- Welwitschia mirabilis hanya punya dua daun sepanjang hidupnya, terus tumbuh hingga ribuan tahun, dan dianggap sebagai “fosil hidup” karena sudah ada sejak era dinosaurus.
- Riset genom 2021 mengungkap mekanisme perbaikan DNA yang membuatnya mampu bertahan di gurun ekstrem, sementara studi iklim memprediksi habitatnya terancam menyusut akibat perubahan iklim.
- Disebut tweeblaarkanniedood atau “dua daun yang tidak bisa mati”, tanaman ini jadi simbol ketahanan bagi masyarakat Namibia, tetapi kini masuk daftar Near Threatened IUCN dan perlu perlindungan agar tidak hilang.
Bayangkan ada tumbuhan di gurun kering yang hanya memiliki dua daun sepanjang hidupnya. Daun itu tidak pernah berhenti tumbuh, terus memanjang, robek, dan kusut, namun tidak pernah gugur. Anehnya lagi, tumbuhan ini mampu bertahan hidup lebih dari seribu tahun di salah satu wilayah paling ekstrem di bumi. Inilah Welwitschia mirabilis, spesies langka dari Namibia dan Angola yang membuat para ilmuwan sekaligus wisatawan terpesona.
Bagi banyak orang, Welwitschia tampak seperti gumpalan hijau kusut di atas pasir. Namun di balik bentuk aneh itu tersimpan kisah luar biasa tentang ketahanan hidup. Fosil menunjukkan bahwa spesies ini sudah ada sejak lebih dari 100 juta tahun lalu, saat dinosaurus masih mendominasi bumi. Hari ini, Welwitschia dianggap sebagai salah satu “fosil hidup” yang paling unik karena tidak berubah banyak sejak zaman purba.
Keunikan Welwitschia bukan hanya soal bentuknya. Tanaman ini menyimpan banyak rahasia biologis yang baru terungkap melalui penelitian modern. Studi terbaru bahkan menemukan mekanisme genetika khusus yang membuat tanaman ini seolah “abadi”.
Bentuk Fisik dan Strategi Bertahan Hidup di Gurun
Welwitschia berbeda dari tanaman lain karena hanya menghasilkan dua daun sepanjang hidupnya. Kedua daun ini tumbuh dari pangkal batang yang berbentuk seperti tunggul kayu. Daun tidak pernah berhenti tumbuh, sementara ujungnya terus rusak oleh panas, angin, dan pasir. Proses ini membuat penampilannya tampak seperti gulungan hijau yang kusut di atas tanah.
Batang Welwitschia relatif pendek, tetapi sangat kokoh. Bagian batang inilah yang menopang dua daun abadi tersebut. Daun bisa membentang hingga lebih dari tiga meter, dan pada tanaman tua bisa menutupi area seluas 10 meter. Hal ini menjadikan Welwitschia terlihat seperti “monster hijau” yang tidur di atas pasir gurun.
Selain itu, Welwitschia termasuk kelompok tumbuhan gymnospermae purba, sama seperti pinus dan pakis haji. Namun berbeda dengan kerabatnya yang tumbuh di hutan, Welwitschia berevolusi untuk bertahan di gurun. Perbedaan inilah yang membuatnya dianggap sebagai keajaiban evolusi.
Habitat Welwitschia adalah Gurun Namib, salah satu wilayah terkering di dunia. Curah hujannya sangat rendah, bahkan ada area yang hanya menerima 25 milimeter hujan per tahun. Namun justru di kondisi ekstrem inilah Welwitschia mampu berkembang.
Untuk bertahan, tanaman ini memiliki adaptasi luar biasa. Daun panjangnya berfungsi menangkap embun pagi dari kabut Samudra Atlantik. Embun ini menjadi sumber air penting di tengah kelangkaan hujan. Selain itu, akar tunggangnya tumbuh sangat dalam untuk menyerap kelembapan tanah. Kombinasi ini memungkinkan Welwitschia tetap hidup ketika sebagian besar tanaman lain mustahil bertahan.
Selain kemampuan fisiknya, metabolisme Welwitschia juga berperan besar dalam ketahanannya. Ia mampu memperlambat laju pertumbuhan dan aktivitas biologis pada kondisi sangat kering. Mekanisme ini membuatnya bisa menghemat energi, sekaligus memperpanjang umur hingga lebih dari seribu tahun.
Welwitschia dikenal memiliki umur sangat panjang. Sebagian besar individu dapat hidup ratusan tahun. Namun penelitian menggunakan metode penanggalan karbon menunjukkan bahwa ada tanaman yang berusia lebih dari 1.500 tahun. Beberapa bahkan diyakini mulai tumbuh sejak sebelum era peradaban modern di Afrika.
Selain usianya yang panjang, keberadaan fosil membuktikan bahwa Welwitschia sudah ada sejak 100 juta tahun lalu. Artinya, spesies ini hidup berdampingan dengan dinosaurus. Fakta ini menjadikannya salah satu tumbuhan purba yang masih bertahan hingga hari ini tanpa banyak perubahan.
Karena keunikannya, Welwitschia sering disebut sebagai “fosil hidup”. Istilah ini merujuk pada organisme yang hampir tidak berubah sejak zaman prasejarah, tetapi masih hidup hingga sekarang. Keberadaan fosil hidup seperti Welwitschia penting bagi ilmu pengetahuan karena memberi gambaran nyata tentang evolusi kehidupan.
Penelitian Genetika Ungkap Rahasia Ketahanannya
Riset terbaru mengungkap rahasia ketahanan Welwitschia. Pada 2021, tim ilmuwan dari Royal Botanic Gardens, Kew dan Chinese Academy of Sciences berhasil memetakan genom tanaman ini. Mereka menemukan bahwa jutaan tahun lalu, genom Welwitschia mengalami kerusakan besar akibat panas ekstrem dan kondisi gurun yang keras.
Alih-alih punah, tanaman ini justru mengembangkan mekanisme perbaikan diri. DNA-nya berevolusi menjadi lebih efisien dalam memperbaiki kerusakan sel dan memperlambat proses penuaan. Penelitian yang diterbitkan di Nature Communications ini menegaskan bahwa adaptasi genetik adalah kunci umur panjang Welwitschia.
Studi lain yang terbit di PLOS ONE menyoroti ancaman perubahan iklim terhadap Welwitschia. Dengan memadukan data lapangan dan model iklim, peneliti menemukan bahwa habitat yang sesuai untuk Welwitschia bisa menyusut drastis dalam 30 tahun ke depan. Hal ini berpotensi menurunkan kesehatan populasi, mengurangi regenerasi, dan meningkatkan tingkat kematian.
Status Konservasi di Era Perubahan Iklim
Meski terlihat abadi, Welwitschia tetap menghadapi ancaman serius. Perubahan iklim global membuat suhu gurun semakin ekstrem dan pola kabut yang menjadi sumber air utama ikut berubah. Aktivitas manusia seperti pembangunan jalan, penambangan, dan pariwisata yang tidak terkendali juga menekan habitat alaminya.
Karena itu, IUCN menetapkan Welwitschia dalam kategori Near Threatened. Artinya, spesies ini belum terancam punah, tetapi populasinya rawan jika ancaman terus meningkat. Pemerintah Namibia telah memberikan perlindungan resmi, bahkan menjadikannya simbol nasional.
Selain nilai ilmiah, Welwitschia juga menjadi daya tarik wisata. Ribuan turis datang setiap tahun untuk melihat langsung tanaman berumur ribuan tahun ini. Namun, popularitas ini bisa menjadi ancaman jika tidak diatur dengan baik. Tekanan wisata yang berlebihan dapat merusak habitat gurun yang rapuh.
Welwitschia mirabilis adalah contoh nyata keajaiban evolusi. Dengan hanya dua daun yang tumbuh sepanjang hidup, ia mampu bertahan ribuan tahun di lingkungan ekstrem. Penelitian modern mengungkap rahasia genetika di balik ketahanannya, sekaligus membuka wawasan baru bagi ilmu botani. Namun, status konservasinya menunjukkan bahwa keunikan ini tetap rapuh. Perubahan iklim dan aktivitas manusia bisa mengancam keberadaannya, sehingga perlindungan habitat menjadi kunci agar dua daun abadi ini tetap bertahan bagi generasi mendatang. Dari gurun tandus, Welwitschia memberi pesan bahwa ketahanan, kesabaran, dan kemampuan beradaptasi adalah kunci untuk bertahan. Dua daun yang tidak pernah mati ini bukan hanya cerita alam Afrika, tetapi juga pelajaran berharga bagi seluruh umat manusia.