatakan, pihaknya masih melakukan investigasi terkait penyebab kebocoran pipa minyak miliknya. Namun demikian, dugaan sementara akibat pergeseran tanah.
“Diduga kuat karena pergeseran tanah, dan kami sedang menyelesaikan investigasi itu,” ujarnya, mengutip Antara.
Dia berkomitmen menyelesaikan berbagai dampak yang timbul dari kejadian ini. Termasuk, memberikan kompensasi kepada warga terdampak.
“Vale Indonesia bertanggung jawab penuh untuk menggantikan kerugian yang ditimbulkan.”
Sudaryono, Wakil Menteri Pertanian mengatakan, sekitar 30 hektar lahan pertanian terdampak kebocoran pipa minyak vale ini. Dia pun pastikan ada pemberian kompensasi layak kepada para petani atas kerugian yang mereka alami dari kejadian itu.

*****
Tragedi Tumpahan Minyak Pertamina di Karawang, Horor bagi Manusia dan Lingkungan