Mongabay.co.id

Dugong Mati di Pantai Bali, Habitat Terancam?

 

 

Dugong (Dugong dugon) yang populer dengan sebutan duyung oleh masyarakat, terdampar di Perancak, pantai pendaratan atau peneluran penyu di Kabupaten Jembrana, Bali Barat, 19 Juli 2025. Hasil nekrosi menyatakan kematian abnormal.

Penemuan mamalia laut ini mengejutkan warga sekitar dan turis yang berkunjung ke area konservasi penyu.  Dari hasil identifikasi tim dokter hewan Yayasan Jaringan Satwa Indonesia, dugong tersebut memiliki panjang badan 2,56 meter dan lebar 1,6 meter, berjenis kelamin betina.

Ratna Hendratmoko, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, dalam laporan tertulis menyebutkan, informasi pertama ada  dugong terdampar   dari Kelompok Konservasi Penyu Kurma Asih. Mereka temukan, dugong sudah mati.

 Tim BKSDA Bali lantas melakukan evakuasi. “Hasil nekropsi tersebut secara fisik menunjukkan adanya abnormalitas (tidak normal) pada sistem respirasi, berupa peradangan dan perubahan warna. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab kematian pada satwa tersebut,” katanya.

Usai nekropsi, tim BKSDA kemudian menguburkan di lokasi ia ditemukan.

Perairan selatan Bali, seperti Sanur memang  salah satu habitat dugong karena masih memiliki pakan padang lamun cukup banyak. Nelayan  bahkan mengaku beberapa kali mendapati dugong di perairan  di sana.

Dugong mati terdampar bukan kali pertama, pernah terjadi di Pantai Sanur pada Februari 2022.

Anom Astika Jaya, pendiri Kurma Asih mengatakan, selama puluhan tahun, baru kali ini melihat dugong mati terdampar di Pesisir Perancak. “Dulu, waktu zaman perburuan satwa laut, ayah saya pernah menangkap dugong. Dagingnya dijadikan dendeng, minyaknya diambil,” katanya.

Dugong yang terdampar mati di Pantai Perancak, Bali menarik perhatian warga dan turis. Foto: KSDA.

 

Populasi terus berkurang

Citra Satrya Utama Dewi, Dkk., dalam risetnya menyebut,  dugong sebagai mamalia laut  ordo Sirenia, dan tergolong organisme langka yang tercatat dalam IUCN. Reproduksi lamban, perburuan  manusia dan kerusakan habitat menjadikan populasi dugong makin berkurang.

Dugong  memiliki pola makan sebagai herbivora, dan menghabiskan waktu untuk aktivitas makan di padang lamun. Penelitian terdahulu terhadap isi perut dugong di Indonesia menyebutkan bahwa, 90% perut dugong berisi daun lamun jenis Thalassia hemprichiiHalodule sp., Halophila sp., dan Cymodocea sp., sementara sisanya adalah rumput laut.

Penelitian yang berlangsung sepanjang tahun 2012 di 15 pulau kecil perairan Indonesia itu menunjukkan, keberadaan lamun jenis Thalassia hemprichiiHalodule sp., Halophila sp., dan Cymodocea sp. di seluruh stasiun pengamatan. Padang lamun sebagai habitat pakan dugong di 15 pulau kecil  itu alami  ancaman lingkungan beragam, antara lain, proses sedimentasi dan konversi lahan oleh manusia.

Sumarsono, Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bali Sumarsono menambahkan kematian dugong di Perancak kemungkinan karena peradangan alat pernapasan.

Bali, menjadi salah satu lokasi migrasi mamalia megafauna dan tiap tahun selalu ada kejadian terdampar.

Data BKSDA mamalia laut terdampar di Bali 2024-2025 , antara lain paus sperma di Pantai Semawang (Denpasar), Pantai Banyuning (Karangasem), dan di Pantai Yeh Malet (Karangasem).

Tim KSDA melakukan nekropsi dugong yang terdampar di Pantai Perancak, Bali. Foto: KSDA.

 

Pada November 2024,   satu paus sperma  terdampar mati dengan Kode 3 di Pantai Bunutan (Karangasem). Sayangnya,  beberapa organ sudah hilang terjarah,  seperti gigi dan sirip. Ada juga paus bryde di Pantai Batu Lumbang (Tabanan) dan di Pantai Yeh Malet (Karangasem).

Penanganan mamalia terdampar terutama berukuran besar biasa sangat menantang mulai dari pengamanan satwa agar tak kena jarah, menurunkan alat berat ke lokasi pesisir yang curam, dan identifikasi penyebab kematian.

*****

 

Ternyata, Dugong Memiliki Jenis Makanan Favorit

Exit mobile version