- Sebuah studi menyebutkan burung di wilayah tropis lebih berwarna dibandingkan burung yang berada di daerah iklim sedang dan dingin.
- Perbedaan ini, para peneliti berpendapat karena habitatnya memiliki kondisi lingkungan yang baik dengan ketersediaan sumber makanan sepanjang tahun dan suhu yang lebih stabil. Warna bulu juga sebagai bentuk komunikasi dan upaya menarik pasangannya.
- Penelitian ini menganalisa lebih dari 24.000 gambar dari 4.500 burung dari seluruh dunia. Rata-rata 30% spesies dari Amazon, Afrika Barat dan Asia Tenggara memiliki spesies yang lebih berwarna dibandingkan di belahan bumi utara.
- Tak hanya burung, spesies di wilayah tropis juga beragam. Ini menjadi hasil strategi evolusi yang kompleks. Mulai dari perilaku kawin, adaptasi spesies terhadap lingkungan tropis yang kompetitif dan kaya keanekaragaman hayati.
Pernahkah kamu memperhatikan warna burung-burung di daerah tropis seperti Indonesia? Sebuah studi menyebutkan burung di wilayah tropis memiliki karakteristik yang lebih mencolok dan berwarna-warni. Seperti burung cendrawasih, kepondang jawa, beragam jenis burung kicau memiliki corak warna dan motif yang indah.
Penelitian Christopher R. Cooney dari University of Sheffield bersama rekan-rekannya meneliti 4.500 spesies burung kicau dari berbagai penjuru dunia dari 24.000 foto burung. Hasilnya, burung-burung yang berada di hutan tropis, seperti Brasil, Selandia Baru, Indonesia, Australia, Ekuador dan Chili memiliki spesies dengan 30% lebih berwarna.
Khususnya, wilayah yang berada di bawah 23,5° lintang, dibandingkan wilayah lintang utara. Hal ini terukur dari pantulan warna bulunya. Sedangkan yang paling berwarna-warni sebagian besar hidupnya berada di Amazon, Afrika Barat dan Asia Tenggara.

“Bukan hanya warnanya yang lebih pekat, tapi spektrum warnanya lebih luas baik untuk jantan dan betina,” ujar penelitian tersebut.
Hasil riset yang terbit dalam jurnal Nature Ecology & Evolution juga menduga ada tiga faktor penting yang berperan. Pertama, iklim tropis dinilai lebih stabil sehingga memungkinkan burung mengekspresikan warna tanpa tekanan lingkungan ekstrem. Kedua, ketersediaan sumber daya alam yang tinggi mendukung pertumbuhan bulu berwarna mencolok. Ketiga, strategi ekologi yang mendorong evolusi visual untuk menarik pasangan dan berkomunikasi.
Baca juga: Keragaman Burung di Hutan Petungkriyono
Keindahan spesies tropis lainnya
Tak hanya warna burung, ekosistem tropis bawah laut juga memiliki spesies yang berwarna. Menurut Oscar Puebla, seorang pakar ekologi ikan dari Pusat Riset Kelautan Tropis Leibniz, Jerman, warna memainkan peran penting dalam komunikasi antar spesies.
“Seperti untuk menarik pasangan. Bisa jadi komunikasi dengan predator untuk menunjukkan bahwa hewan itu berbisa. Bisa jadi kamuflase untuk menghindari predator,” kata Puebla dalam Livescience.

Menurutnya, fungsi dan cara hewan menggunakan warna sangat bergantung pada jenis dan lingkungan hidup mereka. Burung, misalnya, memperoleh pigmen cerah—seperti merah, jingga, dan kuning—dari asupan makanan yang kaya karotenoid. Warna-warna tersebut kerap digunakan untuk memikat pasangan atau menunjukkan kekuatan.
Sedangkan ikan dan moluska memanfaatkan struktur nano dalam sel mereka untuk memanipulasi cahaya, menciptakan warna yang berubah-ubah demi menghindari pemangsa.
Baik di darat maupun laut, lingkungan tropis menjadi faktor penting yang mendorong evolusi strategi pewarnaan ini dalam berbagai spesies. Burung, khususnya, mengandalkan indra penglihatannya untuk mengenali lingkungan. Banyaknya spesies burung di lingkungan hutan dapat mendorong persaingan. Hal tersebut menghasilkan keragaman warna dan pola seperti pada burung beo, burung kolibri, burung tukan, dan burung-burung lain yang menjadikan daerah tropis sebagai rumah mereka.
“Kita harus selalu berhati-hati dengan warna dan pola warna ini. Cara kita memandang warna bisa sangat berbeda dengan cara hewan lain memandangnya,” kata Puebla.

Baca juga: Warna Kepik Emas yang Mempesona
Evolusi warna pada spesies
Keanekaragaman warna pada bulu hewan-hewan tersebut menyimpan petunjuk evolusi. Penelitian yang John J. Wiens menunjukkan bahwa semua spesies vertebrata darat berwarna cerah umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pada keturunan hewan nokturnal, warna menjadi cara komunikasi kepada predator bahwa mereka beracun dan bukan pilihan makanan mereka.
Sementara itu, keturunan hewan diurnal, seperti beberapa burung, biasanya menggunakan warna sebagai cara untuk menarik pasangan. “Sinyal perkawinan harus berevolusi pada spesies yang dapat melihat warna-warna tersebut,” kata John J. Wiens, profesor ekologi dan biologi evolusi di Universitas Arizona.
Pentingnya warna dalam ritual kawin ini menjelaskan mengapa begitu banyak spesies burung harus “centil” untuk menggaet betina. Contohnya burung cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), yang memiliki warna merah, biru, dan kuning. Ketika menarik perhatian seekor betina, burung ini memamerkan bulu zamrud berwarna-warni yang memukau pasangannya.

Tak hanya menarik pasangan, warna juga menjadi kode identitas antarspesies. Dalam dunia serangga yang sangat bervariasi, warna membantu individu mengenali spesiesnya sendiri dan mencegah kawin silang yang tidak produktif.
Warna dalam dunia hewan bukan sekadar pesona visual. Ia adalah wujud dari evolusi, komunikasi, dan adaptasi. Dari strategi bertahan hidup hingga ritual kawin, warna adalah bahasa yang dimainkan oleh alam dengan harmoni luar biasa.
Apa pun keunggulan evolusinya, warna hewan tak terpisahkan dari lingkungannya, baik itu burung-burung cerah di hutan hujan tropis maupun ikan-ikan berwarna perak kusam di laut dalam. Ekosistem tropis yang kompleks dan beragam menyediakan perpaduan sempurna antara kompetisi dan sumber daya alam untuk mendukung pelangi warna yang di bulu mereka.
Hans Mandacan, Si Penjaga Cenderawasih dari Pegunungan Arfak