Mongabay.co.id

Rafflesia Tumbuh Subur di Batang Palupuh, Bagaimana Perhatian Pemerintah?

 

Belasan Bunga Rafflesia bermekaran sempurna di kawasan Cagar Alam Batang Palupuh, Agam, Sumatera Barat, maupun di luar cagar alam sejak dua bulan terakhir. Teranyar Rafflesia yang mekar pada hari Minggu (05/5/2024), berdiameter sekitar 80 cm yang merupakan bunga kedua yang tumbuh.

Sebelumnya pada awal Mei 2024, satu individu Rafflesia tumbuh berdiameter 91 sentimeter yang berjarak sekitar 50 meter dari bunga kedua.

“Berdasarkan foto yang diinfokan kemarin, menunjukkan ramenta dan windows mirip dengan Rafflesia arnoldii, ramenta tipenya filiform, dan pola bercak putih.  Oleh karena itu, jenis yang ada difoto tersebut dimasukkan sebagai Rafflesia arnoldii, sebelum diverifikasi jenisnya,” sebut Peneliti Rafflesia dari Bengkulu Agus Susatya, saat dihubungi Mongabay, awal Mei lalu.

Verifikasi dilakukan dengan membandingkan morfologi Rafflesia yang ada di lokasi dengan morfologi Rafflesia arnoldii.  Ini penting dilakukan karena walaupun struktur internal, ramenta dan windows mirip struktur arnoldii, tetapi kenampakan luar sedikit berbeda.

Arnoldii mempunyai ciri bercak di kelopak (perigone) yang berbeda dengan warna background kelopak.  Biasanya bercak lebih terang apakah oranye muda, atau putih susu, dan warna background oranye tua.  Sementara di lokasi, warna perigone merah bata atau maroon, dengan bercak yang tidak jauh beda,” ungkapnya.

Sebelumnya pada bulan April, ada lima bunga Rafflesia bermekaran didalam kawasan CA Batang Palupuh maupun diluar kawasan. Bentuknya unik, ada yang berukuran kecil menyerupai Rafflesia gadutensis. Tetapi punya ramenta seperti jamur. Dimana bagian atasnya putih. Ukuran berkisar antar 40 cm diameternya. Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata masih jenis arnoldii. Ada juga yang berwarna putih.

”Salah satu foto yang diinfokan April kemarin, menunjukkan ramenta dan windows mirip dengan Rafflesia arnoldii, ramenta tipenya filiform, dan pola bercak putih. Oleh karena itu, untuk sementara bahwa jenis yang ada difoto tersebut semuanya dimasukkan sebagai Rafflesia arnoldii, sebelum diverifikasi lebih jauh jenisnya,” katanya.

Baca : Menjaga Keindahan Rafflesia dengan Ekowisata, Seperti Apa?

 

Rafflesia arnoldii dengan diameter 80 sentimeter mekar di Cagar Alam batang Palupuh, Minggu (12/5/24). Salah satu kelopak bunga tampak mengalami kerusakan karena peristiwa alam. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Penulis buku Rafflesia Pesona Bunga Terbesar di Dunia ini menjelaskan jika Rafflesia di sekitar Batang Pelupuh sangat menarik sejak dahulu.

”Ada perdebatan panjang mengenai jenis apa saja yang ada di Palupuh. Apakah jenisnya termasuk arnoldii atau Rafflesia tuan-mudae, karena kenampakannya sangat mirip.  Meijer ahli Rafflesia berpendapat bahwa R. tuan-mudae merupakan varian dari arnoldii, oleh karena itu,  sampai sekarang yang dianut adalah Rafflesia arnoldii untuk rafflesia di sekitar Batang Palupuh. Sedangkan untuk tuan-mudae jenis sebaran tradisionalnya di Serawak, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah,” sebutnya.

Untuk di Sumbar sebutnya ada jenis R. gadutensis yang dulu ditemukan pertama kali di kawasan Ulu Gadut, Kota Padang. Juga terdapat di Tahura Mohammad Hatta, Kayu Taman, Bukit Tinggi, Solok, dan Batusangkar.  Baru-baru ini dijumpai di Muara Sako, Tapan. Sedangkan Rafflesia arnoldii ditemukan di CA Batang Palupuh.

Kemudian jenis Rafflesia haseltii ditemukan di Muara Labuh. Jenis ini yang paling langka di antara jenis-jenis lainnya di Sumatera Barat, Namun sebarannya tergolong sangat luas mulai dari Sumatra Barat, Bengkulu, Kalimantan Barat. Berbagai lokasi TNKS dijumpai jenis ini, dan juga Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.

Agus menyarankan adanya peta kuncup Rafflesia dan pemandu mengatur perilaku pengunjung agar tidak merusak habitat dan populasi bunga itu. Karena kecenderungan pengunjung akan berfoto di dekat bunga yang mekar. Padahal mungkin saja terdapat kuncup bunga yang belum mekar, apalagi yang berdiameter kecil.

Untuk pertumbuhannya, Agus menyebut tidak tentu kapan akan mekar. Bunga mekar sekitar tujuh hari kemudian akan layu.  Hari yang paling baik dilihat adalah hari kedua dan ketiga ketika bunga mekar sempurna, dan baunya paling menyengat. ”Di Bengkulu hampir setiap bulan ada Rafflesia yang mekar. Selama diameter ukurannya cukup, Rafflesia akan mekar tanpa melihat bulan dan musim. Ukuran kuncup akan mekar sekitar 18-23 sentimeter, tergantung jenisnya”.

Baca juga : Hidup Mati Agus Susatya untuk Rafflesia

 

Wisatawan asal Polandia sedang mengabadikan bunga Rafflesia di Cagar Alam Batang Palupuh, Agam, Sumbar. Foto : Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Joni Hartono Puluhan Tahun Menjaga Rafflesia

Mekarnya bunga langka ini menarik perhatian wisatawan baik dalam maupun luar negeri, seperti wisatawan asal Polandia. Menurut Joni Hartono (52), penjaga kawasan ini, rombongan wisatawan yang berjumlah 8 orang ini ingin menyaksikan langsung bunga langka yang hanya ada di Asia Tenggara ini. Para wisatasan ini mendapat informasi tentang mekarnya bunga dari situs travel dunia.

“Setiap bunga mekar atau akan mekar saya share informasinya ke agent travel internasional. Kalau untuk turis asal Polandia ini dapat informasi dari travel agent di Padang lalu menghubungkan dengan saya,” sebutnya.

Joni yang menjaga kawasan dengan swadaya ini mengharapkan betul jika ada turis yang datang melancong kemari, baik itu dalam negeri maupun dari luar negeri. Keseharian Joni hanya dihabiskan untuk kelestarian bunga langka ini.

Selain menjaga dan memonitor kawasan, ia menanam sendiri Rafflesia di luar kawasan cagar alam secara swadaya sejak tiga tahun belakangan. Saat ini kami sudah buka wilayah konservasi Rafflesia diluar cagar alam. Saya sudah banyak saya tanam akar tetrasigma di polybag selama setahun. Setelah itu dipindahkan ke hutan,” jelasnya.

Habitat yang baik untuk tanaman Rafflesia ini adalah di tanah yang agak lembab. Tapi Joni mengembangbiakkan Rafflesia di tanah yang agak kering

“Kami dapat lahan yang kurang bagus. Mencari lahan susah. Ini tanah ulayat. Dulu ada orang bekas berkebun lalu kami tanyakan apakah bisa dipakai membuat daerah konservasi. Orang itu bersedia. Luasnya sekitar satu hektar,” katanya.

Ia menyebut kawasan hutan yang ditanami ini diperkirakan akan berbunga sekitar tahun 2030. Sementara dari inang yang kecil sampai mekar bisa membutuhkan waktu sampai 10 tahun. Saat ditanya apa alasannya untuk membuka kawasan kawasan konservasi ini katanya semata-mata untuk melestarikan Rafflesia.

“Karena kalau menurut IUCN dari 42 jenis Rafflesia yang ada. 15 jenis lainnya tidak bisa ditemui. Makanya dari sekarang saya mulai melindunginya agar tetap bisa lestari. Dengan harapan agar generasi mendatang bisa tetap menikmati tumbuh dan keindahan,” sebutnya.

Baca juga : Joni Hartono, Penjaga Rafflesia dari Agam

 

Joni Hartono tekun mempelajari mengenai tumbuhan raflesia yang ada di Cagar Alam Palupuh Agam maupun pekarangan rumah orangtuanya. Foto : Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Selain Rafflesia ia juga mengembangbiakkan jenis  bunga bangkai Amorphophallus dan gaharu. Biasanya ketika ada waktu senggang sore-sore sekitar dua jam ia habiskan di hutan untuk membersihkan semak-semak dan menanam.

Sebelum membudidayakan Rafflesia di kawasan hutan, sebelumnya Joni berhasil mengembangbiakan Rafflesia di halaman rumahnya. Ia mendapatkan ilmu membudidayakan rafflesia dari Greg Hambali, peneliti dari pusat pembibitan dan penyebarluasan tanaman Mekarsari.

“Dulu saya sering ikut penelitian tamu dari luar maupun dari dalam negeri terakhir saya ikut penelitian dengan Greg Hambali tapi ia sudah meninggal. Setelah itu baru saya mulai menanam di halaman rumah dan berhasil dan sekarang saya buka daerah konservasi di dalam hutan,” sebutnya.

 

Upaya Konservasi Rafflesia

Ditengah usianya yang tidak muda lagi, ia berharap agar Pemprov Sumbar, khususnya BKSDA dan dinas kehutanan untuk memberi perhatian lebih terhadap pelestarian rafflesia.

“Kalau pemerintahan Sumbar ini beda dengan pemerintah Bengkulu. Kalau Bengkulu mendukung pelestarian Raflesia sementara di Sumbar agak kurang sehingga saya hanya swadaya saja. Susah menggantungkan harapan ke pemerintah ini,” ungkapnya.

Sedangkan Agus Susatya mengatakan untuk menjaga kelestarian bunga Rafflesia, Pemprov Sumbar perlu melakukan verifikasi jenis, memetakan lokasi-lokasinya dan dikembangkan menjadi ekowisata yang terintegrasi dengan wisata secara keseluruhan di Sumatra Barat untuk membantu kesejahteraan masyarakat sekitar.

Sementara itu, Kepala BKSDA Sumbar Lugi Hartanto pihaknya melakukan berbagai upaya melindungi kawasan konservasi CA Batang Palupuh seperti patroli rutin petugas yang melibatkan masyarakat yang disebut Masyarakat Mitra Polhut (MMP) dan mengedukasi masyarakat terkait perlindungan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dilindungi, salah satunya bunga Rafflesia. “Yang paling penting adalah meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya konservasi jenis dilindungi ini,” sebutnya saat dihubungi, senin (13/5/24)

Sedangkan fungsi kawasan cagar alam bertujuan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga pihak lain harus mengajukan surat izin memasuki kawasan konservasi atau Simaksi ke BKSDA Sumbar. (***)

 

 

Rafflesia Bermekaran, Ada yang Merekah di Luar Habitatnya

 

Exit mobile version