- Diperkirakan, dari 17.500 spesies kupu-kupu di dunia, sebanyak 2.500 spesies tersebar di Indonesia.
- Kupu-kupu memiliki peran penting dalam ekosistem. Terutama, sebagai penyerbuk dengan jangkauan terbang jauh dibandingkan lebah.
- Namun, laju kepunahan kupu-kupu menjadi ancaman akibat hilangnya habitat, penggunaan pestisida, hingga dampak perubahan iklim.
- Peran sains warga sangat membantu konservasi kupu-kupu karena mempercepat perolehan data rekam keberadaan berbagai spesies kupu-kupu di Indonesia.
Siapa yang tidak pernah melihat kupu-kupu? Sayap yang indah membuatnya terlihat elegan.
Tidak heran hewan avertebrata ini adalah salah satu yang paling disukai banyak orang. Namun kini populasi kupu-kupu di Indonesia terancam.
Djunijanti Peggie, dari Museum Zoologi Bogor, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, menjelaskan bahwa kupu-kupu di Indonesia sangat menarik dan diminati banyak orang. Diperkirakan, sebanyak 17.500 spesies kupu-kupu ada di dunia dan sebanyak 2.500 spesiesnya tersebar di Indonesia.
“Dari jumlah tersebut, ada 25 spesies kupu-kupu dilindungi dan banyak yang terancam punah,” kata Peggie dalam Bincang Alam Mongabay Indonesia, Rabu 14 Desember 2022.
Menurutnya, kupu-kupu memiliki peran penting dalam ekosistem. Seperti menjadi agen penyerbuk, sehingga tanaman bisa tumbuh menghasilkan biji dan buah. Peran ini sama seperti lebah yang merupakan penyerbuk utama.
Namun menurut Peggie, kupu-kupu memiliki kelebihan sebagai penyerbuk, salah satunya sebagai penerbang jauh yang berperan aktif. Sedangkan lebah, bertugas melakukan penyerbukan tidak jauh dari sarangnya.
“Selain sebagai penyerbuk, kupu-kupu juga berperan sebagai mata rantai makanan, yaitu kupu-kupu dimakan oleh pemangsanya. Meski ada beberapa kelompok kupu-kupu yang juga berperan sebagai pemangsa bagi kutu daun. Ini menjadi penting untuk dipelajari,” ujar Peggie.
Baca: Ilmuwan: Perubahan Iklim Mempercepat Kiamat Serangga
Tidak hanya itu, kupu-kupu memiliki peran sebagai indikator lingkungan; apakah kualitas lingkungan masih bagus atau tidak karena terkait tanaman inangnya. Begitu tanaman inangnya hilang, populasi kupu-kupu akan menurun bahkan hilang juga.
Selain itu, untuk isu perubahan iklim yang saat ini telah menjadi perhatian global, kupu-kupu berperan sebagai agen untuk mengindikasikan bahwa sebuah ekosistem telah terdampak perubahan iklim atau tidak.
Perubahan iklim memang menjadi ancaman banyak hal, termasuk menurunnya populasi kupu-kupu. Peggie menjelaskan, perubahan iklim menyebabkan tanaman berbunga menjadi berubah musim berbunganya.
“Ketika tumbuhan inangnya bersemi, saat itu kupu-kupu muncul.”
Baca: Jika Serangga Menghilang, Malapetaka Besar Menanti Bumi
Selain perubahan iklim, ancaman utama laju kepunahan populasi kupu-kupu adalah kerusakan habitat seperti penebangan hutan dan alih fungsi lahan, menyebabkan banyak pohon hilang. Hal ini berkaitan dengan tanaman inang kupu-kupu seperti tanaman merambat atau perdu yang terganggu, membuat sebaran kupu-kupu terbatas.
“Sebagai bagian mata rantai, kehilangan kupu-kupu akan berdampak panjang ke yang lain juga,” kata Peggie.
Faktor lain adalah polusi akibat penggunaan pestisida berlebihan. Pada beberapa penelitian di habitat alami yang bersebelahan dengan pertanian intensif, banyak ditemukan jenis kupu-kupu yang jumlahnya menurun drastis.
Baca: Eksotisnya Kupu-kupu, Si Penjaga Keseimbangan Alam
Peran sains warga
Fariq Izzudien dari Kupunesia, mengatakan bahwa sains warga atau peneliti warga dapat memberi andil dalam konservasi kupu-kupu. Peran ini terlihat dari aplikasi bernama Kupunesia, yang terbuka umum untuk melakukan pemantauan dan pendataan kupu-kupu di sekitar.
“Kupunesia diluncurkan November 2022. Dalam satu bulan, Desember 2022, sudah terdata 869 spesies dari 1.488 foto dengan 90 fotografer,” ungkap Fariq.
Pengamatan bisa dilakukan siapa saja, mulai warga biasa hingga kalangan mahasiswa dan akademisi. Data yang masuk ke Kupunesia, untuk lokasi pengamatan hampir seluruh Indonesia, di luar Pulau Maluku. Ada Papua [2 lokasi], Sulawesi [25 lokasi], Nusa Tenggara [28 lokasi], Kalimantan [27 lokasi], Jawa [117 lokasi], dan Sumatera [18 lokasi].
Fariq mencontohkan, fungsi sains warga adalah ketika seorang pengguna Kupunesia dari Sumbawa bernama Ramdani Harahap. Ketika dia memasukan satu jenis kupu-kupu, setelah dicek dan dilakukan verifikasi berdasarkan literatur, diketahui ternyata persebaran jenis ini hanya di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
“Jika seorang peneliti melakukan riset di seluruh Indonesia pasti sangat mahal. Nah, fungsi sains warga adalah memudahkan para peneliti memetakan kupu-kupu dan sebaran aslinya,” kata Fariq.
Baca juga: Nama Ani Yudhoyono Abadi Bersama Kupu-kupu
Djunijanti Peggie juga menyadari, para peneliti tidak mungkin bisa menjangkau seluruh Indonesia sehingga perlu memberdayakan masyarakat.
“Para sains warga memberikan kontribusi konservasi kupu-kupu di Indonesia,” ujar Peggie.
Dalam Jurnal Ilmu-ilmu Hayati [Desember, 2021], sebuah publikasi ilmiah berjudul “Peran Sains Warga Untuk Akselerasi Perolehan Data Kupu-Kupu di Indonesia Terkait Project Bifa-Gbif” yang ditulis Peggie bersama rekannya Muhammad Rasyidi, Imti Yazil Wafa, dan Karyadi Baskoro, memberi pandangan bahwa peran sains warga mempercepat perolehan data rekam keberadaan berbagai spesies kupu-kupu di Indonesia.
“Lebih dari 1.000 foto kupu-kupu diterima dari 29 partisipan. Sebanyak 810 entri telah diproses yang menghasilkan data rekaman sebanyak 222 spesies kupu-kupu,” tulis penelitian tersebut.