Tumbuhan di dalam hutan hujan menyediakan ruang bagi mahluk hidup. Ruang tersebut mulai dari dalam tanah sampai dengan lapisan paling atas kanopi hutan. Oleh karena itu, hilangnya hutan hujan akan menyebabkan kerentanan bagi spesies tertentu.

Kelompok hewan yang paling rentan terhadap perubahan lapisan hutan adalah mamalia arboreal. Mereka adalah hewan-hewan mamalia yang menempati lapisan paling atas. Pergerakan mereka sangat tergantung dari keberadaan tajuk pohon yang saling bersambungan.

Penebangan pohon-pohon besar telah menyebabkan hiilangnya ruang hidup berbagai satwa hutan hujan. Satwa liar tidak dapat berkembang dengan baik. Kebutuhan akan pakan tidak terpenuhi.  Akibatnya satwa arboreal merubah perilakuknya dengan kondisi habitat yang baru. Dengan demikian, satwa arboreal semakin dekat dengan habitat manusia. Satwa arboreal tertekan oleh perburuan manusia.

Mereka tidak dapat menghindar karena jalur pergerakan mereka berupa kanopi hutan hujan sudah musnah. Populasi kelompok mamalia arboreal dipastikan akan mengalami penurunan. Orangutan merupakan salah satu spesies terancam karena hilangnya pepohonan hutan hujan dan perburuan di alam.

Primata arboreal lainnya yang terkena dampak hilangnya kanopi hutan adalah Hylobatidae yaitu kelompok Owa, Siamang, Ungko, dan Kelampiau. Apabila kita perhatikan, bagian tangan kelompok satwa ini lebih panjang daripada kakinya. Morfologi ini disebabkan proses evolusi dari kehidupan Owa yang menggunakan sebagian  waktunya dan aktivitasnya dengan menggunakan tangan.

Organ ini secara aktif digunakan untuk bergerak dan terus mengalami perkembangan. Kelompok Owa sangat jarang dijumpai berada di atas permukaan tanah. Hilangnya pohon besar dan terpisahnya tajuk-tajuk pohon menyebabkan primata tanpa ekor ini terisolasi. Isolasi tersebut akan memisahkahan populasi satu dengan populasi lainnya.

Lebih jauh lagi, terpisahnya populasi menjadikan jenis ini semakin terancam. Persaingan terhadap sumber pakan dan ruang hidup yang semkin sempit akan menyebabkan menurunnnya daya dukung. Di sisi yang lain, isolasi dapat menyebabkan perkawinan di dalam kelompok. Perkawinan ini menyebabakan tingkat kenakeragaman genenik menjadi menurun.

Kondisi serupa terjadi pada burung-burung pemangsa dan rangkong.  Burung pemangsa, misalnya kelompok elang, mengggunakan tajuk paling atas untuk bersarang. Elang memilih pohon emergent untuk membuat sarang dan meletakkan telurnya. Pohon paling tinggi dipilih untuk mengjdindari predator. Melalui tempat yang paling tinggi pula, elang dapat langsung mengintai mangsanya. Sarang elang berada pada pepohonan besar setinggi lebih dari 30 m.

Rangkong merupakan burung pemakan buah.  Ukuran badan rangkong sangat besar. Rentang sayap burung ini mencapai lebih dari satu meter. Rangkong membutuhkan pohon-pohon besar untuk bersarang. Sarang rangkong berada di dalam lubang-lubang pohon.

Melalui kekuatan paruhnya, rangkong membuat lubang pada pohon.  Lubang pohon ini bisa merupakan lubang baru atau lubang yang telah ada sebelumnya. Semakin besar ukuran rangkong, maka penggunaaan pohon berdiameter besar akan semakin banyak. Hilangnya pohon besar akan mengganggu proses reproduksi burung yang sering disebut sebagai petani hutan ini.

kembali

Berita dan Inspirasi dari Garda Terdepan Alam