- Rawa Tripa merupakan hutan rawa gambut seluas 61.803 hektar yang penting bagi kehidupan orangutan sumatera. Letaknya, di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya dan di Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh.
- Analisis citra satelit 2024 menunjukkan, luas tutupan hutan tersisa Rawa Tripa sekitar 6.428 hektar, berkurang 446 hektar dibanding 2022. Padahal, rawa gambut ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan hidrologi, mengendalikan banjir, hingga menjadi benteng alami terhadap bencana tsunami.
- Rawa Tripa juga merupakan habitat orangutan sumatera, harimau sumatera, serta beruang madu. Laporan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Universitas Syiah Kuala 2008, mencatat sekitar 300 jenis tumbuhan lokal dan sejumlah fauna khas hidup di kawasan ini.
- Orangutan sangat tergantung dari habitat yang baik, bebas ancaman perburuan, serta tiada konflik dengan manusia. Sementara, Rawa Tripa sekarang sangat tidak ideal, habitat orangutan terfragmentasi kebun sawit.
Rawa Tripa merupakan hutan rawa gambut seluas 61.803 hektar yang penting bagi kehidupan orangutan sumatera.
Hutan yang berada di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya dan di Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh, ini dilindungi regulasi berupa Keppres No. 33/1998 tentang KEL, PP No. 26/2008 tentang RTRW Nasional, juga SK Menteri LHK No. 129/2017 tentang Penetapan Peta Kesatuan Hidrologis Gambut Nasional. Dalam RTRW Aceh, Rawa Tripa juga dimasukkan dalam Qanun No. 19/2013.
Rahmad Syukur, Direktur Yayasan Apel Green Aceh, mengatakan berdasarkan hasil studi, di Rawa Tripa terdapat tiga kubah gambut dengan kedalaman lebih lima meter.
“Wilayah ini bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser yang telah ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional untuk pelestarian lingkungan hidup. Namun, berdasarkan pantauan kami, dalam tiga dekade terakhir, hutan ini mengalami penyusutan,” jelasnya, Minggu (17/8/2025).

Analisis citra satelit 2024 menunjukkan, luas tutupan hutan tersisa Rawa Tripa sekitar 6.428 hektar, berkurang 446 hektar dibanding 2022.
“Artinya, rata-rata hilang sekitar 20 hektar per bulan. Padahal, rawa gambut ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan hidrologi, mengendalikan banjir, hingga menjadi benteng alami terhadap bencana tsunami.”
Rawa Tripa juga merupakan habitat orangutan sumatera, harimau sumatera, serta beruang madu. Laporan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Universitas Syiah Kuala 2008, mencatat sekitar 300 jenis tumbuhan lokal dan sejumlah fauna khas hidup di kawasan ini.
“Rawa Tripa sedang dalam kondisi kritis. Jika pembiaran terhadap deforestasi dan perusakan terus terjadi, maka ekosistem rawa gambut tersisa, beserta satwa yang ada akan hilang selamanya. Termasuk, orangutan,” jelas Syukur.

Ujang Wisnu Barata, Kepala BKSDA Aceh, mengatakan pihaknya bersama lembaga mitra telah merelokasi orangutan sumatera dari Rawa Tripa ke Cagar Alam Jantho, Kabupaten Aceh Besar.
“Saat ini, kami tidak bisa menjamin Rawa Tripa sebagai rumah yang aman bagi orangutan,” jelasnya, Senin (18/8/2025).
Relokasi yang dilakukan tentunya tidak secara langsung, melainkan bertahap.
“Prioritas relokasi diberikan kepada induk dan anak orangutan. Selain itu, orangutan yang direlokasi juga umumnya yang terisolir atau berkonflik dengan warga.”
Pemindahan terpaksa dilakukan untuk menghindari risiko lebih besar terhadap orangutan itu sendiri.
“Hanya ini pilihan terbaik sekarang,” paparnya.

Selamatkan orangutan sumatera
Panut Hadisiswoyo, Direktur Green Justice Indonesia (GJI), yang aktif dalam kegiatan perlindungan orangutan sumatera dan orangutan tapanuli mengatakan, saat ini kondisi Rawa Tripa sudah sangat tidak aman untuk orangutan.
“Relokasi dari habitat alaminya bukan masalah mudah. Namun, hal tersebut terpaksa dipilih karena kondisinya sudah tidak menjamin bagi kehidupan orangutan,” terangnya, Senin (18/8/2025).
Orangutan sangat tergantung dari habitat yang baik, bebas ancaman perburuan, serta tiada konflik dengan manusia. Sementara Rawa Tripa sekarang sangat tidak ideal, habitat orangutan terfragmentasi kebun sawit.
“Sebagian besar hutan Rawa Tripa berubah fungsi sejak 1990-an sampai sekarang.”

Jika Rawa Tripa dibiarkan rusak dan orangutan direlokasi ke habitat lain, maka dalam waktu dekat orangutan sumatera akan punah di sini.
“Ini adalah langkah sulit, karena orangutan di Rawa Tripa terbiasa hidup di hutan gambut, sementara Cagar Alam Jantho bukan gambut. Orangutan butuh waktu untuk penyesuaian dan ini tidak mudah.”
Rawa Tripa harus diselamatkan. Hutan yang rusak akibat sawit harus segera direstorasi. Ini pilihan yang paling tepat.
“Konservasi atau perlindungan orangutan, bukan hanya menyelamatkan satwanya. Tetapi juga, menjaga habitat aslinya tidak hilang dan terlindungi,” tandasnya.
*****
Rawa Tripa yang Tidak Lagi Bersahabat untuk Orangutan Sumatera