- Para peneliti menemukan fakta adanya perilaku kanibal yang dilakukan bayi tawon Isodontia harmandi pada sesamanya. Hasil studi ini telah diterbitkan di Jurnal Plose One edisi 18 Mei 2022.
- Pengamatan menggunakan rekaman dilakukan pada 19 sarang, guna mengamati perkembangan larva. Hasilnya, kanibalisme terjadi sebanyak 74 persen. Kanibal terjadi pada larva yang baru menetas dan sangat kecil, masih menempel pada serangga yang merupakan menu makanan mereka. Bahkan, seekor larva akan dengan tega memakan saudara yang ada di dekatnya.
- Isodontia harmandi merupakan jenis tawon yang hidup soliter. Tawon soliter dikenal sebagai tawon parasit karena meletakkan telurnya pada tubuh serangga lain sehingga anaknya hidup dengan memakan daging dari serangga tersebut.
- Tawon adalah predator [pemangsa] bersifat parasitoid tanpa menghasilkan madu, sengatnya berfungsi sebagai alat berburu mangsa. Tawon adalah pemangsa alami agresif, koloninya sekitar 10.000 ekor, yang merupakan anggota serangga Hymenoptera.
Perilaku kanibal ternyata dilakukan bayi tawon pada sesamanya.
Hal ini diketahui para peneliti saat melakukan riset pada tawon Isodontia harmandi, jenis yang hidup soliter alias tidak berkumpul bersama dalam sarang.
Saat bertelur, tawon betina akan membuat sarang pada rongga tanaman yang terbentuk alami. Berikutnya, dia akan meletakkan sekitar selusin telurnya di tubuh serangga lumpuh yang berada di sarang tersebut. Tujuannya, ketika telur menetas dan tumbuh menjadi larva, serangga itu dijadikan sebagai makanannya.
Saat bertelur, biasanya sang induk tawon akan banyak memasukkan serangga, sebagai mangsa larva, ke sarang ini dan menutupnya dengan rumput.
Berikutnya, setelah bayi-bayi menetas, mereka mulai menyantap sejumlah serangga yang telah disediakan tersebut. Dari sini, fakta menarik menarik sekaligus mengerikan terungkap, beberapa larva melahap sesama saudaranya.
Hasil studi ini telah diterbitkan di Jurnal Plose One edisi 18 Mei 2022.
Baca: Hebatnya Lebah Madu, Bisa Pecahkan Soal Matematika
Tomoji Endo, co-author dalam laporan ini yang juga profesor emeritus di School of Human Sciences at Kobe College, Jepang, sebagaimana dilansir LiveScience mengatakan, pengamatan menggunakan rekaman dilakukan pada 19 sarang, guna mengamati perkembangan larva. Hasilnya, kanibalisme terjadi sebanyak 74 persen.
Kanibal terjadi pada larva yang baru menetas dan sangat kecil, masih menempel pada serangga yang merupakan menu makanan mereka. Meskipun, terkadang, sesama larva itu berukuran sama.
“Bahkan, pada kelompok larva yang sudah berbagi serangga juga terjadi. Seekor larva akan dengan tega memakan saudara yang ada di dekatnya,” jelasnya.
Endo memaparkan, kanibalisme terjadi dikarenakan terlalu banyaknya telur yang dihasilkan induk tawon Isodontia harmandi. Akibatnya, larva harus bersaing dengan untuk mendapatkan makanan yang cukup, sehingga saling memakan sesama terjadi.
“Para peneliti tidak hanya terkejut dengan pola kanibal tersebut, tetapi juga dengan ketenangan memakan sesama. Hal yang membuat kami terkesima,” ujarnya.
Terkait kapan dan bagaimana larva-larva ini ‘menyadari’ persedian makanan asli mereka [serangga] habis serta memakan saudara kandung merupakan pilihan terbaik untuk bertahan hidup, masih diteliti.
“Ini topik menarik riset kami berikutnya,” papar Endo.
Endo dan rekannya Yui Imasaki telah melakukan penelitian tawon Isodontia harmandi sejak tahun 2010-2015. Mereka mengumpulkan dan mengananalisis lebih dari 300 sarang Isodontia harmandi di Jepang tengah dengan menghitung telur, larva, dan kepompong untuk mengetahui ukuran sang induk dan merekam kegiatan sang induk dalam setiap fase tersebut.
Mereka mengecualikan sarang yang di dalamnya terdapat larva yang dibunuh oleh predator atau mati akibat jamur. Tim peneliti menemukan, pada ‘sarang sehat’ terlihat ukuran sang induk menurun antara 41 persen hingga 51 persen pada tahapan bertelur dan fase pembentukan kepompong.
Mengutip NewScientist, Endo memaparkan, sebelum penelitian, ada beberapa pengamatan yang mengatakan adanya kanibalisme pada spesies ini. “Tapi hanya sedikit bukti dan sekarang terbukti,” jelasnya.
Studi: Ada Kesamaan Interaksi Lebah Madu dengan Kehidupan Sosial Manusia
Tawon adalah predator [pemangsa] bersifat parasitoid tanpa menghasilkan madu, sengatnya berfungsi sebagai alat berburu mangsa. Tawon adalah pemangsa alami agresif, koloninya sekitar 10.000 ekor, yang merupakan anggota serangga Hymenoptera.
Tawon, mengutip Wikipedia, menjalani metamorfosis sempurna dalam empat tahap pertumbuhan: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Berdasarkan cara hidupnya, ada dua macam tawon yaitu tawon soliter yang sendirian dan tawon sosial yang hidup bersama dalam satu kelompok besar.
Tawon soliter dikenal sebagai tawon parasit karena meletakkan telurnya pada tubuh serangga lain sehingga anaknya hidup dengan memakan daging dari serangga tersebut. Beberapa tawon parasit juga meletakkan telurnya dalam sarang serangga lain sehingga larvanya hidup dari persediaan makanan inangnya. Tawon soliter lainnya berburu ulat dan laba-laba untuk makanan anaknya.
Sementara tawon sosial hidup dalam koloni. Mereka melakukan berbagai pekerjaan seperti mencari makan, membesarkan anak, dan membuat sarang bersama. Koloni tawon terdiri puluhan hingga ratusan tawon pekerja, seekor tawon ratu, dan pada saat tertentu terdapat tawon jantan.
Baca juga: Pola Terbang Unik Lebah Bumblebee
Mengutip situs BRIN [LIPI], tawon berperan sebagai pengendali hama hayati [biological control] yaitu pemangsa ulat atau larva serangga lain yang merupakan hama tanaman pertanian atau perkebunan. Fungsi lain, tawon digunakan sebagai bio-indikator kualitas suatu ekosistem atau lingkungan, serta untuk mengetahui ada tidaknya gangguan habitat.
Indonesia memiliki tawon, terutama famili Vespidae sebanyak 383 jenis. Diperkirakan, jumlah seluruh Ordo Hymenoptera di Indonesia mencapai 200.000 jenis. Ordo ini terdiri tawon, lebah, dan semut.