Mendaki gunung barangkali menjadi aktivitas yang penuh tantangan yang semakin diminati kalangan muda. Tantangan untuk mencapai titik tertinggi merupakan tujuan utama pendakian gunung.  Beberapa tujuan pendakian favorit gunung di Jawa misalnya Gunung Semeru, Gunung Slamet, dan Gunung Gede Pangrango.

Para pendaki kadangkala menyengajakan melakukan pendakian malam untuk mepercepat perjalanan sampai di puncak.  Padahal cara seperti itu hanya akan melewatkan keindahan syurga alam ekosistem tropis hutan hujan  pegunungan.

Ekosistem hutan pegunungan sesungguhnya menyuguhkan keunikan tersendiri apabila kita mau mengamatinya dengan lebih seksama.  Ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat.  perbedaan tinggi menyebabkan perbedaan flora dan fauna yang hidup di dalamnya.

Gunung di Jawa, umumnya merupakan gunung api.  Aktivitas vulkanik pada masa lalu dan masa kini memengaruhi kesuburan tanah. Mineral segar yang menyuburkan muncul melalui pelapukan lava.  Aktivitas vulkanis ini kadang kala menjelma menjadi bencana yang sangat merugikan bagi petani dan masyarakat lainnya.  Namun demikian, tak dapat dipungkiri, bahwa pulau dengan kekayaan gunung api yang tinggi terbukti memiliki produktifitas hasil bumi yang lebih besar.

Aktivitas vukanik juga telah menyebakan perbedaan formasi vegetasi hutan hujan pegunungan (Van Steenis 2006).  Hutan sub pegunungan (sub montana)  dimulai di atas ketinggian 1000 m dpl.  Zona ini berada di atas hutan pamah dan di bawa hutan pegunungan.  Pada zona ini didominasi oleh beberapa famili tumbuhan diantaranya Anacardiaceae, Burseraceae, Capparaceae, Combretaceae, Dilleniaceae, Dipterocarpaceae, dan Myristicaceae.

Pepohonan tersebut memiliki diameter batang yang besar dan bentuk batang lurus.  Kondisi batang sedikit atau terbebas dari lumut.  Lapisan utama kanopi dapat mencapai tinggi 30-40 m, dan masih dijumpai pohon pencuat hingga 60 m.  Liana dan epifit di zona ini kerap kali ditemukan menempel di pepohonan.

Jenis pohon yang sering dan mudah ditemukan di zona sub pegunungan, khususnya di Jawa Barat, diantaranya rasamala Altingia excelsa, Jamuju Podocarpus imbricatus, Ki Putri P. Neriifolius.  Whitten et al. (1999) menyatakan bahwa rasamala Altingia excelsa yang saat ini dipersepsikan sebagai jenis pegunungan sebenarnya adalah jenis pohon hutan dataran rendah.  Saat ini jenis ini dapat ditemukan pada bagian-bagian sisi pegunungan di ketinggian tertentu.

Zona berikutnya adalah montana (zona pegunungan) dengan ketinggian di atas 2400 m dpl.  Zona ini dicirikan dengan penuttupan vegetasi yang rapat, diameter batang mengecil, dan banyak diliputi lumut dan paku-pakuan.  Tinggi pohon hanya sampai setinggi lapisan kedua pada zona sub pegunungan.

Zona ini memiliki kekayaan jenis pohon yang semakin sedikit.  Semakin ke atas, formasi vegetasi semakin terbuka. Sinar matahari memungkinkan masuk ke dalam lantai hutan, sehingga keberadaan rumput dan terna semakin banyak.

Semakin ke puncak gunung pada zona sub alpin, pepohonan semakin kerdil.  Bentuk batang tidak teratur.  Kerapatan tumbuh juga menyebar, menciptakan banyak ruang kosong.  Tinggi pohon berkisar 8-20 m dengan komposisi spesies lebih sedikit dibandinkan dengan dua zona di bawahnya.

Semakin ke atas, kanopi pohon semakin pendek.  Tumbuhan liana juga semakin jarang dan digantikan oleh Brophytes (lumut), lumut kerak, bambu, dan perdu (Heaney 2001 dalam Ghazoul and Sheil 2010).

Dimanakah habitat cemara atau pinus?

Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali, kiri-kanan ku lihat saja banyak pohon cemara”.

Penggalan lagu ini sudah terkenal seantero Indonesia.  Namun apakah memang demikian? Di manakah habitat pohon cemara?  Cemara atau yang dalam bahasa latin disebut Casuarina junghuhniana sering membentuk tegakan murni. Vegetasi ini berkembang setelah terjadi kebakaran.  Jenis dari famili Casuarinaceae memiliki daun jarum.  Tegakan cemara dapat kita temui di gunung-gunung di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Jenis cemara sering diduga sama dengan pohon pinus Pinus merkusii. Padahal keduanya berasal dari keluarga yang berbeda.  Pinus berasal dari famili Pinaceaea.  Pinus secara alami tumbuh di pegunungan Sumatera bagian tegah dan utara.  Meski sebagian besar telah ditanam di banyak pegunungan Jawa sebagai tanaman produktif.  Pinus merkusii dimanfaatkan getahnya yang disebut resin untuk bahan baku kosmetik.

kembali

Berita dan Inspirasi dari Garda Terdepan Alam