- Kebun gizi di Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang dibangun bermodal bantuan Dinas Pertanian Kabupaten Malang Rp30 juta. Kelompok perempuan tani menyediakan tanah seluas 2.000 meter persegi untuk demplot dan green house.
- Program Kebun Gizi berhasil. Bayi tengkes di Sananrejo selama lima tahun menurun secara bertahap. Pada 2020 jumlah bayi tengkes mencapai 120 bayi dari 600 kelahiran. Kini, turun menjadi 50-an bayi dari 425 balita.
- Sesuai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi anak tengkes di Kabupaten Malang naik turun. Angka tengkes pada 2022 sebesar 23%, 2023 turun 19,5 persen. Sedangkan pada 2024 tengkes di Kabupaten Malang kembali naik menjadi 23,3%.
- Sri Setiowati, kader pos pelayanan terpadu (Posyandu) berharap, paket sayuran dan ikan lele diolah dan menjadi asupan gizi bagi ibu hamil dan balita. Sekaligus menjadi pendamping paket pemberian makanan tambahan (PMT) dari Dinas Kesehatan. Selebihnya, sayur mayur dia jual ke pedagang dan membelikan kembali uang hasil penjualan itu untuk membeli bibit.
Hujan mengguyur Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sejak pagi. Sri Setiowati, kader pos pelayanan terpadu (Posyandu) ini tersenyum lebar lantaran tanaman sayur di halaman rumahnya tumbuh bagus. Ada cabai rawit keriting, sawi, terong, brokoli, sampai selada. Tertanam di wadah plastik bekas air galon, ragam sayuran itu tertata rapi.
Sri yang akrab disapai Ibu Gati ini tak sendirian merawat tanaman sayuran itu, tetapi bersama 30-an warga yang tergabung dalam kelompok tani perempuan. Mereka menyebutnya Kebun Gizi, yang berguna bagi menambah gizi ibu hamil dan balita untuk mencegah dan mengatasi stunting atau tengkes.
“Kami didampingi penyuluh pertanian. Saya lebih semangat menanam dan berkebun,” katanya.
Kebun gizi itu terbangun berkat bantuan Dinas Pertanian Rp30 juta. Dia menyediakan tanah seluas 2.000 meter persegi untuk demplot dan green house untuk pembibitan. Tanaman dalam green house, katanya, lebih sehat, tak tersentuh serangga dan penyakit.
“Habis Rp9 juta, untuk mendirikan green house,” katanya.
Saat panen, ibu hamil dan balita mendapat paket sayuran gratis dari kebun gizi. Mereka memeriksa kesehatan sekaligus mendapat asupan nutrisi untuk tumbuh kembang janin dan balita. Ini untuk mencegah tengkes di Desa Sananrejo.
“Setiap ibu hamil dan balita dapat satu kilogram,” katanya.
Sebagai kader kesehatan, Gati berharap paket sayuran dan ikan lele diolah dan menjadi asupan gizi bagi ibu hamil dan balita. Sekaligus menjadi pendamping paket pemberian makanan tambahan (PMT) dari Dinas Kesehatan. Selebihnya, sayur mayur dia jual ke pedagang dan membelikan kembali uang hasil penjualan itu untuk membeli bibit.
Untuk sayur dengan kualitas buruk, dia jadikan pakan ternak. Air bekas budidaya ikan lele pun terpakai untuk menyiram tanaman hingga penggunaan pupuk kimia lebih sedikit.
Dua bulan lalu, Kebun Gizi memanen ikan lele sebanyak 100 kilogram. Gati hanya menggunakan pelet, pakan ikan lele tanpa campuran lain. Hasilnya, ikan lele terasa lebih enak.
Zafani Najma As Salwa, balita ini kerap sulit tidur. Sejak dua tahun terakhir pola tidurnya berubah; Sering terjaga saat malam hari. Baru lelap saat malam hari.
“Jadi saya sering begadang, Tidurnya terbalik, sulit tidur,” kata ibunya Indrawati.
Selain itu, balita 38 tahun itu juga sulit makan. Jadi, asupan nutrisi dalam tubuh pun tak sesuai kebutuhan. Balita ini memiliki tinggi badan 84 sentimeter dengan berat 9,9 kilogram. Tumbuh kembangnya tak sesuai, tervonis alami tengkes. Indrawati pun kaget.
“Sejak bayi minum ASI (Air Susu Ibu). Usia enam bulan makan bubur bayi dan pisang. Tapi makannya sedikit,” katanya.
Setelah kena vonis tengkes, Zafani mendapat PMT sesuai standar Kementerian Kesehatan. Dengan komposisi protein hewani, karbohidrat, protein hewani, dan lemak. Juga tambahan vitamin dan mineral sesuai usia dengan bahan pangan lokal.
Selain itu, juga mendapat tambahan sayur dan ikan dari kebun gizi. Intervensi PMT dilakukan selama 60 hari. Hasilnya, tumbuh kembangnya meningkat, meski belum signifikan.

Jaga gizi ibu hamil
Ulva Annas, Bidan Desa Sananrejo menuturkan, hasil pemeriksaan laboratorium balita Zafani terindikasi mengalami anemia, hingga perlu suplemen multivitamin zat besi.
Untuk asupan dari PMT, katanya, juga dengan pengolahan menu yang menarik dan enak.” Ada 20 resep, komposisi nutrisi dan porsinya sudah sesuai. Dibuat oleh ahli gizi,” katanya.
Tengkes, katanya, akan berpengaruh terhadap kemampuan otak atau kecerdasan dan kesehatan. Selama periode emas umur 0-1.000 hari kehidupan, 85% pertumbuhan otak ditentukan nutrisi. Jadi, harus mendapat asupan gizi yang memadai selama masa periode emas itu.
Selain itu, peran orang tua juga penting untuk memberi asupan gizi. Telaten mengolah dan memberikan makan kepada anak. Kini, dari 17 balita yang diintervensi separuh tumbuh kembangnya makin membaik.
Sampai November 2025, sebanyak 60-an dari 425 balita yang mengalami tengkes. Menurun daripada periode sama lima tahun lalu sebanyak 120 balita tengkes dari total 600 balita.
Ulva juga memitigasi tengkes sejak masa kehamilan. Hasil identifikasinya, tengkes di Sananrejo, terjadi sejak masa kehamilan. Untuk mencegahnya kader kesehatan harus mendata ibu hamil dan memastikannya mendapat nutrisi dan asupan gizi yang memadai.
Kader menyediakan beragam nutrisi yang beragam dan terjangkau. Ibu hamil mendapat penyuluhan tentang asupan nutrisi agar terhindar dari tengkes.
Tengkes juga terjadi karena pola asuh yang kurang tepat, perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang. Selain itu, sebagian kurang memperhatikan pemenuhan gizi, dan penyajian makanan dan diet yang kurang tepat.
Sedangkan saat kelahiran, sang bayi harus mendapat asupan yang memadai. Seperti sayuran dan protein hewani yang cukup. Sementara selama ini kebiasaan di desa bayi diberikan asupan karbohidrat.
“Di sini biasanya bayi diberi makan nasi saja. Protein hewaninya kurang,”katanya.

Program ini didampingi Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Malang. Adi Khisbul Watho, Program Manager Pattiro menuturkan, standar penanganan ibu hamil diatur dalam peraturan kepala desa (perkades).
Selama setahun, katanya, akan dipastikan efektivitas dan efisiensi perkades itu. Nanti, akan ada evaluasi bersama agar perkades menjamin kesehatan ibu dan anak di desa.
“Draf perkades disiapkan mulai Februari 2025. Secara intens dibahas bersama dalam pertemuan kader kesehatan desa, bidan desa, tokoh masyarakat dan kepala desa setempat,” katanya.
Adi berharap praktik baik di Sananrejo jadi contoh desa lain.
Perkades memformalkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam menjaga ibu hamil, memotret kebutuhan kesehatan ibu dan anak.Serta, mengidentifikasi dan mendorong praktik dan kebijakan di level desa.
Peraturan ini berperan menggerakkan seluruh stakeholder di tingkat desa mulai pemerintah desa, kepala desa, bidan desa, kader kesehatan, dan masyarakat hingga menanggung biaya persalinan warga.
“Entah itu atas biaya sendiri, pembiayaan dari desa, ataupun sumbangan atau urunan warga desa,” ujarnya.
Warga bahkan mengatur dan menjamin keselamatan remaja yang hamil di luar pernikahan. Lantaran, selama ini remaja yang hamil tanpa perikatan pernikahan mengalami stigma buruk. Lantas, tokoh masyarakat dan pemerintah desa terlibat untuk menumbuhkan kedaran kolektif untuk menjaga keselamatan ibu hamil. Stakeholder kesehatan membuka cara pandang dalam melihat fenomena warganya.
“Menghilangkan stigma buruk. Bagaimana menyelamatkan remaja hamil, dan bayi lahir sehat.”

Prevalensi naik turun
Pattiro mendampigi empat desa di Kabupaten Malang yang tinggi balita tengkes, yakni Gedogwetan, dan Sananrejo (Kecamatan Turen), Desa Kidangbang dan Sukolilo (Kecamatan Wajak). Program ini tertuang dalam kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Malang tentang Program Desa Sehat.
Sesuai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi anak tengkes di Kabupaten Malang senantiasa naik turun. Angka tengkes pada 2022 sebesar 23%, 2023 turun 19,5%. Sedangkan pada 2024, naik menjadi 23,3%.
Lathifah Shohib, Wakil Bupati Malang, mengutip Radar Malang menyebut, telah terbitkan Peraturan Bupati Malang Nomor 92/ 2023 tentang Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi. Tengkes, katanya, tak hanya berdampak pada tumbuh kembang anak secara fisik.
“Tapi juga menurunkan kemampuan kognitif, produktivitas anak,” kata Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Malang ini.
Mereka melibatkan akademisi, organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan mitra swasta untuk intervensi pencegahan dan penurunan tengkes.
****
‘Urban Farming’, Penuhi Pangan Sehat sekaligus Bantu Hadapi Krisis Iklim