- Riau memasuki puncak kemarau, kebakaran hutan dan lahan gambut pun terjadi di kabupaten dan kota seperti Rokan Hulu dan Rokan Hilir. Pada 24 Juli lalu, Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, memimpin apel siaga karhutla.
- Karhutla di Rokan Hilir terjadi pada lahan gambut dengan kedalaman tiga sampai lima meter. Perlu ketahanan, ketelatenan dan kesabaran untuk menangani kebakaran itu.
- Informasi yang diperoleh Mongabay dari Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD) Riau, luas karhutla hingga 24 Juli 2025, 1.144,90 hektar. Seluruh kabupaten dan kota di Riau sudah alami karhutla. Dua wilayah dengan kejadian terluas, Rokan Hilir tecatat 222,25 hektar dan Rokan Hulu 231,3 hektar.
- Pemerintah akan terus mengawasi dunia usaha yang punya konsesi perkebunan maupun kehutanan. Mereka harus menjalankan Instruksi Presiden 3/2020 tentang penanggulangan karhutla. Antara lain, wajib memiliki sarana pencegahan karhutla (menara pantau, embung, regu pemadam), patroli rutin dan deteksi dini, ikut dalam satgas kebakaran jika diminta, bertanggung jawab jika terjadi kebakaran di arealnya, termasuk bila terbakar karena lalai.
Riau memasuki puncak kemarau, kebakaran hutan dan lahan gambut pun terjadi di kabupaten dan kota seperti Rokan Hulu dan Rokan Hilir. Pada 24 Juli lalu, Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, memimpin apel siaga karhutla.
Giat ini sekaligus melepas pasukan pemadaman api di Pekanbaru. Para personil bantuan itu—di lokasi sudah berjibaku TNI, Polri, Manggala Agni hingga Masyarakat Peduli Api (MPA)—akan bekerja selama dua minggu ke depan atau sampai tak ada asap lagi mengepul dari dalam gambut.
“Mari kita bersama pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat, benar-benar memastikan tidak ada lagi asap timbul dari lanskap gambut Rokan Hilir. Mari kita kembalikan langit biru di Riau,” kata Hanif, menyemangati peserta apel.
Karhutla di Rokan Hilir terjadi pada lahan gambut dengan kedalaman tiga sampai lima meter. Menurut Hanif, perlu ketahanan, ketelatenan dan kesabaran untuk menangani kebakaran itu.
“Kuncinya harus dipastikan tidak ada lagi asap keluar. Kalau masih ada asap, maka api itu akan seperti dalam sekam yang terus merembet dan akan terus membesar,” katanya.
Hanif tak menampik hanya hujan deras atau ketersedian air dalam gambutlah yang bisa meredakan karhutla saat ini. “Langkah kita tidaklah sederhana. Jangan terburu-buru meninggalkan lokasi, sebelum asap benar-benar tidak muncul lagi,” katanya, memotivasi para personil.
Abdul Wahid, Gubernur Riau mengatakan, penanganan karhutla di Riau harus cepat. Penanganan akan sulit dan tak terkendali kalau karhutla makin luas.
Beberapa hari lalu, Wahid menolak bantuan luar negeri. Dengan tetap menghargai niat baik negara tetangga, dia yakin Pemerintah Indonesia masih sanggup menangani karhutla ini.
Bila dalam satu minggu ke depan, karhutla di Rokan Hilir dan Rokan Hulu belum menunjukkan tanda-tanda pemadaman, Wahid akan mengirim tambahan personil lagi.
Meski begitu dia optimis, merujuk pada data, Senin-Selasa (21-22 Juli), titik api dan kabakaran sudah turun. “Mudah-mudahan ini proses pendinginan saja. Tapi tidak boleh lalai. Tetap siaga.”
Merespon peningkatan titik panas dan meluasnya karhutla, dia manaikkan status siaga menjadi tanggap darurat karhutla pada 22 Juli. Kebijakan ini berlaku hingga 30 November.
Informasi yang diperoleh Mongabay dari Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD) Riau, luas karhutla hingga 24 Juli 2025, 1.144,90 hektar. Seluruh kabupaten dan kota di Riau sudah alami karhutla. Dua wilayah dengan kejadian terluas, Rokan Hilir tecatat 222,25 hektar dan Rokan Hulu 231,3 hektar.
Pada 24 Juli itu terdeteksi 1.829 hot spot (titik panas) dengan 291 terindikasi fire spot (titik api) di Riau. “Dalam dua sampai tiga hari ini, terdapat penambahan luas kebakaran setidaknya 200 hektar,” kata Wahid.
Hari itu, Letjen TNI Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga turun. Itu hari keempat dia lakukan pemantau udara guna melihat langsung penanganan karhutla.
“Setelah tiga hari lalu saya melihat langit di atas Riau, sekarang perjalanan dari Pekanbaru menuju Rokan Hulu kembali lagi ke Pekanbaru, kita lihat dari atas situasi lebih baik. Tiga hari lalu masih banyak titik-titik api, sekarang relatif terkendali sudah banyak yang padam,” katanya dalam rilis kepada media.
Dia bilang, penurunan titik api dan asap di langit Riau ini hasil dari kerja keras dan kolaborasi para pihak yang terlibat dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan.
“Berkat operasi terpadu baik operasi modifikasi cuaca mendatangkan hujan yang beberapa kali turun hujan. Kemudian helikopter water bombing sudah melaksanakan operasi sudah ada tiga yang beroperasi di langit provinsi Riau,” kata Suharyanto.
Meski kabut asap mulai menyelimuti wilayah terbakar hingga ke Pekanbaru, belum ada kebijakan Gubernur Riau meliburkan sekolah.
Meski begitu, pemerintah menyiapkan posko kesehatan di masing-masing Puskesmas terdampak karhutla dan kabut asap. Di sana ada peralatan kesehatan dan alat pelindung diri (APD). Saat ini, pemerintah sudah menangani sejumlah kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Berulang di lahan gambut
Sejarah mencatat, Indonesia mengalami bencana karhutla cukup lama sejak 1981. Titik-titik karhutla besar di tahun 1981, 1982, 1997, 1998, 2007, 2013, 2015, 2019 dan 2023.
Masalah ini menjadi pekerjaan rutin dari tahun ke tahun, tiap masuk musim kemarau. Turun naik luas karhutla tergantung pada kondisi dan situasi el nino maupun la nina.
Hanif mengajak seluruh pihak memahami agar tidak terjadi karhutla meluas. Penanggulangan bersama-sama, keterpaduan, sinergi dan aksi seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci penting dalam keberhasilan pengendalian karhutla.
“Karhutla tidak bisa dilselesaikan satu pihak. Tidak bisa oleh pemerintah saja. Diperlukan kontribusi seluruh stakeholder termasuk jajaran perusahaan,” katanya.
Usai memimpin apel siaga karhutla, dia juga mengecek sejumlah peralatan pemadam kebakaran yang sudah siap bersama barisan para personil mulai dari selang sampai mesin penyedot air.
Riau menjadi prioritas penanggulangan karhutla di Indonesia. Dengan luas daratan 9 juta hektar, separuhnya merupakan lahan gambut yang sebagian besar terkonversi jadi perkebunan sawit. Efeknya gambut menjadi kering dan kemampuan menyerap air berkurang bahkan hilang.
Saat musim kemarau, gambut kering berisiko menjadi bencana luar biasa bila tidak tertanggulangi serius sejak awal. Upaya pemadaman karhutla agar tidak meluas terpaksa dengan berbagai cara. Mulai pemadaman di darat dan udara hingga modifikasi cuaca untuk menciptakan hujan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan, puncak kemarau di Riau pada Juli. Hingga awal Agustus, karhutla potensi meningkat tajam. Puncak kemarau di Riau lebih awal ketimbang daerah lain.
“Kondisi ini menjadikan Riau sebagai wilayah paling rawan karhutla,” kata Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dikutip dari Instagram InfoBMKG.
Berdasarkan prakiraan iklim, curah hujan di Riau, selama dasarian III Juli hingga dasarian I Agustus, katanya, berada dalam kategori rendah, di bawah 50 mm bahkan, sebagian wilayah di bawah 20 mm.
Hanif bilang, menyiapkan tim antisipasi. Langkah-langkah pencegahan, katanya, antara lain, sosialisasi, penyadartahuan, cek lapangan terhadap informasi titik panas, monitoring perkiraan cuaca dan iklim dari BMKG. Juga, menyebarluaskan informasi pada seluruh pihak.
Selain itu, Hanif juga memastikan kesiapsiagaan sumberdaya manusia, sarana dan dana dalam pengendalian karhutla pada para pihak di setiap areal terutama yang rawan karhutla berulang. Termasuk upaya penegakan hukum.
“Ini posisi darurat. Kita ingin penegakan hukum tanpa pandang bulu, sehingga mengurangi tekanan potensi meluasnya karhutla.”
Antisipasi pencegahan karhutla juga melalui koordinasi efektif dan komprehensif dengan berbagai pihak. Kemudian, identifikasi wilayah rawan terbakar untuk pengawasan lebih ketat terhadap tiap indikasi kejadian karhutla.
Teguran untuk perusahaan
Hanif berjanji, terus mengawasi dunia usaha yang punya konsesi perkebunan maupun kehutanan. Mereka harus menjalankan Instruksi Presiden 3/2020 tentang penanggulangan karhutla. Antara lain, wajib memiliki sarana pencegahan karhutla (menara pantau, embung, regu pemadam), patroli rutin dan deteksi dini, ikut dalam satgas kebakaran jika diminta, bertanggung jawab jika terjadi kebakaran di arealnya, termasuk bila terbakar karena lalai.
“Pemegang izin yang tidak patuh bisa dikenai sanksi administratif, perdata (ganti rugi), hingga pidana,” kata Hanif.
Berdasarkan identifikasi Kementerian Lingkungan Hidup, di Riau ada 35 pemegang izin perkebunan/hak guna usaha (HGU) terindikasi terjadi hot spot berulang bahkan kebakaran.
Selain itu, 34 pemilik perizinan berusaha pemanfaatan hutan (PBPH) juga ada hot spot berulang bahkan fire spot.
Hanif menegaskan, akan cek dan teliti apakah api itu sengaja atau kelalaian. “Kalau tidak disengaja akan kita lihat unsurnya, apakah berusaha memadamkan (api) atau tidak? Ini kita identifikasi dari luasan.”
Kebakaran di Rokan Hilir, ada dugaan di areal pemegang izin usaha perkebunan. Tim pengawas KLH sedang meneliti lebih lanjut.
Kalau hasil penyelidikan naik ke penyidikan, KLH akan minta pertanggungjawaban atau beri sanksi.
Tim pengawas lingkungan hidup terus memetakan luas karhutla yang terjadi bersama instansi di daerah. Upaya ini untuk menganalisa keseriusan pemegang konsesi dalam penanggulangan potensi melebarnya karhutla di wilayah masing-masing.
“Mudah-mudahan dalam satu dua hari, sudah ada hasil yang kita dapat dari para pengawas lingkungan hidup yang saat ini menyebar di seluruh provinsi,” kata Hanif.
Mengenai langkah pidana, KLH akan koordinasi dengan kepolisian. Pada hari pertama di Pekanbaru, Hanif turut serta dalam konferensi pers menyoal penangkapan 29 pelaku pembakar hutan dan lahan yang di Mapolda Riau. Semua masih perorangan. Belum ada korporasi atau perusahaan. Luas kebakaran yang jadi obyek perkara 213 hektar yang terjadi sepanjang Juli.
“Ini adalah bukti keseriusan kami menindak tegas kejahatan karhutla. Tanpa kompromi. Tanpa pandang bulu,” kata Kapolda Riau, Herry Heryawan, dari Instagram pribadinya.
Selama tiga hari di Riau, Hanif bolak-bolik Pekanbaru-Rokan Hilir dan Pekanbaru Rokan Hulu, meninjau situasi karhutla dengan helikopter. Selama perjalanan udara itu, dia memantau pabrik sawit yang turut berkontribusi menambah pekatnya asap di Riau. Salah satunya dari pembakaran tandan buah kosong (tankos).
“Saya ingatkan agar segera ubah karakter ini. Saya segera menurunkan tim untuk mengawasi pembakaran tandan buah kosong atau janjang buah kosong. Kami indikasikan dibakar di tempat atau sekitar pabrik kelapa sawit,” kata Hanif.
Para pemilik pabrik sawit dia peringatkan agar mengolah tankos dengan bijaksana. Pembakaran sisa tandan buah sawit setelah panen dan olah menjadi minyak mentah menimbulkan asap cukup tebal. KLH, katanya, tidak akan ragu-ragu mengambil tindakan tegas di tengah suasana karhutla saat ini.
*****