- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di gambut terus terjadi, berulang dan jadi masalah besar Indonesia. Pantau Gambut mencatat lonjakan drastis titik panas (hotspot) hingga lima kali lipat dalam satu bulan terutama pada Juli lalu di seluruh Indonesia. Kondisi ini menunjukkan tata kelola gambut masih buruk bahkan terabaikan.
- Catatan Pantau Gambut, Periode Juni-Juli 2025, ada kenaikan 11.287 titik panas di 303 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG). Mayoritas titik panas ini berada di Provinsi Riau, Kalimantan Barat, dan Aceh. “Ini indikasi pengabaian. Karena lonjakannya sangat signifikan dari Juni ke Juli,” terang Wahyu A Perdana, Manajer Advokasi, Kampanye, dan Komunikasi Pantau Gambut saat Mongabay hubungi.
- Data Pantau Gambut menunjukkan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berada di peringkat 6 provinsi dengan hotspot terbanyak. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut menunjukkan kebakaran banyak terjadi di lanskap danau toba, di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Toba.
- Di luar kawasan Wisata Nasional Danau Toba, kebakaran di Sumut juga terjadi di kebun sawit, dan kawasan hutan. Bobby Nasution, Gubernur Sumut, menyebut, setidaknya ada 59 kejadian kebakaran hutan dan lahan di luar kawasan Wisata Nasional Danau Toba. Dengan luas area kebakaran sebesar 4409,65 hektar sejak Januari hingga 26 Juli 2025.
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di gambut terus terjadi, berulang dan jadi masalah besar Indonesia. Pantau Gambut mencatat lonjakan drastis titik panas (hotspot) hingga lima kali lipat dalam satu bulan terutama pada Juli lalu di seluruh Indonesia. Kondisi ini menunjukkan tata kelola gambut masih buruk bahkan terabaikan.
“Ini indikasi pengabaian. Karena lonjakannya sangat signifikan dari Juni ke Juli,” terang Wahyu A Perdana, Manajer Advokasi, Kampanye, dan Komunikasi Pantau Gambut saat Mongabay hubungi.
Catatan Pantau Gambut, Periode Juni-Juli 2025, ada kenaikan 11.287 titik panas di 303 kesatuan hidrologis gambut (KHG). Mayoritas titik panas ini berada di Riau, Kalimantan Barat, dan Aceh.
Narasi cuaca ekstrem menyebabkan karhutla pun menurut mereka tidak relevan lagi. Karena, sebaran titik panas di Juli 2025 naik hingga empat kali lipat ketimbang Juli 2023 saat El Nino melanda Indonesia.
Padahal, tren cuaca tahun ini seharusnya lebih bersahabat. Namun, skala hujan justru lebih besar.
“Ini juga jadi bukti bahwa krisis karhutla merupakan dampak kerusakan ekosistem gambut yang lebih sistematis ketimbang semata mengambinghitamkan cuaca.”
Ironisnya, Wahyu bilang lebih dari setengah hotspot yang terdeteksi berada di fungsi lindung ekosistem gambut. Artinya, ada pembiaran kerusakan terhadap kawasan-kawasan yang seharusnya mendapat perlindungan.
Beberapa kerusakan, berasal dari aktivitas perusahaan yang mulai membuka kawasan gambut mereka. Juga, tidak ada lagi pengawasan di lapangan seperti yang dulu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) lakukan.
“Sehingga tidak ada lagi yang mengoordinasikan masyarakatnya. Sementara di Kalbar dan Riau, infrastrukturnya tidak ada lagi yang melakukan perawatan.”
Dua provinsi itu, katanya, menyumbang 13.000 hotspot pada Juli. itu berarti 90% titik api yang terjadi selama bulan itu berasal dari sana.
Kebakaran di kawasan wisata
Data Pantau Gambut menunjukkan Sumatera Utara (Sumut) berada di peringkat enam provinsi dengan hotspot terbanyak. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut memperlihatkan, kebakaran banyak terjadi di lanskap Danau Toba, di Kabupaten Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, dan Toba.
Di Simalungun, selama Juli, kebakaran mencapai 95 hektar, di Kabupaten Toba 346 hektar dengan sebagian besar berupa kawasan hutan lindung di Kecamatan Tampahan, lalu empat hektar di Humbang Hasundutan dan 50 hektar Tapanuli Utara.
Komjen Pol Rony Samtana, Wakapolda Sumut, menyebut, tengah melakukan penyelidikan ihwal penyebab kebakaran, termasuk di kawasan wisata nasional Danau Toba. Mereka tengah mengusut dan mengumpulkan bukti serta keterangan dari berbagai pihak.
hal itu, katanya, untuk mengetahui apakah kebakaran alami atau ada intervensi.
“Terkait kebakaran hutan dan lahan di Sumut, ada 13 kasus yang kita usut. Kawasan Danau Toba menjadi prioritas penyidikan karhutla ini. Siapa saja yang terlibat akan kita proses. Tahapannya masih penyelidikan,” katanya.
Dia bilang, 13 kasus itu berada di enam kabupaten dengan lima wilayah merupakan kasus kebakaran di lahan warga, satu terkait kebakaran hutan di Samosir, wilayah Wisata Nasional Danau Toba.

Polda Sumut, katanya, berkomitmen mendukung pemerintah pusat mengantisipasi karhutla dan siap melakukan penegakan hukum untuk memproses semua yang sengaja terlibat.
Selain penegakan hukum, Polda Sumut sudah melakukan sosialisasi hingga ke tapak mengenai bahaya karhutla. Penyadartahuan terhadap masyarakat untuk tak membakar lahan atau kawasan hutan pun terus mereka lakukan.
Selain itu, mereka antisipasi karhutla dengan patroli bersama berbagai pihak. Mulai dari perangkat desa, para pemerhati kebakaran hutan dan lahan, tokoh masyarakat serta tokoh agama, termasuk alim ulama dilibatkan untuk sosialisasi di tingkat desa guna mencegah kebakaran hutan dan lahan ini.
Di luar kawasan wisata Danau Toba, kebakaran di Sumut juga terjadi di kebun sawit, dan kawasan hutan. Bobby Nasution, Gubernur Sumut, menyebut, setidaknya ada 59 kejadian kebakaran hutan dan lahan di luar kawasan Wisata Nasional Danau Toba. Dengan luas area kebakaran sebesar 4409,65 hektar sejak Januari hingga 26 Juli 2025.
Kebakaran itu terjadi di kabupaten Labuhanbatu yang mencapai 550 hektar dan terbesar di Kabupaten Padang Lawas, hingga 1.147 hektar.
“Atas dasar itu kita menetapkan Provinsi Sumut masuk dalam kategori tanggap darurat karhutla. Untuk kabupaten kota Sampai dengan saat ini belum ada yang mengeluarkan status tanggap darurat bencana kekeringan,” ucapnya.

*****