- Kondisi padang lamun di Nusa Tenggara Barat menunjukkan gejala penurunan. Di Pantai Pandaan, misalnya yang mengalami penurunan signifikan dalam lima tahun terakhir.
- Aaktivitas manusia, seperti pariwisata, pembangunan pantai dan pencemaran menjadi penyebabnya. Sayangnya tak ada data monitoring rutin tentang kondisinya.
- Padang lamun berperan penting sebagai habitat biota laut dan penyerap karbon.
- Transplantasi lamun menjadi langkah awal pemulihan, namun perlu ada pengawasan yang serius.
Keranjang besi, pipa paralon, tali, dan potongan lamun satu per satu dibawa ke arah laut di pesisir Pantai Pandanan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Sekitar tiga orang mahasiswa membawa alat-alat ini untuk melakukan transplantasi lamun. Pantai ini punya pemandangan matahari tenggelam yang eksotis dan menarik wisatawan untuk datang.
Padang lamun di Indonesia terus mengalami tekanan dalam dua dekade terakhir. Data Pusat Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (BRIN, saat ini) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia memiliki potensi luasan lamun sekitar 293.464 hektar, namun hanya 15,35% yang berada dalam kondisi baik dan berkelanjutan.
“Lamun berfungsi sebagai rumah bagi berbagai biota laut. Kalau lamun tidak ada, maka biota-biota itu juga akan hilang karena kehilangan tempat hidupnya,” ujar Muhammad Barmawi, perwakilan dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL).
Tak hanya itu, Barmawi juga bilang lamun punya peran penting dalam menyimpan karbon biru yang sangat berguna untuk membantu mengurangi dampak perubahan iklim.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luasan padang lamun di Nusa Tenggara Barat mencapai 8.061 hektare, namun hanya 71,70% yang berada dalam kondisi baik. Lokasinya tersebar di berbagai titik, diantaranya Gili Matra, Teluk Saleh, Pantai Kuta, hingga Pantai Pandanan di Kabupaten Lombok Utara.
Beberapa lokasi di NTB, lamun telah mengalami kerusakan signifikan. Wilayah Pantai Pandanan, misalnya, yang memiliki padang lamun yang cukup luas tapi mengalami degradasi akibat aktivitas manusia. Seperti pembangunan pantai, aktivitas pariwisata, lalu lintas kapal dan jangkar, hingga pencemaran sampah.
Baca juga: Padang Lamun di Teluk Bogam Menjadi Rumah Bagi Dugong
Lima tahun terakhir, kondisi padang lamun di Pandanan menunjukkan gejala penurunan. Sayangnya tak ada data monitoring berkala, indikasi degradasi ini terlihat dari pengamatan langsung di lapangan.
Barmawi menjadi salah satu saksi perubahan tersebut. “Ketika saya menyelam pada tahun 2020, lamun masih cukup luas dan mudah terlihat di beberapa titik. Namun saat penyelaman terakhirnya pada Maret 2025, suasananya jauh berbeda,” kenangnya.
Dia bilang beberapa lokasi yang sebelumnya hijau oleh padang lamun kini seperti lapangan kosong, hanya pasir dan endapan. Aktivitas antropogenik seperti reklamasi, pembangunan pariwisata pesisir, pencemaran laut, penambangan pasir, dan penggunaan alat tangkap yang merusak menjadi penyebab utama degradasi lamun.

Penyelamatan padang lamun
Barmawi bilang transplantasi lamun menjadi langkah awal yang menjanjikan untuk pemulihan ekosistem lamun yang terdegradasi. “Semoga ke depan, kondisi lamun di Pantai Pandanan bisa pulih, sehingga bisa menarik kembali biota-biota laut penting, bahkan mungkin saja suatu saat nanti kita bisa melihat dugong muncul di sekitar perairan Pantai Pandanan,” ujarnya.
Transplantasi lamun bukanlah akhir, melainkan awal dari upaya jangka panjang penyelamatan ekosistem. Upaya ini menjadi satu langkah untuk mengembalikan peran ekologis lamun, seperti menjadi habitat biota laut, menstabilkan sedimen, serta penyerap karbon biru.
Ketua Seagrove Community, Siti Asiah Z. A bilang transplantasi tak hanya berdampak pada ekosistem, tapi juga pada masyarakat sekitar. “Harapan saya kedepannya, masyarakat pesisir Pantai Pandanan bisa mendapat benefit dari adanya lamun,” ungkapnya. Dia juga berharap upaya ini bisa untuk meningkatkan ekonomi warga.
Bersama dengan mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Mataram, Seagrove Community melakukan transplantasi lamun untuk meningkatkan upaya pelestarian ekosistem lamun dan mangrove. Ada empat jenis lamun yang akan ditransplantasi. Yakni, Cymodocea rotundata, Oseana serrulata, Syringodium isoetifolium, dan Halodule pinifolia.

Asiah bilang, transplantasi lamun bukanlah hal yang mudah. Kondisi perairan menjadi hal penting dalam pelaksanaannya. “Untuk menentukan lokasi transplan, perlu menilai bagaimana kedalaman lokasi, kecepatan arus, luasan lokasi, dan banyak-tidaknya alga yang dapat mengganggu kehidupan lamun. Setelah itu, baru bisa menentukan metode yang cocok untuk melakukan transplantasi.” jelasnya.
Berdasarkan kondisi di Pantai Pandaan, ada dua metode yang cocok, yakni metode jangkar dan TERFS (Transplanting Eelgrass Remotely with Frame System). Metode jangkar menjadi teknik transplantasi yang sederhana. Bibit lamun diikat menggunakan tali kasur pada potongan besi, dibentuk menyerupai jangkar kecil, lalu ditanam ke dasar perairan. Fungsi besi sebagai pemberat agar posisi lamun stabil meski terkena arus.

Sedangkan untuk metode TERFS membutuhkan bingkai (frame) sebagai media tanam. Bingkai ini terbuat dari bambu atau besi. Fungsinya menahan bibit lamun agar tetap berada di dasar laut. Prosesnya pun sama dengan jangkar, hanya saja perlu ada pemberat di setiap sisi agar stabil.
“Kami akan terus memonitoring tingkat kelangsungan hidup (survival rate) dari lamun yang kami transplantasi selama empat bulan kedepan. Jika transplantasi kali ini sukses, kami ingin menambahkan dengan mencoba metode lainnya,” ujarnya.
Asrori, mahasiswa UNRAM yang ikut berpartisipasi dalam transplantasi menyadari bahwa hilangnya padang lamun tak hanya berdampak besar pada kelangsungan hidup biota laut tapi juga masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup dari laut. “Saya harap padang lamun bisa dijaga dan dipantau seperti ekosistem penting lainnya. Karena lamun itu bukan pelengkap, tapi penopang utama ekosistem pesisir,” ungkapnya.
(****)
*Salvina Herawaty Puna adalah mahasiswa Ilmu Kelautan UNRAM dan Ibadur Rahman adalah dosen Ilmu Kelautan UNRAM.
Riset: Padang Lamun Dekat Penambangan Timah di Bangka Belitung Mengalami Kerusakan