- Oligodon waandersii atau Bleeker's kukri snake merupakan jenis ular unik dan endemik yang hidup di hutan Sulawesi.
- Oligodon waandersii yang lebih dari seratus tahun dianggap satu jenis tunggal, ternyata tiga spesies ular berbeda.
- Sulawesi Selatan dan sebagian wilayah tengah dikukuhkan sebagai wilayah Oligodon waandersii. Populasi utara yang selama ini disangka bagian dari spesies yang sama justru direvisi jadi Oligodon propinquus, setelah dibandingkan ulang dengan spesimen tipe lama di berbagai museum dunia.
- Populasi di Sulawesi Tenggara, termasuk Pulau Buton, diidentifikasi punya karakter tubuh dan sisik berbeda secara konsisten. Populasi inilah yang resmi sebagai spesies baru: Oligodon tolaki.
Auzan Sukaton, staf lapangan Yayasan Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (Kiara), tidak sengaja menemukan ular di kaki Gunung Gandang Dewata, Masamba, Sulawesi Selatan, ketika survei ekologi pada 2022. Saat itu, dia bersama tim tengah mengumpulkan data dasar untuk mengusulkan kawasan konservasi ekosistem esensial (KEE) di wilayah yang terancam rencana tambang tersebut.
Tubuh reptil melata itu terlihat di antara semak basah. Sekilas mirip cacing tanah, namun pola sisiknya berbeda.
“Ularnya diam, tidak menyerang, hanya ngangkat ekor perlahan. Mungkin, untuk mengelabui musuh,” jelasnya, Selasa (4/11/2025).
Dia baru sadar, temuannya itu penting setelah mencocokkan hasil foto dengan literatur “The Snakes of Sulawesi A Field Guide Land Snake of Sulawesi with Identification Keys” karangan Ruud de Lang dan Gernot Vogel, serta data lapangan di iNaturalist.
Lokasi perjumpaannya tidak di kawasan konservasi, bukan pula hutan adat atau hutan lindung. Artinya, status hukumnya relatif ‘bebas’ dan berpotensi besar untuk dikonversi jadi tambang, perkebunan, maupun proyek lain.
“Saat itu, survei untuk mendukung pembentukan wilayah KEE, agar hutan-hutan seperti ini sulit dibuka.”
Di ketinggian sekitar 1.400-1.500 meter di atas permukaan laut, Auzan mendapati ular kecil berwarna cokelat keabu-abuan tersebut. Berdasarkan literatur, sebagian besar catatan perjumpaan Oligodon waandersii terjadi di wilayah lebih rendah.
“Kalau dibandingkan data di iNaturalist, temuan ini termasuk di wilayah paling tinggi. Biasanya mereka berada di dataran menengah.”

Bagi Auzan, mengenali seekor ular bukan pekara mudah. Sebagai anggota tim herpetofauna, dia sudah terbiasa mencatat detil morfologi ular, dari sisik, bentuk kepala, warna tubuh, hingga perilaku saat terganggu. Namun, kali ini berbeda.
“Yang bikin saya yakin, ujung ekornya tajam.”
Bentuk ekor tersebut dimiliki ular kukri, karena gigi belakangnya menyerupai bilah pisau melengkung. Meski demikian, jenis ini tidak berbisa kuat dan umumnya hidup di bawah lapisan daun atau batu. Ia berburu telur reptil kecil, katak, atau serangga.
Ular ini mampu hidup di ekosistem montana, di hutan-hutan yang masih tertutup rapat. Kondisi vegetasi di lokasi temuan masih ideal bagi spesies terestrial seperti ular yang dikenal dengan nama Bleeker’s kukri snake atau Oligodon waandersii.
“Dari perilakunya, jenis yang disebut ular birang ini bukan tipe yang mudah melarikan diri cepat seperti spesies arboreal (pemanjat).”
Auzan terkesan bisa mendokumentasikan ular endemik tersebut. Sebab, tak hanya memperkaya data keanekaragaman hayati, namun juga jadi argumen ekologis dalam upaya menolak rencana pertambangan emas di kawasan tersebut.
“Hutan di sekitar Gandang Dewata sangat vital sebagai penyangga ekosistem Sulawesi bagian tengah dan habitat satwa liar.”

Bukan spesies tunggal
Riset Amarasinghe dan kolega (2021), peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, mengungkap bahwa Oligodon waandersii yang lebih dari seratus tahun dianggap satu jenis tunggal, ternyata tiga spesies berbeda.
Amarasinghe menjelaskan, Sulawesi Selatan dan sebagian wilayah tengah dikukuhkan sebagai wilayah Oligodon waandersii. Populasi utara yang selama ini disangka bagian dari spesies yang sama justru direvisi jadi Oligodon propinquus, setelah dibandingkan ulang dengan spesimen tipe lama di berbagai museum dunia.
“Populasi di Sulawesi Tenggara, termasuk Pulau Buton, diidentifikasi punya karakter tubuh dan sisik berbeda secara konsisten,” jelasnya, Jum’at (7/11/2025).
Populasi inilah yang resmi sebagai spesies baru: Oligodon tolaki.
Menurut Amarasinghe, hasil ini menunjukkan bahwa keragaman reptil Sulawesi jauh lebih rumit dari yang tercatat sebelumnya. Dokumentasi lapangan dan kajian taksonomi berkelanjutan penting dilakukan untuk mengungkap kekayaan spesies yang masih tersembunyi.
“Biodiversitas kita jauh lebih dalam ketimbang yang tampak.”
Referensi:
Amarasinghe, A. T., Henkanaththegedara, S. M., Campbell, P. D., Riyanto, A., Hallermann, J., & Vogel, G. (2021). Description of a new Oligodon (Squamata: Colubridae) from Sulawesi, Indonesia, including redescriptions of O. waandersi and O. propinquus. Herpetologica, 77(2), 195-207. https://doi.org/10.1655/Herpetologica-D-20-00006.1
*****