- Cabai [Capsicum] bukan tumbuhan asli Nusantara. Asalnya dari Benua Amerika.
- Dugaan awal cabai dikonsumsi pertama kali oleh orang-orang Indian pada awal 7000 sebelum Masehi.
- Menyebarnya cabai ke Eropa bermula tahun 1492, oleh Columbus. Pada tahun 1542, pedagang Portugis diduga mengintroduksikan tumbuhan ini ke India dan akhirnya mencapai Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
- Genus Capsicum ada 30 spesies yang lima di antaranya telah dibudidayakan dan diperdagangan. Lima spesies itu adalah C. annuum, C. frutescens, C. pubescence, C. baccatum, dan C. chinense.
Cabai [Capsicum] merupakan bumbu dapur yang wajib bagi masyarakat Indonesia. Rasa pedasnya, menjadi pelengkap masakan yang dihidangkan.
Ima, warga dari Suku Penesak, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, menegaskan bahwa tanpa cabai, masakan bakal hambar.
“Semua masakan dicampur cabai. Termasuk makanan khas daerah kami, pindang,” kata perempuan 32 tahun tersebut, ditemui di Pasar Tradisional Tanjung Batu, Ogan Ilir, Senin [31/10/2022].
Nenti, pedagang cabai dari Desa Beti, Kecamatan Indralaya Selatan, Ogan Ilir, mengatakan ada tiga jenis cabai yang diminati masyarakat, yaitu rawit, merah keriting, dan merah besar.
“Masyarakat yang suka makanan sangat pedas, menjadikan cabai rawit pilihan utama.”
Baca: Rintih Petani Cabai Rawit Dikala Harga Panen Tidak Menentu
Apakah cabai tumbuhan asli Nusantara? Jawabannya tidak. Cabai berasal dari Benua Amerika.
Merujuk Royal Botanic Garden KEW, cabai adalah tanaman asli Meksiko hingga Guatemala. Di habitat aslinya, tanaman ini tumbuh liar di hutan, sabana, semak belukar, padang rumput, dan pedalaman. Dapat tumbuh di ketinggian 5-1.700 meter di atas permukaan laut.
Tutie Djarwaningsih, peneliti botani dari BRIN dalam riset “Review: Capsicum SPP. (Cabai): Asal, Persebaran dan Nilai Ekonomi” di Jurnal Biodiversitas, Volume 6, Nomor 4, Oktober 2005 menjelaskan dugaan awal cabai dikonsumsi pertama kali oleh orang-orang Indian pada awal 7000 sebelum Masehi.
Hal itu terbukti dengan temuan arkeologi berupa potongan, serpihan serta biji-biji cabai liar di lantai Gua Ocampo, Tamaulipas, dan Tehuacan pada awal 5000 sebelum Masehi.
“Biji-bijian itu telah teridentifikasi sebagai Capsicum annuum atau cabai merah,” jelasnya.
Tutie menuliskan, dugaan cabai pertama kali ditemukan sebagai tumbuhan liar dan akhirnya ditanam, pada sekitar 5200 dan 3400 sebelum Masehi.
“Tumbuhan cabai diantara tanaman budidaya tertua di Amerika.”
Baca: Mengapa Jenis Ini Dijuluki Anggrek Macan?
Bahkan bagi orang Indian, cabai menjadi tumbuhan yang sangat dihargai setelah jagung dan ubi kayu. Cabai juga mempunyai peran penting dalam upacara keagamaan dan kultur budaya orang Indian.
“Berdasarkan dukungan data-data sejarah dan bukti-bukti arkeologi di atas, Capsicum diduga asli dari Amerika Tengah dan Selatan serta Meksiko, dan telah dibudidayakan lebih dari 5000 tahun yang lalu,” jelas Tutie.
Lalu menyebarnya cabai ke Eropa bermula tahun 1492, oleh Columbus. Pada tahun 1542, pedagang Portugis diduga mengintroduksikan tumbuhan ini ke India dan akhirnya mencapai Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Baca juga: Umbut Rotan yang Enak Dimakan
30 spesies
Laporan Kementerian Perdagangan menunjukkan, Genus Capsicum ada 30 spesies yang lima di antaranya telah dibudidayakan dan laris manis di dunia perdagangan. Lima spesies itu adalah C. annuum, C. frutescens, C. pubescence, C. baccatum, dan C. chinense.
“Di antara lima spesies tersebut, yang paling banyak diusahakan di Indonesia adalah C. annuum [cabai merah besar dan keriting], diikuti C. frutescens [cabai rawit],” tulis laporan itu.
Mengutip Healthline, cabai memiliki manfaat untuk kesehatan karena kaya nutrisi, seperti kandungan kalori, air, protein, karbohidrat, gula, serat, lemak, serta Vitamin C dan mineral.
“Juga tinggi Vitamin B6, yang berperan dalam metabolisme energi tubuh,” tulis Healthline.
Cabai adalah buah yang kaya senyawa capsaicin, sehingga memiliki rasa pedas. Juga, memiliki senyawa kapsantin yang sifat antioksidannya kuat melawan kanker.